Penting, Data Akurat Berbasis Jender dan Kelompok Marjinal
Oleh
Sonya Hellen Sinombor
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Institut Lingkaran Pendidikan Alternatif Perempuan atau KAPAL Perempuan bersama Lembaga Pengembangan Sumber Daya Mitra (LPSDM) Nusa Tenggara Barat, KPS2K Jawa Timur, dan Equal Measures (EM2030), Selasa (25/9/2018) di Jakarta, menggelar Dialog Publik Gerakan Advokasi Data Responsif Gender dan Inklusif untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs).
"Dialog publik ini diselenggarakan dalam rangka memperkuat kesadaran dan mendorong berbagai pemangku kepentingan dalam penyediaan data untuk pencapaian TPB," ujar Direktur KAPAL Perempuan Misiyah pada pembukaan dialog tersebut.
Misiyah menegaskan sampai saat ini, data masih menjadi masalah krusial di Indonesia sehingga penting mendesakkan tersedia data akurat dan sinergis antar sektor. Khususnya penyediaan data yang merepresentasikan kepentingan perempuan dan kelompok marginal, berupa data pilah berbasis gender dan data khusus isu-isu gender dan kelompok marjinal.
Karena itu Gerakan Advokasi Data Responsif Gender dan Inklusif untuk Pencapaian TPB penting untuk memberikan kontribusi terhadap pencapaian TPB khususnya Tujuan 5 yakni target penghentian perkawinan anak.
Selain Misiyah, pembicara dalam dialog publik tersebut adalah Sylvana Maria Apituley (Tenaga Ahli Utama Deputi V Kantor Staf Presiden), Rohika Kurniadi Sari, Asisten (Deputi Pemenuhan Hak Anak Atas Pengasuhan, Keluarga dan Lingkungan pada Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan), Gantjang Amannullah, (Direktur Statistik Kesejahteraan Masyarakat Badan Pusat Statistik), Suroto (Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Pemkab Lombok Timur), dan Lokesjwari Irma Wardhani, (Kepala Seksi Bidang Pengarusutamaan Hak Anak, Dinas Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pemkab Gresik).
Selain pembicara tersebut hadir juga narasumber dari organisasi perempuan yang telah lama bekerja untuk isu-isu gender dalam TPB dan telah melakukan advokasi berbasis data melalui kerja kolaborasi program MAMPU dan mitra kerja Equal Measures 2030 yakni LPSDM-Nusa Tenggara Barat (Ririn Hayudiani, Wakil Direktur), KPS2K-Jawa Timur (Iva Hasanah, Direktur), organisasi perempuan dari desa yaitu Sekolah Perempuan Gresik (Lilik Indrawati) dan Sekolah Perempuan Lombok Utara (Suharni).
Pada dialog tersebut para narasumber menyampaikan materi dan membahas tentang peran, tanggung jawab dan keterlibatan masing-masing pihak dalam mendukung komitmen pemerintah Indonesia terhadap TPB dan pentingnya data sebagai basis penetapan target, indikator dan pencapaian hasil.
Adapun TPB diatur dalam Peraturan Presiden No.59 tahun 2017, yang Presiden bertindak langsung sebagai Ketua Dewan Pengarah. Dalam Perpres tersebut Indonesia mencanangkan 17 target dan 169 indikator yang akan dicapai sampai tahun 2030.
Oleh karena itu, dialog publik tersebut lanjut Misiyah, membahas upaya pencapaian TPB dari berbagai perspektif dan pentingnya data yang mendalam sehingga warga masyarakat yang selama ini terabaikan menjadi perhatian sehingga tidak seorang pun boleh ditinggal dapat dicapai.
"Selain diskusi dialog publik tersebut juga menampilkan kampanye Stop Perkawinan Anak dengan seni kreatif yaitu Musik Panci dan Tarian Nusantara oleh Sekolah Perempuan DKI Jakarta " ujar Budhis Utami di KAPAL Perempuan.