NTB Mulai Laksanakan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas
Pemerintah Provinsi NTB mulai menggelar pembelajaran tatap muka terbatas untuk SMA dan sederajat. Protokol kesehatan diterapkan dengan ketat untuk mencegah penularan Covid-19.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Sekolah menengah atas baik negeri maupun swasta dan sederajat di Nusa Tenggara Barat, Senin (4/1/2020), mulai melaksanakan belajar tatap muka terbatas semester genap Tahun Pelajaran 2020/2021. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, protokol kesehatan menjadi prioritas untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Barat Aidy Furqan Senin siang mengatakan, pelaksanaan belajar tatap muka terbatas dengan sistem sif atau blok untuk SMA dan sederajat atas persetujuan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB.
Pembelajaran tatap muka itu, kata Aidy, juga sejalan dengan perubahan Surat Keputusan Bersama Empat Menteri, yakni Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri.
Bagi siswa yang lupa membawa masker, di pintu gerbang juga kami sediakan masker untuk mereka. (Kun Andrasto)
”SKB yang keluar 20 November 2020 menegaskan bahwa layanan tatap muka bisa dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan. Zonasi penyebaran Covid-19 yang diliris pemerintah pusat tidak jadi pertimbangan lagi,” kata Aidy.
Menurut Aidy, sejak awal Agustus, NTB sebenarnya sudah mulai melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka. Sistem itu mengadopsi cara daring dan luring, yakni masuk sekolah dan belajar dari rumah.
”Mulai hari ini (4 Januari), kami mengaluarkan prosedur standar operasi yang mengacu pada SKB Empat Menteri untuk meneruskan simulasi tatap muka selama tiga bulan lebih, menjadi tatap muka terbatas,” kata Aidy.
Pembelajaran tatap muka terbatas dengan sistem sif, kata Aidy, membagi siswa dalam satu kelas ke dalam dua kelompok belajar. Kelompok pertama belajar pagi dan kelompok kedua lebih siang. Setiap kelompok belajar sekitar 3,5 jam.
”Sehingga akan berlaku sistem belajar 50:50. Misalnya, siswanya 200 orang, maka di pagi 100 orang dan agak siang 100 orang lagi,” kata Aidy.
Selain membagi siswa dalam dua kelompok belajar, pola duduk siswa juga diatur, misalnya berbentuk zig-zag dengan jarak minimal 1,5 meter sehingga tidak bersentuhan. Dengan pola itu, dalam satu ruangan maksimal 18 siswa.
Menurut Aidy, sekolah juga diminta menyiapkan fasilitas untuk mendukung penerapan protokol kesehatan. Termasuk di dalamnya alat pengukur suhu tubuh, fasilitas cuci tangan dengan sabun, hingga menyiapkan tim satuan tugas Covid-19 di sekolah yang juga melibatkan siswa.
Aidy memaparkan, dari 271 sekolah negeri baik SMA maupun SMK di NTB yang dijadwalkan melaksanakan pembelajaran tatap muka, enam di antaranya belum siap.
Masih simulasi
”Dari fasilitas mereka sebenarnya siap. Hanya tidak cermat saat melapor melalui data pokok pendidikan. Mereka tidak memasukkan bukti verifikasi kesiapan dari pemerintah pusat ke kami. Tetapi hari ini bisa diselesaikan dan besok sudah bisa tatap muka,” kata Aidy.
Selain enam sekolah itu, seluruh SMA dan SMK di Kabupaten Sumbawa juga saat ini belum diperbolehkan melaksanakan pembelajaran tatap muka. Mereka masih melakukan simulasi. ”Karena Sumbawa masih berada dalam zona merah. Jadi tiga hari masuk, tiga hari lagi belajar dari rumah,” kata Aidy.
Sesuai SKB Empat Menteri, kata Aidy, zonasi memang tidak lagi jadi pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tatap muka. Tetapi untuk Sumbawa, mereka tidak mau mengambil risiko.
”Kami juga ingin orangtua melepas anaknya dengan tenang. Demikian juga anak-anak belajar tenang dan fokus. Jadi, (untuk Sumbawa) tidak bisa kita paksakan,” kata Aidy.
Pantauan Kompas di SMAN 1 Mataram, salah satu sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka, sejak tiba di pintu gerbang, tim satuan tugas sekolah langsung memeriksa suhu tubuh siswa menggunakan pistol pengukur suhu. Setelah itu, siswa diminta untuk mencuci tangan sebelum masuk kelas.
Selama di dalam kelas dan mengikuti kegiatan belajar-mengajar, siswa juga guru tetap menggunakan masker. ”Bagi siswa yang tidak memakai masker, di pintu gerbang juga kami sediakan masker untuk mereka,” kata Kepala SMAN 1 Mataram Kun Andrasto.
Menurut Kun, sebelum memulai pembelajaran tatap muka hari ini, mereka benar-benar memastikan seluruh hal siap. Baik saat pelayanan ke siswa maupun juga fasilitas. Terutama penerapan protokol kesehatan, yakni menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Kun menambahkan, tim satuan tugas Covid-19 juga diminta untuk tetap sedia. Baik sejak datang, ketika kelas berlangsung, hingga saat siswa. Pengaturan saat pulang penting diperhatikan untuk mencegah terjadinya kerumunan. Terutama ketiga pergantian sif dari kelas pagi yang baru pulang dengan kelas siang yang baru datang.
Pelajar di SMAN 1 Mataram terlihat antusias, sejak datang hingga pulang. Mereka juga tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, misalnya menggunakan masker.
”Memang kalau terus pakai masker ketika di dalam kelas kurang nyaman. Tetapi harus tetap saya pakai. Nanti pelan-pelan juga bisa nyaman,” kata Ismi Sahli, siswa kelas XI.