Orang Indonesia umumnya memanggil kucing dengan sebutan ”pus". Pertanyaannya, dari bahasa mana asal kata ”kucing” dan ”pus”? Kenapa pula ada semacam kesamaan istilah ”pus” sebagai panggilan sayang untuk kucing?
Oleh
Bobby Steven MSF
·3 menit baca
Kucing telah lama menjadi sahabat manusia. Domestikasi kucing mungkin pertama kali terjadi di Siprus sekitar 9.000 tahun lalu. Studi Ottoloni dan kawan-kawan pada 2017 menyimpulkan, kucing domestik berasal dari nenek moyang yang sama, kucing hutan Afrika Utara (Felis silvestris lybica).
Kita tidak memiliki data pasti sejak kapan orang Indonesia memelihara kucing. Akan tetapi, peninggalan sejarah nenek moyang kita menunjukkan kucing telah menjadi bagian hidup mereka.
Relief di Candi Mendut yang dibangun pada abad ke-9 melukiskan fabel kucing yang berpura-pura tampil sebagai pemuka agama untuk mengelabui para tikus. Seekor tikus memberi saran agar kucing itu mengenakan kalung lonceng agar makin tampak saleh.
Naskah kuno La Galigo mengisahkan kucing adalah penjaga Dewi Sangiasserri (dewi padi). Kucing dalam tradisi Bugis-Makassar adalah penjaga lumbung padi dari serangan tikus (Dul Abdul Rahman, 2017:263).
Orang Indonesia umumnya memanggil kucing dengan sebutan pus. Pertanyaannya, dari bahasa mana asal kata kucing dan pus?
Kata kucing tidak bersangkut paut dengan kata cat (Inggris) yang berasal dari cattus (Latin). Dari cattus ini lahir pula kata gato (Portugis dan Spanyol), chat (Perancis) dan aneka padanan dalam rumpun bahasa Roman.
Kata kucing juga tak mirip dengan qut (Arab), biladi (Gujarat), mao (Mandarin) dan neko (Jepang). Menariknya, kata kucing mirip sekali dengan kata bahasa Tagalog, kuting (anak kucing).
Sementara itu, panggilan sayang untuk kucing, yaitu pus, mirip dengan puss (Inggris). Puss muncul perdana dalam tulisan pada abad ke-16. Kata ini sangat mirip dengan kata bahasa Belanda, poes (kucing).
Kata serupa puss atau poes juga ditemukan dalam sejumlah dialek Jerman, Denmark, Swedia, dan Irlandia. Suku Indian Pawnee memanggil kucing dengan sebutan pus atau kita pus.
Uniknya, kata pus amat mirip dengan kata bahasa Tagalog, pusa, yang artinya kucing dewasa. Menariknya lagi, anak kucing dalam bahasa Tagalog disebut kuting.
Sejatinya bahasa Tagalog berkerabat dengan bahasa-bahasa di Kalimantan, Sulawesi Utara, dan Sabah. Ada cukup banyak kata bahasa Tagalog yang persis atau mirip dengan kata bahasa Indonesia. Contohnya anak, mahal, murah, sakit, dan utak (otak).
Amat mungkin kata kuting (anak kucing) dan pusa (kucing dewasa) adalah asal kata kucing dan pus. Terjadi modifikasi pengucapan dan pergeseran makna. Kuting menjadi kucing dan dipakai untuk menyebut kucing dewasa. Pusa menjadi pus dan digunakan untuk memanggil kucing.
Akan tetapi, sebutan pus untuk kucing tidak hanya terbatas pada bahasa Indonesia dan Tagalog saja. Kata ini tersua dalam banyak bahasa dunia.
Sebutan pus untuk kucing tidak hanya terbatas pada bahasa Indonesia dan Tagalog saja. Kata ini tersua dalam banyak bahasa dunia.
Penjelasan yang lebih berterima kiranya ialah bahwa kata pus berasal dari kebiasaan manusia mengucapkan kata berbunyi mendesis untuk memanggil. Kata pus dan variannya kiranya berasal dari huruf p yang diikuti bunyi desis ss sehingga menjadi p(u)ss.
Bunyi desis seperti puss, sst, dan hus amat mudah diproduksi mulut manusia. Ia singkat dan terbukti mampu menarik perhatian hewan dan manusia.
Kita dapat menduga kucing dan pus berasal dari kuting dan pusa. Meski demikian, sebutan pus untuk kucing tak dapat dibatasi pada bahasa Indonesia dan Tagalog semata. Kucing di Inggris dan Belanda pun akan menoleh saat dipanggil puss atau poes.