Diam-diam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima (selanjutnya: KBBI-V) sudah memasuki cetakan kedua (2017); cetakan pertama 2016. Ternyata dibutuhkan waktu delapan tahun (2008-2016) untuk merevisi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat (selanjutnya: KBBI-IV).
Sudah lazim di jagat perkamusan, edisi terbaru lebih tebal dari edisi sebelumnya. Tidak mengherankan jika KBBI-V memuat 126.635 lema (xlix + 1.964 halaman). Ada penambahan 36.586 lema dibandingkan dengan KBBI-IV (2008) yang berisi 90.049 lema (xlii + 1.700 halaman).
Judul kamus pun sedikit berubah. Pada Edisi Keempat kata Pusat Bahasa tampil mencolok pada kulit depan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat), sedangkan pada Edisi Kelima label Pusat Bahasa dihilangkan. Jadi, hanya Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima.
Lema paling gemuk/tebal dalam KBBI-V ialah abjad K, yaitu sebanyak 204 halaman (hlm 713-916), sedangkan yang paling sedikit/tipis ialah lema Q, yakni setengah halaman (hlm 1348).
Sejumlah kata baru yang sering kita dengar/baca dan banyak digunakan orang, terutama yang menyangkut dunia digital dan teknologi informasi, telah terekam dalam KBBI V. Sebutlah empat kata yang populer dewasa ini: gawai (hlm 502) sebagai padanan gadget, hoaks (’berita bohong’; hlm 605), dan petahana (hlm 1274) sebagai padanan incumbent, dan netizen (’warganet’; hlm. 1.143). Ada pula kata akun (hlm 41), Android (hlm 77), belanja daring (hlm 201), daring (hlm 351), kibor (hlm 828), majalah digital (hlm 1025), majalah elektronik (hlm 1025), ojek daring (hlm 1165), media sosial (hlm 1064), medsos (hlm 1.065), dan twit (hlm 1801).
Untuk penggemar olahraga sepeda hadir gowes (’bersepeda’), menggowes (’mengayuh sepeda’), dan pegowes (’orang yang mengendarai sepeda’; hlm 549). Bagi yang berkecimpung di bidang hukum ada inkrah sebagai padanan in kracht dari bahasa Belanda (hlm 644). Untuk mereka yang bergerak di bidang properti ada istilah rumah tapak (hlm 1423). Selain itu, hadir pula kata kinclong (’baik, bagus’; hlm 833) dan tajir (’kaya’; hlm 1642).
Pemimpin Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua (1991) Harimurti Kridalaksana pernah menyatakan, kamus dan tata bahasa sampai kapan pun akan ketinggalan oleh perkembangan pemakaian bahasa (Kompas, 24/10/1994). Dengan kata lain, selalu ada yang perlu ditambahkan dan diperbaiki tim penyusun kamus pada edisi berikutnya.
Tim penyusun KBBI-V tampaknya belum menemukan padanan yang pas untuk WA (Whatsapp) meski grup WA menjamur di mana-mana dan tiap waktu kita sibuk dibuatnya. Padanan chatting, Facebook, Instagram, dan Twitter belum kita jumpai. Meski ada lema daring (hlm 351), gabungan kata taksi daring belum muncul pada lema taksi (hlm 1647).
Ada pula lema bandeng (nama ikan; hlm 166) dan lema presto (’panci tekan’; hlm 1318), tetapi bandeng presto (oleh-oleh khas dari Semarang) tak ada di bawah lema bandeng. Pada lema pisang (hlm 1291) belum kita jumpai pisang tanduk, pisang goreng, dan pisang rebus. Kata maknyus (yang dipopulerkan Bondan Winarno bertahun-tahun di satu televisi swasta) pun belum terekam. Bahkan kata barista (’peracik kopi’) yang sangat kesohor dewasa ini masih absen.
Sejumlah kata yang masih absen di atas kiranya perlulah dipertimbangkan tim penyusun KBBI untuk edisi selanjutnya. Demikian pula dengan istilah yang berseliweran dalam kehidupan kita, seperti chatting, Facebook, Instagram, dan Twitter.
Pamusuk Eneste, Pengajar di Teknik Grafika dan Penerbitan PNJ Depok