Belajar bermodalkan buku teks yang dibuat pemerintah ataupun penerbit buku pelajaran menjadi andalan bagi banyak guru dalam pengajaran di kelas. Banyak pula akhirnya guru yang terjebak dengan lembar kerja siswa yang dijual penerbit tanpa teruji kualitasnya sebagai media untuk mengetes kemampuan siswa.
Tak banyak guru yang melengkapi jam belajar suatu topik dengan media belajar yang dikreasi sendiri. Bayangan guru, media belajar itu berupa peralatan yang harus dibeli atau yang terkait dengan teknologi informasi dan komunikasi.
Namun, kini, para guru yang mendapatkan pendampingan dari program Inovasi untuk Anak Siswa Indonesia (Inovasi) mulai ”terbangun” dari ketidaktahuan dan ketidakberdayaan menghadirkan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Program ini merupakan kemitraan Pemerintah Australia dan Indonesia.
Seminar bertajuk ”Kemitraan Pendidikan” yang dilaksanakan Inovasi di Denpasar, Bali, 7-9 Mei 2018, menjadi kesempatan bagi para guru yang ditunjuk sebagai fasilitator daerah serta organisasi masyarakat dalam dan luar negeri untuk saling berbagi dan belajar meningkatkan kualitas pendidikan.
Zuliawati, guru fasilitator daerah Malinau Kota, Kalimantan Utara (Kaltara), mengatakan, di daerah banyak siswa kelas I SD yang belum mengenal huruf dan angka. Guru biasanya langsung masuk dengan melatih siswa untuk mengeja atau menulis.
Lewat program Inovasi yang fokus untuk menguatkan kemampuan literasi dan matematika siswa SD di kelas rendah, para guru di Kaltara mendapatkan pelatihan untuk membuat media belajar. ”Selama ini, para guru tidak mengerti jika untuk mengajar membaca perlu diperhatikan tahapan dari mengenal bunyi, huruf, suku kata, kata, baru ke kalimat sederhana,” ujar Zuliawati.
Para guru pun dikenalkan untuk membuat media belajar berupa kartu huruf dari kardus bekas. Tak perlu modal karena bahan-bahan ada di sekitar.
Hanya lewat kartu huruf/suku kata/kata, pembelajaran membaca bisa dilakukan dengan aktivitas bermain. Mengenalkan huruf tak lagi terbatas menyuruh siswa menulis ulang huruf yang dicontohkan guru di papan tulis di kertas. Siswa bisa memakai sedotan yang banyak terbuang untuk menghiasi kartu huruf yang bisa dibuat bersama.
”Siswa diajak main kalung kata dengan menyusun dari suku kata. Ternyata sederhana saja untuk membuat media belajar. Para guru memang butuh dibantu untuk memahami pembuatan media belajar yang tepat dalam mendukung pembelajaran,” kata Zuliawati.
Perubahan
Memampukan guru untuk peka mengembangkan media belajar yang bersumber dari apa yang dimiliki membuat perubahan dalam pembelajaran siswa SD di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur. Rikardus Kelen, guru fasilitator daerah yang juga guru Kelas V SD Inpres Kariso, mengatakan, ada guru yang kemudian mengajarkan berhitung dengan memakai biji jagung.
”Tadinya tidak terpikirkan oleh guru untuk memakai jagung. Setelah ada pelatihan agar guru melihat bahan lokal yang ada untuk mengembangkan beragam media belajar, nyatanya guru bisa,” kata Rikardus.
Menurut Rikardus, perubahan pembelajaran di ruang kelas dimulai dengan memampukan guru untuk membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dikembangkan guru. Para guru harus mampu membayangkan skenario yang terjadi dalam pembelajaran. Dengan demikian, guru menyiapkan strategi belajar yang dilengkapi dengan aktivitas dan media belajar yang membantu siswa menguasai kompetensi dalam setiap topik belajar.
”Para guru antusias untuk terus berimprovisasi dan berkreasi membuat media pembelajaran. Kartu angka yang dalam bayangan guru selama ini harus dibeli di toko ternyata bisa dibuat dengan memanfaatkan post it. Banyak ide bermunculan,” tutur Rikardus.
Direktur Program Inovasi Mark Heyward mengatakan, program Inovasi dikembangkan di Jawa Timur, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Barat, dan NTT. Tujuannya agar guru memahami cara-cara dalam meningkatkan hasil pembelajaran literasi dan numerasi siswa di jenjang pendidikan dasar.
”Pendekatannya bukan satu solusi untuk semua. Kami perkuat sekolah, guru, dan daerah untuk mencari solusi sesuai kebutuhan dan konteks di daerah,” katanya. (Ester Lince Napitupulu)