Dibuka Daring, Semangat Kolaborasi Pekerja Seni Tetap Bernyala
Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2020 digelar 31 Oktober hingga 30 November 2020. PKN 2020 diselenggarakan dalam format dalam jaringan karena pandemi Covid-19 dan resmi dibuka oleh Presiden Joko Widodo.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
Meski penyelenggaraan pembukaan Pekan Kebudayaan Nasional 2020, Sabtu (31/10/2020) malam, dalam format daring, kolaborasi seniman dan pekerja seni tetap terlihat. Berlatar sembilan destinasi budaya, mereka kompak menampilkan pertunjukan kolosal seni ”Napas Bumi” yang terinspirasi kekayaan tradisi dan budaya Nusantara.
Diawali dari video komponis Ananda Sukarlan yang tampil dengan garapan musik piano yang digubah atas dasar Naskah Proklamasi dengan tema ”Kemerdekaan untuk semua insan”. Penampilannya berlatar Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Kemudian, ritual Nyangahatn oleh masyarakat Dayak di Desa Lingga, Kecamatan Sungai Ambawang, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Ritual ini berfungsi sebagai ucapan syukur dan meminta keselamatan.
Tampilan dilanjutkan oleh pertunjukan Dana Sarah di Candi Muaro Jambi, Jambi. Pertunjukan ini beberapa kali menampakkan beberapa biksu dan keasrian alam sekitar candi. Lalu, tari dan musik ”Hu” ditampilkan di Cagar Budaya Taman Sari Gunongan, Banda Aceh. Setelah itu, kemeriahan upacara kedukaan dan upacara syukur Rambu Tuka berlangsung di perkampungan adat Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Dari Bukit Holbung, Pulau Samosir, Sumatera Utara, kelompok seniman dan pelaku budaya menampilkan tari ritual patung kayu ”Sigale Gale”. Penampilan ini disertai narasi tradisi Andung Dalam yang dulu dipakai masyarakat Batak Toba untuk menceritakan kebaikan orang yang telah meninggal.
Kemudian, penari lengger lanang Banyumas, Rianto, tampil membawakan tarian ”Mantra Tubuh” di atas Sungai Pelus, Banyumas, Jawa Tengah. Rianto mengaku sangat terinspirasi dengan pengalaman ketubuhan dan alam. Baginya, pengalaman tersebut kaya narasi kultural. Sungai Pelus dipilih karena dipercaya tempat leluhur.
Koreografer Eko Supriyanto bersama Ekos Dance Company tampil dengan tari Mighty Indonesia dengan latar pelataran Candi Borobudur, Magelang. Bagi Eko, tubuh manusia selalu berkaitan dengan segala hal di sekelilingnya, tidak berdiri sendiri, tetapi berdialog dengan lingkungan, alam, budaya, dan teknologi.
Adapun penampilan Joged Lambak dan Pucuk Pisang berlangsung di Anjungan Seni Idrus Tintin, Kompleks Bandar Seni Raja Ali Haji, Pekanbaru, Riau.
Tangguh bencana
Dalam sambutan pembukaan PKN 2020, Presiden Joko Widodo menyampaikan, sikap optimistis dan pantang menyerah bangsa Indonesia terbentuk oleh tantangan alam dan kondisi geografis Nusantara. Selama berabad-abad, nenek moyang Indonesia telah bersahabat dengan tantangan tersebut, menjaga harmoni dengan alam, membangun kebudayaan, dan nilai-nilai keutamaan di atasnya.
”Itulah yang membuat bangsa Indonesia tangguh, menghargai perbedaan, kreatif, dan kaya budaya. Ketika menghadapi pandemi Covid-19, memori budaya masyarakat tangguh terulang. Lebih dari delapan bulan pandemi, masyarakat memupuk solidaritas, gotong royong, dan mendukung langkah pemerintah mengurangi persebaran Covid-19,” ujar Presiden.
Presiden menilai Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2020 adalah bukti budayawan dan pelaku seni Tanah Air tidak tunduk pada pandemi. Di tengah kesulitan dan tantangan yang dihadapi, mereka terus berkreasi, optimis, dan bergerak maju membangun memori masa depan yang lebih baik. Tanpa membedakan latar belakang, mereka berupaya meletakkan batu bata budaya untuk membangun peradaban Indonesia maju.
Selama pandemi Covid-19 masih berlangsung, Presiden juga melihat masyarakat kembali menggali kearifan lokal. Budayawan dan pekerja seni tetap berkreasi menghasilkan karya untuk menghibur masyarakat.
”Semua bekerja untuk kelangsungan Nusantara. Kepada semua pihak, teruslah berkarya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, menggali kearifan lokal dalam menghadapi bencana, dan menghargai Bumi,” kata Presiden.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim saat membacakan prolog ”Napas Bumi” mengatakan, menjadi orang merdeka berarti bertanggung jawab terhadap bumi, bukan menjajah.
Karena itu, katanya, kita harus senantiasa berdialog lewat budaya yang diajarkan para leluhur. Dialog dengan bumi melalui budaya ini untuk menjaga keharmonisan manusia dengan semesta. Ini lantaran manusia lahir, tumbuh, dan hidup bersama bumi.
”Kita dan bumi tak terpisahkan. Napas bumi adalah napas kita juga,” kata Nadiem.
Ia melanjutkan, bumi tak hanya menghasilkan kebutuhan pokok yang menghidupi manusia. Disebutkan pula, bumi dengan segala keindahan dan kemegahannya menciptakan kebahagiaan bagi nurani dan kejernihan kalbu manusia.
Karena itu, ia menekankan lagi agar manusia menjaga keharmonisan ini. ”Tidak hanya harmoni dengan sesama manusia, tetapi juga dengan bumi yang kita pijak. Napas kita bergantung pada napasnya. Napas bumi,” kata Nadiem.
Pertunjukan kolosal seni ”Napas Bumi” dimotori oleh Rama Soeprapto sebagai penata artistik. Pertunjukan ini juga turut menampilkan spesial tari bersama dengan Mbah Minto dan Ayu Laksmi. Semua video penampilan budayawan, seniman, dan pekerja seni direkam dari sembilan destinasi budaya sebelum siaran pembukaan.
PKN 2020 melibatkan 4.791 seniman dan pekerja seni, 27 tema konferensi, 93 pergelaran, dan 1.477 karya seni rupa dipamerkan secara virtual dalam lima ketegori pameran. PKN 2020 berlangsung dalam format daring.
Warga bisa mengunjungi kegiatan di laman dan aplikasi PKN. PKN berlangsung 31 Oktober-30 November 2020.
Sebelum acara pembukaan, sekitar pukul 15.00, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid meluncurkan Pasarbudaya di laman Tokopedia. Pasarbudaya menjadi bagian dari PKN 2020.
Hilmar mengatakan, ratusan produk budaya telah diakuisisi untuk program pameran PKN Tahun 2020 ”Pasarbudaya” dengan beberapa kategori, seperti kriya dan seni murni. Produk tersebut awalnya akan ditampilkan dan diperjualbelikan secara luring.