Pelatihan Guru Akan Mengakselerasi Kualitas Pendidikan
Guna menciptakan anak bangsa yang cerdas, diperlukan peran guru yang berkualitas. Pelatihan bagi guru pun menjadi penting dalam mewujudkan generasi emas Indonesia.
Oleh
SHARON PATRICIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kualitas pendidikan Indonesia ditentukan oleh mutu guru sebagai pengajar yang berinteraksi langsung dengan peserta didik. Kualitas seorang guru pun menjadi hal fundamental untuk meningkatkan wawasan dan karakter generasi mendatang.
Namun, masih banyak pekerjaan rumah untuk memperbaiki kondisi pendidikan di Indonesia. Perbaikan salah satunya dapat dimulai dengan melatih guru, termasuk kepala sekolah, untuk meningkatkan kemampuan mengajar dan manajemen sekolah.
Legatum Prosperity Index, pada 2019, memosisikan Indonesia di posisi ke-88 dari 167 negara dalam kategori pendidikan, turun satu peringkat dibandingkan dengan tahun lalu. Pilar edukasi ini mengukur pendaftaran, hasil, dan kualitas di empat tahap pendidikan (pra-sekolah dasar, dasar, menengah, dan tinggi), serta keterampilan dalam populasi orang dewasa.
Apabila dibandingkan dengan negara tetangga, posisi Indonesia berada di bawah Singapura (1), Malaysia (42), Vietnam (76), Thailand (79), dan Filipina (83). Indonesia lebih unggul dari Laos (106), Myanmar (110), dan Kamboja (124).
Direktur Komunikasi Tanoto Foundation Haviez Gautama menyampaikan, pendidikan yang berkualitas mampu mempercepat hadirnya kesetaraan peluang bagi siapa pun. Melalui pendidikan yang berkualitas, potensi seseorang dapat terwujud maksimal yang pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup.
Inilah visi yang dibawa Tanoto Foundation, lembaga filantropi mandiri yang terjun pada upaya peningkatan sumber daya manusia Indonesia. Lembaga yang berdiri sejak 1981 ini berfokus memberikan dampak di tiga area, yakni meningkatkan lingkungan pendidikan, mengembangkan pemimpin masa depan, dan mengembangkan penelitian di dunia medis.
”Tujuan kami untuk mengurangi angka tengkes (stunting), meningkatkan posisi edukasi Indonesia di level global, mempercepat penemuan dan aplikasi intervensi medis, serta mencetak pemimpin yang berkarakter. Pada akhirnya, semua ini bertujuan untuk kemajuan bangsa,” ujar Haviez, Jumat (7/8/2020).
Paparan ini disampaikan dalam kunjungan virtual ke Redaksi Harian Kompas. Hadir pula Direktur Utama Global Tanoto Foundation Satrijo Tanudjojo yang disambut Pemimpin Redaksi Kompas Sutta Dharmasaputra, Wakil Pemimpin Redaksi Mohammad Bakir, Redaktur Pelaksana Adi Prinantyo, dan Wakil Redaktur Pelaksana Antonius Tomy Trinugroho.
Tanoto Foundation, pada 2019, mengeluarkan dana hingga 18,1 juta dollar AS atau sekitar Rp 265,81 miliar, naik 28,73 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dana tersebut digunakan untuk meningkatkan lingkungan pendidikan (8,6 juta dollar AS), mengembangkan pemimpin masa depan (4,1 juta dollar AS), mengembangkan penelitian di dunia medis (56.000 dollar AS), serta keperluan lain (5,4 juta dollar AS).
Satrijo Tanudjojo menyampaikan, peningkatan kualitas guru dilakukan melalui Program Pintar dengan melatih guru, kepala sekolah, serta calon guru. Program yang berjalan di lima provinsi di 20 kabupaten/kota kini sudah direplikasi oleh pemerintah daerah setempat dengan menggunakan anggaran pemerintah daerah.
”Jadi, dari satu kabupaten, kami menggarap 24 sekolah yang kami latih gurunya dengan program Mikir, yaitu mengalami, introspeksi, komunikasi, dan refleksi. Setelah itu, kami juga ajarkan agar program ini dapat direplikasi di sekolah-sekolah lainnya,” ujar Satrijo.
Hingga 2019, ada sekitar 5.909 guru di 592 sekolah di Indonesia yang sudah dilatih dan memberikan dampak bagi 441.179 siswa. Program ini pun sudah direplikasi ke 1.623 sekolah yang turut menjangkau hingga 11.240 pengajar.
Kurangi tengkes
Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan, prevalensi tengkes di Indonesia 30,8 persen. Artinya, satu dari tiga anak di Indonesia mengalami tengkes. Itu jauh dari ambang batas ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni kurang dari 20 persen. (Kompas, 28 Juli 2020)
Dalam rangka menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, Tanoto Foundation juga menjalankan Program Sigap untuk mengatasi persoalan tengkes. Program ini pun sejalan dengan target pemerintah untuk mengurangi angka tengkes pada 2024 menjadi 14 persen atau turun 13 persen dari angka tengkes 2019.
Satrijo mengatakan, Program Sigap secara khusus akan berfokus pada anak usia nol hingga tiga tahun untuk mengantisipasi anak terkena tengkes. Program yang bekerja sama dengan Bank Dunia ini dilakukan dengan pendekatan terintegrasi yang menggabungkan perawatan kesehatan dan intervensi gizi dengan stimulasi dini.
”Saat ini sudah ada proyek percontohan yang kami lakukan di Jakarta. Anak-anak diberi pembelajaran secara berjenjang sesuai usianya untuk melihat perkembangan diri. Program ini masih berlangsung dan rencananya juga akan dilakukan di Pandeglang dan Kutai Kartanegara,” ujar Satrijo.