Pembangunan Manusia Mundur akibat Pandemi Covid-19
Sejumlah kemajuan capaian pembangunan menghilang tiba-tiba akibat pandemi Covid-19. Semua itu mengancam capaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 membuat pembangunan manusia mundur di seluruh dunia. Sejumlah kemajuan capaian pembangunan hilang secara tiba-tiba hingga meningkatkan kembali kemiskinan, pengangguran, dan kasus-kasus kekerasan jender. Semua itu mengancam capaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030.
”Pandemi membuat pembangunan manusia global mundur untuk pertama kalinya dalam 30 tahun terakhir,” kata Kepala Perwakilan Badan Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) Indonesia Christophe Bahuet dalam webinar ”Indonesia dalam Peringkat SDGs Index 2020 Dunia”, Kamis (23/7/2020).
Pandemi yang berlangsung beberapa bulan terakhir telah menambah 400 juta orang miskin dan 200 juta orang kehilangan pekerjaan di seluruh dunia. Situasi serupa juga terjadi di Indonesia. Pandemi membuat lebih dari 3 juta orang di Indonesia tak bekerja dan jumlah penduduk miskin yang pada September 2019 mencapai 9,22 persen dipastikan akan meningkat.
Tekanan ekonomi itu diyakini akan membebani lingkungan, mulai dari bertambahnya sampah medis hingga kekhawatiran mengendurnya komitmen pembangunan rendah karbon. Dampak sosial pandemi juga sangat terasa, yang terlihat dari bertambahnya beban perempuan hingga meningkatkan risiko mereka terhadap kekerasan.
Situasi itu dipastikan akan mengganggu capaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2020, termasuk target Indonesia. Beban Indonesia akan semakin bertambah berat mengingat capaian skor indeks SDGs Indonesia dalam Sustainable Development Report (SDR) 2020 ada di peringkat 101 dari 166 negara. Tahun sebelumnya, Indonesia ada di peringkat 102 dari 162 negara.
Skor indeks SDGs Indonesia memang mengalami kenaikan 1,7 persen dari 64,2 pada 2019 menjadi 65,3 pada 2020. Namun, kenaikan skor indeks SDGs regional jauh lebih tinggi, yaitu 2,3 persen. Di ASEAN, peringkat indeks SDGs Indonesia tertinggal dari Thailand yang ada di posisi ke-41, Vietnam (49), Malaysia (60), Brunei Darussalam (88), Singapura (93), dan Filipina (99).
Dalam SDR 2020 tersebut, tujuan SDGs yang pertumbuhannya sesuai target yang direncanakan, antara lain, Tujuan 1: Tanpa Kemikiskinan, Tujuan 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak, Tujuan 8: Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, dan Tujuan 13: Penanganan Perubahan Iklim.
Sementara itu, capaian sejumlah target tumbuh moderat, seperti Tujuan 2: Tanpa Kelaparan, Tujuan 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, dan Tujuan 4: Pendidikan Berkualitas. Capaian target tujuan yang lain stagnan, seperti Tujuan 5: Kesetaraan Jender, Tujuan 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan, dan Tujuan 14: Ekosistem Lautan.
Banyak capaian Tujuan SDGs yang cukup baik, tetapi masih banyak tantangan yang harus dihadapi.
”Banyak capaian Tujuan SDGs yang cukup baik, tetapi masih banyak tantangan yang harus dihadapi,” kata Guillaume Lafortune, ekonom senior dari Sustainable Development Solutions Network, salah satu lembaga yang menyusun SDR 2020.
Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto mengatakan, meski seolah peringkat Indonesia naik tipis, jumlah negara yang diukur juga bertambah. Meski demikian, dia menyoroti banyak data acuan yang digunakan dalam penyusunan indeks SDGs tersebut yang menggunakan data kedaluwarsa karena sudah ada data terbaru tahun 2018 atau 2019, seperti data terkait prvelensi tengkes (stunting) atau usia harapan hidup.
Meski demikian, membandingkan peringkat Indonesia dalam indeks SDGs dinilai tidak terlalu penting. ”Indikator SDGs di Indonesia jauh lebih kompleks dibandingkan dengan SDGs global, tetapi hanya beberapa indikator yang dimasukkan dalam indeks agar bisa dibandingkan dengan negara lain,” katanya. Situasi itu membuat capaian SDGs Indonesia tidak tergambarkan secara lengkap dalam hasil SDR 2020.
Staf Ahli Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang Sinergi Ekonomi dan Pembiayaan Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, hal terpenting yang bisa dilihat dari hasil indeks SDGs itu adalah bagaimana implementasi kebijakan SDGs pemerintah yang sudah disinergikan dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024. ”Pandemi menuntut pemerintah segera beradaptasi dan menyesuaikan arah dan sasaran pembangunan nasional,” katanya.
Upaya itu dilakukan pemerintah dengan mempercepat pemulihan ekonomi, termasuk menjaga sistem ketahanan pangan, serta mereformasi sistem kesehatan, perlindungan sosial, dan ketahanan bencana. Pada 2021, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,5-5,5 persen dan tingkat kemiskinan 9,2-9,7 persen. Sementara tingkat pengangguran tahun depan antara 7,7-9,1 persen dan penciptaan lapangan kerja sebanyak 2,3-2,8 juta orang.
Direktur SDGs Academy Indonesia Juliaty Ansye Sopacua mengingatkan, pencapaian SDGs tidak bisa dilakukan dengan cara yang biasa-biasa saja atau hanya mengandalkan kebijakan nasional semata. Pelokalan SDGs yang akan memunculkan solui-solusi inovatif atas persoalan yang ada di masyarakat akan bermakna penting untuk mempercepat capaian target-target SDGs ataupun memperbaiki skor indeks SDGs secara nasional.
Karena itu, rencana aksi daerah pencapaian target SDGs yang sudah disusun sejumlah provinsi sejak sebelum pandemi perlu segara diimplementasikan dan dipercepat pelaksanaannya. Hal yang tak kalah penting lainnya adalah memantau pelaksaan aksi tersebut hingga bisa langsung dilakukan perbaikan jika ditemukan kendala atau target yang tak sesuai rencana.