Rektor UMP Wafat, Muhammadiyah Kehilangan Kader Muda Terbaik
Haedar Nashir mengungkapkan, pemikiran Anjar Nugroho melintasi pergaulan yang luas. Buku dan karya tulisnya banyak. Ini menggambarkan kader Muhammadiyah yang produktif.
Oleh
MEGANDIKA WICAKSONO/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Rektor Universitas Muhammadiyah Purwokerto Anjar Nugroho (45) meninggal di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (15/12/2020) pukul 04.05 akibat serangan jantung. Pimpinan Pusat Muhammadiyah merasa telah kehilangan salah seorang kader muda terbaik.
”Semoga almarhum husnul khatimah, diterima amal ibadahnya, diampuni kesalahannya, dan diterima di sisi Allah SWT dalam surga jannatun na’im. Agar keluarga yang ditinggal diberikan kesabaran, ketabahan, dan keihklasan,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir dalam keterangan tertulisnya, Selasa siang.
Haedar menambahkan, almarhum merupakan kader Muhammadiyah yang diberikan tugas memimpin Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) sejak 2019 dengan semangat tinggi. Almarhum dinilai memegang teguh visi dari organisasi tersebut yang mengutamakan kemajuan. Jejaring pertemanan pun dibangun dengan luas diiringi produktivitas karya yang tinggi.
”Almarhum merupakan kader IPM (Ikatan Pemuda Muhammadiyah) yang lekat dengan pergerakan dan terbilang masih muda. Pemikirannya melintasi pergaulan yang luas. Buku dan karya tulisnya banyak. Ini menggambarkan kader produktif. Semangat memajukan UMP luar biasa sehingga berbagai aspek, termasuk unit bisnis, turut dikembangkan,” tutur Haedar.
Secara terpisah, Wakil Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono menyatakan, pihaknya mengenal baik almarhum. Menurut dia, UMP berkembang pesat selama dipimpin almarhum. Pihaknya juga merasa sangat kehilangan dengan meninggalnya almarhum.
Sadewo menambahkan, menurut rencana, dirinya bersama Anjar akan berjumpa dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Panglima TNI untuk membahas tentang beasiswa pendidikan. Anjar berangkat ke Semarang dari Purwokerto pada Senin (14/12/2020) sekitar pukul 20.00.
”Beliau berangkat ke Semarang dari Purwokerto pukul 20.00. Sempat makan di Simpang Lima. Kemudian di hotel tiba-tiba pukul 03.00 sesak kena serangan jantung, kemudian tidak bisa tertolong, pukul 04.00 seda (meninggal),” ujar Sadewo.
Anjar dilantik menjadi rektor UMP pada 29 Maret 2019 untuk menggantikan pejabat sebelumnya, Dr Syamsuhadi Irsyad, yang meninggal dunia karena sakit. Sebelum diangkat sebagai rektor UMP, Anjar pernah memegang berbagai jabatan di perguruan tinggi Muhammadiyah itu, antara lain Wakil Rektor I Bidang Akademik UMP (2016-2019), Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan (2012-2016), Dekan Fakultas Agama Islam (2009-2013) dan Pembantu Dekan I FAI (2001-2004).
Pemikirannya melintasi pergaulan yang luas. Buku dan karya tulisnya banyak. Ini menggambarkan kader produktif.
Dihubungi secara terpisah, Rektor Institut Agama Islam Negari (IAIN) Purwoketo Mohammad Roqib menyampaikan dukacita mendalam atas wafatnya Rektor UMP Anjar Nugroho.
”Bapak Anjar Nugroho seorang akademisi sekaligus pemimpin perguruan tinggi yang cukup progresif. Komunikasi beliau dalam beberapa hal menunjukkan orang yang kalem, tetapi cukup komunikatif dengan beberapa kalangan,” kata Roqib.
Menurut Roqib, dalam perbincangan beberapa waktu terakhir, tampak sejumlah kontribusi almarhum bersama UMP bagi masyarakat. ”Banyak hal yang telah dilakukan UMP, berikut juga Pak Anjar, terkait lingkungan, masyarakat, dan khususnya pendidikan. Yang saya tahu, komunikasinya sangat bagus,” paparnya.
Roqib menyampaikan, dirinya, atas nama Rektor IAIN Purwokerto dan selaku ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Banyumas, merasa kehilangan sosok Anjar. ”Kami merasa kehilangan atas wafatnya Bapak Anjar Nugroho. Semoga Alamarhum Pak Anjar Nugroho diterima di sisi Tuhan Yang Mahakuasa dan UMP berikutnya mendapatkan rektor yang baik, yang bisa meneruskan proses perkembangan dan kemajuan Pak Anjar,” tuturnya.