BANTUL, KOMPAS—Budaya mendongeng perlu dilestarikan guna mengajarkan kebaikan kepada anak-anak dengan adanya nilai moral yang termuat dalam setiap cerita. Dongeng menjadi cara untuk melakukan pendidikan karakter oleh orang tua terhadap anak melalui cara yang menyenangkan.
Hal itu yang ingin diusung oleh sebuah festival dongeng bertajuk Awicarita Festival 2018 yang digelar di Hutan Pinus Asri, Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (11/11/2018). Sekitar 2.000 orang mendatangi acara itu. Sebagian besar adalah anak-anak berusia 6-12 tahun. Tetapi, ada pula yang masih berusia di bawah lima tahun.
Ketua Awicarita Festival 2018 Ayu Purbasari mengatakan, pihaknya meyakini, dongeng menjadi cara yang paling tepat untuk mengajarkan kepada anak-anak tentang perilaku-perilaku baik. Metode bercerita yang menyenangkan membuat anak-anak bisa menerima pesan-pesan baik dari tiap cerita dengan mudah.
“Dongeng ini menjadi media yang paling ampuh untuk menyampaikan pesan-pesan baik kepada anak-anak tanpa harus menggurui. Jadi, kita tidak bisa memberitahu anak-anak hanya dengan melarang. Mereka akan lebih senang lewat metode bercerita. Dengan metode itu, mereka akan lebih mudah menerima nilai-nilai baik,” kata Ayu, di sela-sela acara.
Juliawati Bonita dan Tania Kathryne menjadi pendongeng pertama dalam acara itu. Mereka mendongeng sambil bernyanyi dan sesekali mengajak anak untuk terlibat pada cerita dongeng yang mereka bawakan kali itu.
Bonita dan Tania bercerita tentang warna-warna pelangi yang saling mau menang sendiri dan mengklaim diri sebagai warna yang paling bagus. Akan tetapi, sifat egois dari masing-masing warna justru membuat pelangi tak pernah tampak lagi. Akhirnya, mereka saling mengalah dan menyadari bahwa sebenarnya mereka akan tampak indah jika bersama-sama dan tak saling menang sendiri.
Gusti Kanjeng Ratu Hemas, permaisuri Sultan Hamengku Buwono X, yang hadir dalam acara tersebut turut membawakan dongeng kepada anak-anak. Ia menceritakan, tentang pembuatan tumpeng raksasa yang tak bisa dilakukan sendirian. Tumpeng itu harus dibuat bersama-sama dan membutuhkan kerja sama semua orang. Tanpa memandang laki-laki ataupun perempuan.
“Kita harus saling bekerja sama, saling membantu, dan harus memberikan manfaat bagi orang lain,” kata Hemas, kepada anak-anak yang menyaksikannya.
Hemas menyampaikan, anak-anak masih perlu untuk didongengkan. Lewat dongeng anak-anak bisa belajar berbagai nilai-nilai moral kehidupan yang termuat dalam cerita-cerita yang ada. Oleh karena itu, ia mengharapkan, agar orang-orang tua dan guru menggiatkan kembali budaya dongeng kepada anak-anak.
Hal serupa disampaikan oleh pendongeng nasional Ario Zidni. Menurut dia, orang tua yang menceritakan dongeng kepada anaknya itu tidak sekadar menguatkan hubungan antara orang tua dan anak saja. Tetapi, secara tidak langsung, orang tua sedang memberikan pendidikan karakter kepada anaknya.
“Sebenarnya, dari zaman dahulu, pendidikan karakter pertama kali itu dari orang tua. Hal itu biasanya disampaikan melalui cerita atau mendongeng,” kata Ario.
Sementara itu, Rona Mentari, pendongeng, mengungkapkan, dongeng dapat merangsang anak-anak untuk berimajinasi dan mendorong mereka untuk bercita-cita tinggi. “Mereka akan selalu terdorong untuk bisa berpikir kreatif,” ujarnya.
Chikameirani Adissa, Community Social Responsibility Officer Kompas Gramedia, mendongeng bisa meningkatkan kemauan anak untuk membaca sehingga tak melulu bermain gawai. Hal ini menjadi penting untuk meningkatkan literasi anak bangsa ke depan. Dalam acara itu, pihaknya juga mendonasikan sejumlah buku cerita anak kepada penyelenggara. (NCA)