Pembangunan manusia strategis seiring perubahan tantangan dan perubahan zaman. Penguatan budaya inklusif, toleran, dan ber-Bhinneka Tunggal Ika menjadi keniscayaan untuk membangun sumber daya manusia yang berkarakter.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Pembangunan manusia strategis seiring perubahan tantangan dan perubahan zaman. Penguatan budaya inklusif, toleran, dan ber-Bhinneka Tunggal Ika menjadi keniscayaan untuk membangun sumber daya manusia yang berkarakter.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani, mengatakan, berkepribadian dalam konteks kebudayaan Indonesia tak berarti anti budaya asing. Yang perlu dilakukan yakni memperkuat kepribadian bangsa sehingga budaya asing bisa disaring.
"Salah satu fokus utama kebijakan dalam membangun manusia ialah dengan memperkuat budaya inklusif dan toleran," kata Puan pada seminar nasional "Manusia dan Politik Kebudayaan" di kampus Universitas Diponegoro Semarang, Jawa Tengah, Jumat (26/7/2019).
Menurut dia, budaya inklusif atau tidak diskriminatif, menjadi syarat yang diperlukan dalam membangun Indonesia yang penuh keragaman. Apalagi, Indonesia terdiri dari sekitar 250 juta jiwa, sekitar 17.000 pulau, 714 suku, dan lebih dari 1.100 bahasa lokal.
Puan menambahkan, strategi kebijakan lainnya dengan membangun SDM yang berkarakter dan memiliki daya saing dalam menghadapi kemajuan teknologi. Selain itu, pembangunan manusia juga mesti mengutamakan integritas, etos kerja, gotong royong, dan kebudayaan untuk kesejahteraan rakyat.
Menurut dia, akhir-akhir ini, Pancasila dan ke-Islaman seakan dipertentangkan. "Padahal di dalam Pancasila ada unsur-unsur keislaman dan kebangsaan, yang jika keduanya kokoh berdampingan, Indonesia akan menjadi negara makmur dan bahagia lahir batin," kata Puan.
Padahal di dalam Pancasila ada unsur-unsur keislaman dan kebangsaan, yang jika keduanya kokoh berdampingan, Indonesia akan menjadi negara makmur dan bahagia lahir batin. (Puan Maharani)
Adapun semua itu, kata Puan, harus dimulai dari proses pendidikan, pembinaan ideologi bangsa, gerakan nasional revolusi mental, dan pembinaan organisasi. Selain itu, dialog antartokoh masyarakat juga mesti dilakukan melalui interaksi kegiatan antarbudaya, antarkelompok, dan antaragama.
Lebih lanjut, perlu juga diperkuat upaya-upaya mengembangkan dan memanfaatkan objek pemajuan budaya. "Ini untuk menyejahterakan rakyat, pelestarian, dan kekayaan budaya nasional, yang pada akhirnya akan memperkokoh persatuan nasional," jelasPuan.
Ke depan, upaya-upaya mengembangkan dan memanfaatkan objek pemajuan kebudayaan, juga perlu diperkuat untuk kesejahteraan rakyat, pelestarian, dan kekayaan kebudayaan nasional. Hal-hal tersebut diyakini memperkokoh persatuan nasional.
Rektor Undip Yos Johan Utama menambahkan, kebudayaan menjadi faktor penting yang akan menentukan nasib Indonesia ke depan. “Ini terkait Pancasila. Undip telah mendeklarasikan diri sebagai benteng Pancasila. Salah satu tindakan nyatanya, kami menyediakan tempat bagi mahasiswa tidak mampu,” ujar Yos.
Yos menambahkan, melalui kegiatan seperti seminar kebudayaan, diharapkan ada pencerahan kembali politik kebudayaan yang bersendikan nilai-nilai Pancasila. Hal itu akan membawa Indonesia lebih maju, sejahtera, adil, serta berperan besar dalam perdamaian internasional.
Dekan Fakultas Ilmu Budaya Undip, Nurhayati menuturkan, di era revolusi industri generasi keempat ini, pembangunan manusia menjadi hal penting. Tak hanya di bidang eksakta, tetapi juga pembangunan manusia yang nanti akan mengendalikan revolusi industri 4.0 ini.