Berbagai cara dilakukan mahasiswa untuk memanfaatkan waktunya selama pembatasan sosial. Sebagian semakin sibuk mengasah minat dan bakat di dunia maya.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi tidak menghalangi mahasiswa untuk mengembangkan diri. Sebagian dari mereka menyibukkan diri mengasah kemampuan lewat berbagai kesempatan di dunia maya. Aktivitas ini dilakukan untuk mengasah minat dan bakat yang diinginkan.
Semakin banyak aktivitas Latifa (20), mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Indraprasta, yang berlangsung di ranah digital sejak pandemi Covid-19. Ada kelas, diskusi, seminar atau webinar, dan pelatihan yang semuanya berlangsung daring.
”Karena di rumah saja, jadi banyak kegiatan yang bisa dilakukan. Aku semakin banyak menulis, buat puisi, dan lainnya,” ujar Latifa, Minggu (18/10/2020).
Dari internet, rasa ingin tahunya tentang tulis-menulis terpenuhi. Mulai dari tips dan trik, cara membuat artikel di Kompasiana dan blog, hingga ide dan gagasan ada di sana. Alhasil curahan hati, puisi, sajak, dan pendapatnya sudah tertuang ke dalam blog pribadi ataupun blog komunitas.
Seminar atau webinar juga kerap menemaninya di sela-sela kelas daring atau menulis. Ada tentang kewirausahaan, media sosial untuk bisnis, public speaking, dan hukum. Dosen pun tak segan memberi nilai tambah kepada mahasiswa atas partisipasi dalam seminar atau webinar.
Chairunnisa Rizqi (18), mahasiswi Jurusan Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada, beberapa kali ikut webinar untuk menambah wawasan ketimbang beraktivitas di luar rumah karena masih berisiko. Webinar itu, antara lain, tentang komodifikasi budaya dan konselor sebaya.
”Aku bukan tipe yang sering keluar rumah. Jadi aktivitas biasa di rumah. Beli buku lewat situs daring, nonton, dan dengar musik,” ucap Chairunnisa.
Informasi webinar banyak berseliweran dari dosen, sesama mahasiswa, media sosial, dan komunitas. Salah satunya komunitas Forum GenRe atau Generasi Berencana. Komunitas ini banyak mengadakan kegiatan yang mengisi waktunya karena belum ada aktivitas di unit kegiatan mahasiswa.
Lia Muflihatun Addien (21), mahasiswi Jurusan Teknik Sipil Universitas Siliwangi, mendalami hobi gambar selama di rumah saja. Caranya dengan banyak membaca, praktik, dan ikut webinar terkait. ”Saya terus berlatih untuk meningkatkan kemampuan gambar,” ujar Lia.
Baginya, hal itu lebih baik ketimbang larut dalam media sosial. Sebab, banyak bertebaran kabar bohong, perdebatan tanpa kejelasan, dan hal lainnya.
Sama halnya dengan Elisabet Anisa Gita (20), mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara. Penggemar fotografi ini sering mengikuti beragam webinar, seperti fotografi, personal branding, self development, digital marketing, dan copywriting. ”Semuanya berguna untuk pengembangan diri. Apalagi setelah lulus dari bangku perkuliahan nanti,” ujar Elisabet. Informasi webinar ia peroleh dari LinkedIn, Twitter, akun Instagram Klob.id, upgradekarir, dan surel pemasaran.
Hugo Pratama Aziz Hoedvie (18), mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Cendana, juga demikian. Keleluasaan waktu selama di rumah saja lebih banyak untuk mengasah kemampuan desain grafis dan video. Caranya tidak hanya utak-atik lewat perangkat komputer saja. Berselancar di internet, diskusi lewat grup percakapan, grup komunitas, dan cari info terbaru jadi cara lain. ”Kegiatan positif supaya pikiran segar dan bermanfaat,” kata Hugo.
Studi berjudul ”Perspektif Indonesia tentang Kursus Online Terbuka Besar-besaran: Peluang dan Tantangan” yang dipublikasi di Jurnal Pendidik Online pada Januari 2018 menyebut massive open online courses (MOOC) sangat berbeda dari platform pembelajaran daring. Dalam MOOC, para peserta tidak harus terdaftar sebagai siswa di lembaga mana pun.
Kursus daring
Para penulis studi ini, Berliyanto dan Harry B Santoso dari Universitas Indonesia, mengamati empat penyedia MOOC lokal Indonesia, yaitu IndonesiaX, MOOC Universitas Terbuka, UCEO (Grup Ciputra), dan FOKUS Fisipol UGM.
Saat ini, berdasarkan pengamatan Kompas, sejumlah perguruan tinggi di Indonesia mulai mengembangkan MOOC. Sejumlah perguruan tinggi tersebut di antaranya Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Airlangga. IndonesiaX bermitra dengan sejumlah perguruan tinggi untuk menyelenggarakan MOOC.
Dalam sembilan tahun terakhir, lebih dari 900 universitas telah menawarkan sekitar 15.000 MOOC yang diikuti sekitar 110 juta orang di seluruh dunia. Dalam enam bulan terakhir saja, classcentral.com (mesin pencari dan situs ulasan untuk MOOC) menyebutkan, 250 universitas mengumumkan 900 kursus daring secara gratis, termasuk Harvard, Stanford, dan Massachusetts Institute of Technology (MIT).
Dari total peserta kursus tersebut, 25-30 persen mendaftar pada masa pandemi ini. Tiga penyedia MOOC teratas di dunia, yaitu Coursera, edX, dan Futurelearn, mencatatkan pendaftaran baru pada April 2020 sebanyak selama 2019.
Untuk 100 kursus teratas, ada 11,7 juta pendaftaran selama pandemi ini. Sebagian besar, sekitar 20 persen, dari 11,7 juta pendaftar ini meminati mata kuliah The Science of Well-Being atau Ilmu Kesejahteraan dari Universitas Yale di Amerika Serikat.