Kisah perjalanan Jakob Oetama ditampilkan dalam Pameran Foto Jejak Langkah Jakob Oetama yang akan dibuka pada Minggu (18/10/2020) besok di Galeri Yakopan Omah Petroek, Karang Kletak, Pakem, Sleman.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·4 menit baca
”Inquietum est cor nostrum donec requiescat in Te....” (Gelisahlah hatiku selalu, sampai aku beristirahat di dalam Diri-Mu). Melalui jeritan Santo Agustinus, wartawan Sindhunata merefleksikan sosok Jakob Oetama, salah satu pendiri Kompas Gramedia yang berpulang 9 September 2020. Karena hati yang selalu gelisah, Jakob menjalani hidup ini sebagai perjalanan ziarah yang penuh liku sebagai seorang wartawan.
Menurut Sindhunata, kegelisahan Jakob Oetama bukan dalam arti gundah. Ia gelisah karena imannya mengajak dia untuk tidak pernah merasa mapan dalam hidupnya. Ia belum berhenti gelisah sejauh Kompas belum benar-benar menjadi koran yang andal, koran yang bisa ikut membangun dan mencerdaskan bangsa. Ia gelisah sejauh karyawan-karyawannya belum sejahtera, seperti yang diinginkannya (Jejak Langkah Jakob Oetama: Warisan Sang Pemula, Penerbit Buku Kompas, 2020).
Kisah perjalanan Jakob Oetama ditampilkan dalam Pameran Foto Jejak Langkah Jakob Oetama yang akan dibuka Minggu (18/10/2020) besok di Galeri Yakopan Omah Petroek, Karang Kletak, Pakem, Sleman.
Pameran foto memperingati 40 hari berpulangnya Jakob Oetama ini digelar 18 Oktober hingga 15 Desember 2020. Selain pameran foto, di Galeri Yakopan, Omah Petroek, digelar pula kenduri bersama dan pertunjukan tari teatrikal mengenang Jakob Oetama yang digelar dengan protokol kesehatan.
Pameran foto ini menggambarkan perjalanan Jakob Oetama dalam membesarkan Kompas, juga kiprah kemanusiaan dan keindonesiaannya. (Danu Kusworo)
”Pameran foto ini menggambarkan perjalanan Jakob Oetama dalam membesarkan Kompas, juga kiprah kemanusiaan dan keindonesiaannya,” kata kurator pameran, Danu Kusworo, Jumat (16/10/2020), di Jakarta.
Jejak langkah Jakob Oetama disarikan dalam empat frame halaman depan atau headline koran Kompas edisi perdana 28 Juni 1965, edisi 50 tahun Kompas, edisi 55 tahun Kompas, dan edisi berpulangnya Jakob Oetama. Ditampilkan pula 51 frame foto tentang aneka macam kiprah Jakob Oetama dari awal merintis karier di media hingga akhir hayatnya.
Perjalanan awal Jakob Oetama merintis koran Kompas diwakili dengan foto bersama sejumlah awak redaksi Kompas di Pintu Besar Selatan, Jakarta Kota. Tampak dalam foto itu, Jakob Oetama bersama pendiri Kompas Gramedia PK Ojong serta generasi awal jurnalis Kompas tengah duduk santai di tangga.
Perjuangan awal Kompas tidaklah mudah. Pada 1978, Kompas mengalami dilema dalam pemberitaan demonstrasi terhadap pemerintah rezim Orde Baru saat itu. Jika tidak memberitakan berarti mengingkari fakta dan jika memberitakan demonstrasi, Kompas diancam pemerintah. Akhirnya Kompas memberitakan dan kemudian untuk kedua kalinya harian ini dibredel rezim Soeharto pada 2 Januari hingga 5 Februari 1978. Sebelumnya, pada 2-5 Oktober 1965, Kompas mengalami pembredelan pertama bersama beberapa koran lain.
Selain dinamika di dapur redaksi Kompas era 1970-an, pameran foto Jejak Langkah Jakob Oetama juga menampilkan sisi lain perjuangan Jakob Oetama selain di dunia media, yaitu di dunia politik. Pergulatan Jakob Oetama di dunia media serta kiprah politiknya mendapatkan pengakuan dari pemerintah. Pada Senin, 21 Mei 1973, Presiden Soeharto menyematkan tanda Bintang Utama kepada Jakob Oetama di Istana Negara, Jakarta.
Tampak dalam salah satu frame foto lain, ditampilkan pula sosok anggota MPR Jakob Oetama tengah duduk-duduk santai sembari ngobrol dengan beberapa teman seusai penyampaian pidato pertanggungjawaban Presiden Soeharto di Gedung MPR, Senayan, Jakarta, Sabtu, 11 Maret 1978. Foto nonformal ini jarang sekali muncul di publik.
Kekuatan jaringan dan relasi Jakob Oetama dengan tokoh-tokoh bangsa tentu menjadi sisi yang tak mungkin terlewatkan dalam pameran foto. Beberapa frame foto mengabadikan momen-momen penting ketika Jakob Oetama berbincang dengan sejumlah tokoh, seperti Presiden ketiga RI almarhum Bacharuddin Jusuf Habibie saat masih menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi, almarhum Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid bersama istrinya, Sinta Nuriyah, Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri, dengan Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono, serta Presiden ketujuh RI Joko Widodo saat masih menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Beberapa momen hangat Jakob Oetama bersama rekan-rekan seprofesi juga diangkat, seperti kunjungannya ke kantor surat kabar Inggris, Daily Telegraph, bersama Aristides Katoppo, pertemuannya dengan tokoh pers Rosihan Anwar saat peringatan ulang tahunnya yang ke-88, juga dengan sahabat karibnya, P Swantoro, yang turut membesarkan harian Kompas.
”Tidak ada foto yang menggambarkan kesedihan, semua foto menggambarkan ’perjuangan’. Melihat pameran ini, diharapkan kita diwariskan akan semangat untuk terus berkarya, dalam situasi zaman yang terus berubah,” ucap Danu.
Di pengujung foto, terdapat satu foto Jakob Oetama yang sedang melihat waktu melalui jam tangan, tepat di hari ulang tahunnya ke-88, September tahun lalu. Dan, foto terakhir adalah foto seorang pelayat membawa koran Kompas saat memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah Jakob Oetama.