Ujian Tulis Berbasis Komputer Perguruan Tinggi Negeri Akan Menjaring 150.000 Peserta
Pelaksanaan ujian tulis berbasis komputer-seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri gelombang I akan dimulai 5-14 Juli 2020. Baik kampus penyelenggara maupun peserta diminta patuh protokol kesehatan.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ujian tulis berbasis komputer diperkirakan menjaring 150.000 orang dari total 703.875 peserta untuk lolos seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri. Peserta diminta mempersiapkan diri mengikuti tes dan mematuhi protokol kesehatan.
Ketua Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT) Mohammad Nasih dalam dialog interaktif ”Kesiapan UTBK di Tengah Pandemi”, Kamis (2/7/2020), di Jakarta, menyampaikan hal tersebut. Dia bahkan menekankan, peserta ujian tulis berbasis komputer (UTBK) seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri (SBMPTN) yang tidak mengikuti protokol kesehatan akan didiskualifikasi.
Di tengah pandemi Covid-19, LTMPT memutuskan tetap menggelar UTBK secara langsung. Nasih menegaskan tidak ada pilihan lain. Opsi menggelar UTBK secara daring tidak diambil karena mempertimbangkan ketidakstabilan ataupun keterbatasan akses internet dan gawai untuk mengikuti tes.
Pelaksanaan UTBK akhirnya diputuskan tetap digelar secara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Pelaksanaan UTBK akhirnya diputuskan tetap digelar secara langsung dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Perpindahan siswa menuju lokasi tes antarprovinsi ataupun antarkabupaten/kota ditekan. Ini karena mempertimbangkan ada daerah yang tetap melaksanakan pembatasan sosial. Lalu, pelaksanaan tes dibagi dua gelombang yang masing-masing terdiri atas dua sesi. Tes yang diujikan pun hanya satu, yakni tes potensi skolastik. LTMPT telah menyiapkan bank soal sehingga soal tes akan selalu berbeda di setiap sesi.
Terkait kuota penerimaan, Nasih menjelaskan, jalur seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) sekitar 30 persen, jalur UTBK-SBMPTN berkisar 30-40 persen, dan jalur mandiri sekitar 30 persen.
Berdasarkan data LTMPT per 2 Juli 2020 pukul 14.00, total peserta UTBK-SBMPTN mencapai 703.875 orang. Jumlah ini terdiri dari 579.069 peserta tes gelombang I dan 124.806 peserta tes gelombang II.
Jumlah peserta tes gelombang I yang sudah cetak kartu sebanyak 539.935 orang atau 93,24 persen dari total peserta tes yang seharusnya.
Sementara jumlah peserta tes gelombang II yang sudah cetak kartu mencapai 117.159 orang atau 93,78 persen dari total peserta tes yang seharusnya.
LTMPT mengimbau bagi peserta yang belum cetak ulang untuk segera mencetak ulang kartu tanda peserta guna memastikan keikutsertaannya dalam tes UTBK sesuai dengan jadwal terbaru.
Gelombang pertama UTBK berlangsung 5-14 Juli 2020, sedangkan gelombang kedua pada 20-29 Juli 2020. Pengumuman seleksi akan dilaksanakan 20 Agustus 2020.
Setiap gelombang tes akan dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama berlangsung pukul 09.00-11.15, lalu jeda 2 jam 45 menit, baru kemudian dilanjut sesi kedua pukul 14.00-16.15.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan KIP Universitas Indonesia (UI) Amelita Lusia menyebutkan, ada 910 peserta UTBK akan mengikuti tes di UI. Jumlah ini terdiri dari 720 orang UTBK di kampus UI di Depok dan 190 peserta UTBK di kampus UI di Salemba.
Dengan protokol kesehatan
Sejauh ini, UI telah mempersiapkan segala kebutuhan fasilitas dan pengaturan tes sesuai protokol kesehatan. Misalnya, mobil ambulans dan peralatan penyemprotan disinfektan. Setiap sebelum ruangan dipakai tes, tim akan melakukan penyemprotan disinfektan.
Sebelum tanggal 5 Juli 2020, UI akan melakukan penyemprotan disinfektan ke semua ruangan yang akan dipakai tes. Sosialisasi teknis tes sampai imbauan larangan pengantar ikut menunggu terus disosialisasikan.
”Kami mengimbau peserta tes wajib mengenakan masker. Kami menyarankan mereka memakai pelindung muka dan sarung tangan. Peserta harus cermat mengingat informasi lokasi kampus beserta gedung dan ruangan tes sejak sekarang,” katanya.
Peneliti sosiologi pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Anggi Afriansyah, memandang pentingnya komunikasi digital setiap teknis pelaksanaan UTBK sehingga publik paham. Dia menduga, pelaksanaan UTBK-SBMPTN tahun ini akan didominasi keluhan-keluhan yang sifatnya teknis. LTMPT semestinya sudah mengantisipasi.
”Dinamika pelaksanaan UTBK-SBMPTN akan diwarnai isu teknis. Bagi peserta tinggal di wilayah yang punya keterbatasan akses internet, kendala mereka tentunya menyangkut kesulitan mengakses informasi teknis,” ujarnya.
Anggi berharap, peserta jangan menjadikan tes UTBK sebagai hidup mati masuk perguruan tinggi. Masih banyak jalan bisa ditempuh agar tetap bisa kuliah.
Menurut dia, minat lulusan sekolah menengah atas untuk melanjutkan pendidikan tinggi masih besar. Hanya saja, biaya masuk perguruan tinggi sampai komponen pendukung kuliah masih tinggi. Sementara kondisi perekonomian tidak stabil.
”Sebelum pandemi Covid-19, angka partisipasi kasar pendidikan tinggi di Indonesia baru sebesar 30 persen. Ini artinya partisipasi anak dengan rentang usia kuliah baru 30 persen,” kata Anggi.