Risma Beri Semangat kepada Siswa SMP Saat Simulasi Sekolah Tatap Muka
Pelaksanaan simulasi sekolah tatap muka yang berlangsung di SMPN 1 Surabaya, Selasa (8/12/2020), tampak berbeda dengan kehadiran Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebagai pengajar.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pelaksanaan simulasi sekolah tatap muka yang berlangsung di SMP Negeri 1 Surabaya, Selasa (8/12/2020), tampak berbeda. Kehadiran Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini secara khusus sebagai pengajar atau guru dalam simulasi pada hari kedua memberikan semangat bagi siswa.
Belasan pelajar kelas IX SMPN 1 Surabaya tampak begitu antusias. Mereka dengan saksama mendengarkan setiap paparan atau materi pelajaran yang disampaikan Wali Kota Risma. Bukan hanya pelajar di SMPN 1 Surabaya, seluruh pelajar kelas IX jenjang SMP juga mengikuti materi yang disampaikan Wali Kota Risma melalui online atau dalam jaringan.
Saat itu, perempuan wali kota pertama di ”Kota Pahlawan” ini mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tentang dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari globalisasi.
”Persaingan kalian saat ini bukan antara pelajar SMPN 1 dengan SMP lain. Tapi, persaingan dengan anak-anak di seluruh dunia. Itulah salah satu dampak globalisasi. Jadi, kalian harus sehat dan kuat supaya bisa mengalahkan mereka,” katanya.
Bagi Wali Kota Risma, menjadi sosok pengajar atau guru bagi pelajar Surabaya bukanlah yang pertama. Sebab, sebelumnya, ia sempat beberapa kali menjadi pengajar sekolah daring bagi anak-anak Surabaya.
”Sebetulnya ini bukan pertama kali mengajar. Justru ini pertama anak-anak ikut simulasi masuk sekolah. Mungkin mereka terlalu lama belajar jarak jauh, jadi perlu diajari yang ringan-ringan dulu termasuk pelajaran,” ujarnya.
Selain Wali Kota Risma, nantinya akan ada beberapa tokoh lain yang bakal menjadi pengajar dalam simulasi sekolah tatap muka. Salah satunya adalah Kepala Polda Jawa Timur Irjen Nico Afinta.
Persaingan kalian saat ini bukan antara pelajar SMPN 1 dengan SMP lain. Tapi, persaingan dengan anak-anak di seluruh dunia. Itulah salah satu dampak globalisasi. Jadi, kalian harus sehat dan kuat supaya bisa mengalahkan mereka. (Tri Rismaharini)
Menurut dia, hal yang paling penting dalam simulasi ini adalah bagaimana membangkitkan kembali semangat anak-anak belajar di sekolah. Sebab, anak-anak sudah lama tidak menerima pembelajaran langsung secara tatap muka. ”Mungkin biasanya juga ada yang masih tidur. Sekarang mereka harus dalam posisi ini kan (duduk di kelas), biasanya mereka gerak-gerak, mungkin juga bosan dia tadi, satu jam duduk,” katanya.
Ia menilai, simulasi sekolah tatap muka ini dapat menjadi pendorong atau penyemangat belajar bagi anak-anak di masa transisi. Dengan demikian, ketika sekolah nanti resmi dibuka, anak-anak kembali terbiasa disiplin dengan proses pembelajaran tatap muka.
”Mungkin bisa untuk masa transisi. Tapi, nanti kalau lama-lama, mereka sudah biasa. Cuma, kan, mereka harus kita ajarkan disiplin supaya tidak reborn. Mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa,” ujarnya.
Wali Kota Risma menuturkan, melalui simulasi ini, diharapkan didapatkan suatu gambaran bagaimana untuk evaluasi pelaksanaan ke depannya. Bagi dia, simulasi ini juga menjadi pengalaman bagi Pemerintah Kota Surabaya untuk pelaksanaan sekolah tatap muka bagi jenjang pendidikan lain. ”Sebetulnya sudah bagus, protokolnya dipatuhi, kan tidak boleh lengah, namanya juga anak-anak,” katanya.
Ia menyatakan, meski vaksin Covid-19 sudah ada, nantinya konsep sekolah tatap muka dengan protokol kesehatan ketat ini akan terus dilakukan. Bahkan, untuk mendukung hal ini, pihaknya melibatkan ahli kesehatan masyarakat.
Karakteristik sekolah
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Supomo menyatakan, pelaksanaan simulasi yang diikuti 14 SMP negeri dan swasta Surabaya di hari kedua ini berjalan sesuai rencana. Jumlah siswa yang dihadirkan di setiap sekolah disesuaikan dengan karakteristik masing-masing sekolah.
”Syukur pelaksanaan simulasi hari kedua berjalan sesuai rencana. Mungkin karena jumlah siswa yang dihadirkan sangat terukur sehingga hal-hal yang mungkin akan terjadi cepat diantisipasi,” kata Supomo.
Menurut dia, hal yang sulit dalam pelaksanaan sekolah tatap muka itu ketika nanti jumlah siswa kembali normal. Meskipun ketika nanti sekolah resmi dibuka, jumlah siswa yang dihadirkan maksimal setengah dari total pelajar yang ada di masing-masing sekolah.
”Yang sulit itu nanti kemudian jumlah siswa normal karena kita nanti akan lakukan itu paling banyak separuh dari jumlah siswa yang ada di masing-masing sekolah. Jadi sampai dengan saat ini berjalan sesuai dengan rencana,” paparnya.
Mantan Kepala Dinas Sosial Surabaya ini menuturkan, selain 14 sekolah yang melaksanakan simulasi, saat ini lembaga pendidikan lain juga sedang berupaya memenuhi protokol kesehatan yang telah ditentukan. Di antaranya, sarana prasarana di sekolah, pernyataan dukungan dari orangtua murid serta komite sekolah, hingga penyiapan satgas Covid-19 di masing-masing sekolah.
”Sekarang yang sedang berjalan di semua sekolah seperti ini. Harapan kami di bulan Januari 2020, mereka juga bisa melakukan yang sama. Dan, mereka juga akan mengawali di bulan Januari 2020 itu dengan kegiatan simulasi,” tuturnya.