JAKARTA, KOMPAS — Direktorat Jenderal Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kembali mengerahkan 1.320 seniman ke 28 provinsi di seluruh Indonesia. Mulai tahun ajaran baru 2018, ribuan seniman tersebut akan mendampingi 26.400 siswa SD, SMP, dan SMA/SMK belajar seni pada jam-jam pelajaran ekstrakurikuler.
Program tahunan bernama Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) tersebut diharapkan mampu menginspirasi, mendidik, dan membangun iklim sekolah yang menyenangkan, mengasyikkan, mencerdaskan, serta menguatkan anak-anak didik.
Di luar pelajaran pokok sekolah, anak-anak bisa belajar seni langsung dari para seniman yang kompeten pada bidangnya, mulai dari tari, musik, teater, seni sastra, seni rupa, hingga seni media.
Seniman akan mendampingi siswa selama empat bulan dalam 27 kali pertemuan, dengan materi ajar yang telah disusun seniman.
”Saat ini, proses pendaftaran secara daring masih terus berlangsung,” kata Direktur Kesenian Ditjen Kebudayaan Kemdikbud Restu Gunawan, Kamis (21/6/2018) di Jakarta.
Kenal seni
Dengan belajar langsung dari seniman, siswa akan mengenal secara lebih dekat kesenian-kesenian di daerah masing-masing yang selama ini tidak dikenalkan di sekolah serta tidak tercantum dalam buku-buku pelajaran atau sumber-sumber pengetahuan yang lain.
Agar lebih efektif, setiap seniman akan mengajar rata-rata 20 siswa sehingga total keseluruhan siswa yang akan mendapatkan pendampingan mencapai 26.400 orang.
Yang menarik dari GSMS adalah pada akhir program. Seluruh materi yang telah diberikan seniman akan dipresentasikan melalui pementasan pertunjukan atau pameran hasil belajar oleh peserta didik. Dengan menggelar pementasan atau membuat pameran, anak-anak diberi ruang ekspresi dan kreasi.
Seluruh materi yang telah diberikan seniman akan dipresentasikan melalui pementasan pertunjukan atau pameran hasil belajar oleh peserta didik.
Persis seperti disampaikan Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, kehadiran seniman diharapkan bisa membantu anak-anak sekolah untuk mengapresiasi diri melalui bahasa-bahasa seni. Tentu, tujuan akhir dari program ini bukan untuk mengarahkan anak-anak menjadi seniman, melainkan untuk melatih karakter anak-anak agar lebih percaya diri, kreatif, dan bisa bekerja sama.
GSMS dilaksanakan sejak tahun 2016. Kegiatan ini diselenggarakan di seluruh Indonesia melalui dinas pendidikan provinsi dan dinas pendidikan kabupaten/kota yang berkomitmen melaksanakannya.
Tahun 2016, GSMS digelar di tujuh provinsi, yaitu Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, Papua, Jawa Timur, Jambi, dan Aceh.
Tahun 2017, program GSMS mulai diperluas hingga ke 29 provinsi di Indonesia. Namun, delapan provinsi akhirnya tidak dapat mengikuti program ini (Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Yogyakarta, Bali, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Maluku, dan Papua Barat) karena terlambat memberikan respons terkait program GSMS.
Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, keberhasilan program ini sangat tergantung dari koordinasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga-lembaga kesenian, dan pihak sekolah. Namun, lebih dari itu, agar pendidikan seni di sekolah-sekolah berjalan optimal, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota mesti proaktif menggali dana mandiri dan menyediakan fasilitas-fasilitas kesenian bagi sekolah-sekolah di wilayah mereka.