JAKARTA, KOMPAS— Peringatan Hari Kesaktian Pancasila hendaknya mengedepankan nilai spiritualitas Pancasila sebagai semangat persatuan dan pembangunan bangsa. Negara memberi ruang kepada generasi muda untuk melihat Pancasila dari sudut pandang mereka dan mengejawantahkan nilai-nilainya untuk menghadapi tantangan di masa kini dan masa depan.
“Rentang Pancasila semenjak dibuat oleh Presiden Sukarno mengalami berbagai banyak ujian,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy sesuai menghadiri upacara Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta pada hari Senin (1/10). Upacara dipimpin oleh Presiden Joko Widodo. Turut hadir Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta para menteri dan sejumlah pejabat negara.
Muhadjir menuturkan, ujian tersebut bukannya melemahkan semangat Pancasila, namun justru membuat keyakinan bangsa kepada ideologi tersebut semakin kuat. Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia dalam bekerja dan berkarya. Dalam hal ini, Pancasila hendaknya dibumikan, bukan sekadar berupa simbol dan keyakinan negara.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid mengatakan, Kemendikbud bekerja sama dengan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) untuk mewujudkan skema pembumian nilai Pancasila. Menurut dia, peran generasi muda merupakan aspek penting untuk mengejawantahkan Pancasila ke dalam praktik sehari-hari yang relevan dengan kehidupan masyarakat.
Hal ini diterangkan lebih lanjut oleh Wakil Kepala BPIP Hariyono. Ia menjelaskan, kesaktian Pancasila tidak berarti kekerasan, melainkan semangat dan spiritualitas dalam menghadapi tantangan di masa kini dan masa depan. “Sakti berarti menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memberdayakan masyarakat Indonesia. Tujuannya ialah meningkatkan martabat Indonesia baik di dunia maupun di mata rakyat sendiri,” ucapnya.
Sakti berarti menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memberdayakan masyarakat Indonesia. Tujuannya ialah meningkatkan martabat Indonesia baik di dunia maupun di mata rakyat sendiri
Salah satu contoh ilmu dan keterampilan yang berhasil mengangkat martabat ialah keberhasilan para atlet Indonesia di ajang Asian Games 2018. Oleh sebab itu, Kemendikbud dan BPIP akan mengadakan forum memperingati Hari Kesaktian Pancasila dengan cara mengundang anak-anak muda berprestasi. Mereka berasal dari berbagai latar belakang bidang pengetahuan dan keterampilan, mulai dari akademik, olahraga, seni, dan kewirausahaan.
Menurut Hariyono, forum pada awalnya akan diadakan di Istana Bogor pada tanggal 6 Oktober. Akan tetapi, dengan adanya bencana gempa serta tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, BPIP akan mendiskusikan dengan Presiden Joko Widodo agar forum dipindah ke Palu. “Semangat kesaktian Pancasila hadir untuk memberi inspirasi bagi anak-anak muda di Sulawesi Tengah agar bisa bangkit dari kesedihan,” tuturnya.
Jangan muluk-muluk
Pegiat Sudah Dong yang merupakan gerakan antiperundungan di media sosial, Adiyat Yori Rambe ketika dihubungi pada saat yang terpisah mengatakan, tidak perlu cita-cita muluk untuk mengamalkan Pancasila. Masalah terbesar sekarang adalah Pancasila dihafal secara teori mulai dari tingkat SD hingga kuliah, bahkan di kalangan orang dewasa, tetapi tidak pernah dipraktikkan.
Ia mencontohkan, perundungan merupakan tindakan yang nyata menentang Pancasila. Di dalamnya jelas tidak sesuai dengan sila ketiga dan kelima, bahkan juga sila pertama. Akan tetapi, masyarakat kerap menganggap bahwa ejek-mengejek bukan sebuah masalah sehingga terjadi pembiaran. Padahal, akibatnya, ada pihak yang terluka secara mental, psikis, bahkan fisik.
Anak-anak dan remaja tidak membutuhkan teori, melainkan teladan
Demikian pula diungkapkan oleh Ketua Forum Anak Nasional periode 2015-2017, Putu Febry Krisna Pertiwi. “Anak-anak dan remaja tidak membutuhkan teori, melainkan teladan. Mereka melihat orangtua dan guru mudah tersulut emosinya dan melakukan kekerasan, baik secara fisik, verbal, dan emosional di sekitar mereka maupun di media sosial. Tentu saja anak-anak juga mengikuti tabiat buruk ini,” ujarnya. (DNE)