Salah satu sumbangsih Jakob Oetama dalam dunia pendidikan terpatri dalam Ruang Cendekia Multiguna Jakob Oetama di Universitas Indonesia. Ini buah konsistensinya memajukan dunia pendidikan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ruang Cendekia Multiguna Jakob Oetama. Demikianlah nama salah satu ruangan beserta fasilitas bagi para dosen, peneliti, dan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Nama pendiri harian Kompas ini terpatri dengan harapan lewat kegiatan formal dan informal para cendekia di ruangan tersebut dapat menghasilkan sumbangan pemikiran bagi masyarakat luas.
Jakob Oetama berpulang pada Rabu (9/9/2020). Pendiri harian Kompas ini wafat dalam usia 88 tahun di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, pukul 13:05.
Tepat 26 September 2019 atau sehari sebelum ulang tahun Jakob ke-88, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia bersama Kompas Gramedia meresmikan ruangan multiguna akademik Ruang Cendekia Multiguna Jakob Oetama. Ruangan di lantai 6 gedung H FISIP UI ini menjadi fasilitas bagi dosen, peneliti (termasuk dari negara lain), dan mahasiswa.
Ruang Cendekia Multiguna Jakob Oetama terdiri dari 8 ruang penelitian, 1 ruang seminar, dan 1 ruang rapat. Lantai pertama seluas 400 meter persegi dan lantai dua seluas 200 meter persegi. Desain ruangan sengaja memadukan antara ciri khas Kompas dan pola heksagonalnya dan UI dengan batu batanya.
Dekan FISIP UI Arie Setiabudi Soesilo mengatakan, Jakob Oetama ialah sosok yang konsisten memajukan dunia pendidikan. Salah satunya mengembangkan pendidikan ilmu komunikasi massa di Universitas Indonesia.
”Kami ingin memberikan fasilitas terbaik supaya dosen, peneliti, dan mahasiswa bersemangat dan inovatif mengembangkan riset dan pemikiran ilmu sosial kemasyarakatan di Indonesia,” ucap Arie Setiabudi Soesilo.
Jakob Oetama pernah mengajar di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia (sebelum berubah namanya menjadi FISIP UI) di Kampus UI, Rawamangun, Jakarta Timur, kurun waktu 1973-1983.
Menurut Redaktur Senior Kompas Ninok Leksono, dirinya sebagai cantrik dalam pedepokan bernama Kompas dengan Jakob sebagai begawannya. Jakob tidak hanya menjadi begawan bagi keluarga besar Kompas, tetapi juga Indonesia. ”Pak Jakob adalah tokoh pers Indonesia yang dalam berbagai forum selalu menyampaikan pandangan atau ide tentang pengembangan pers nasional,” kata Ninok.
Rektor Universitas Multimedia Nusantara ini menuturkan, Jakob telah menjadi guru par excellence bagi para cantrik wartawan. Dalam jurnalistik Indonesia, beliau menjalankan pepatah ”fortite in re, suavite in modo” yang artinya keras dalam prinsip, tetapi lembut dalam cara.