SLAWI, KOMPAS — Dalang kondang yang juga Bupati Tegal nonaktif Ki Enthus Susmono meninggal di Rumah Sakit Soesilo, Slawi, pada Senin (14/5/2018) pukul 19.10. Semasa hidup, khususnya saat menjadi dalang, Ki Enthus dikenal sebagai sosok yang kreatif, selain juga mengajarkan nilai-nilai kebaikan dalam setiap pakeliran.
Dosen Bahasa Jawa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, Sucipto Hadi Purnomo, Selasa, mengatakan, Enthus adalah dalang yang selalu menyuguhkan sesuatu yang baru, bukan sekadar repetitor dari pakeliran yang disuguhkan, melainkan juga kerap menyajikan hal-hal tidak terduga.
”Mulai dari visualisasi wayang, dialog-dialog antartokoh, ataupun dari sisi membangun dramaturgi dalam pakeliran. Hal tersebut, misalnya, ia lakukan dalam Festival Wayang Indonesia di Solo pada 2005, yang kemudian berlanjut di Surabaya. Dia memukau para penonton,” ujar Sucipto. Pada tahun itu pula, Ki Enthus meraih predikat dalang terbaik se-Indonesia.
Sucipto menambahkan, Enthus dikenal sebagai dalang yang suka misuh atau mengumpat. Umpatan itu bukan ungkapan kekasaran, melainkan bagian dari kekuatan estetika. ”Saya menyaksikan sendiri, di Solo, betapa rindunya penonton mendengar pisuhan Enthus, bahkan keluar dari wayang burung, artinya bukan dari tokoh antagonis,” ujarnya.
Menurut Sucipto, Enthus sosok yang mampu memadukan tradisi Jawa kanon, Jawa pesisiran karena kental dengan ke-Tegalan-nya, sekaligus juga menghadirkan sisi kesantrian. Artinya, Enthus mampu menampilkan jawa keraton atau negari gung, sebagai pusat kejawaan, serta fasih dengan ke-Tegalan-nya.
Dalam pertujukan yang dimainkan, Enthus kerap menyelipkan ajaran-ajaran Islam yang menunjukkan kesantriannya. ”Bagi saya, Enthus merupakan potret dalang santri nusantara,” ucap Sucipto. Enthus juga dalang yang tidak bosan-bosan memberi motivasi kepada para seniman muda.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tegal Agus Subagyo mengatakan, sebagai bupati, Enthus memiliki visi dan misi dengan program 4 cinta: Cinta Desa, Cinta Produk Unggulan Tegal, Cinta Budaya Tegal, dan Cinta Pelayanan.
”Beliau seorang budayawan, seniman, dan dalang kondang. Beliau mendapat gelar doktor honoris causa (bidang seni budaya). Beliau juga memiliki dua rumah wayang, di rumah pribadi Bangle dan rumah wayang di rumah dinas bupati Tegal,” kata Agus.
Adapun doktor honoris causa bidang seni budaya didapat Enthus dari International University Missouri AS Laguna College of Business and Arts Calamba, Filipina, pada 2005. Dia juga mendapat rekor MURI sebagai dalang terkreatif dengan kreasi jenis wayang terbanyak (1.491 wayang) pada 2007.
Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Tegal Sinung Nugroho Samadi mengatakan, sejauh ini penyebab kematian Enthus akibat kelelahan. Enthus meninggal dunia saat perjalanan menuju acara pengajian di Desa Argatawang, Kecamatan Jatinegara, bersama anggota tim pemenangannya, Kamis sore.
”Di jalan beliau muntah-muntah dan tidak sadarkan diri sehingga langsung dilarikan ke RS Soesilo. Sekitar pukul 19.10 dinyatakan meninggal dunia,” kata Sinung.
Jenazah disemayamkan di rumah duka Jalan Projo Sumarto 2 Nomor 11, Bengle, Kecamatan Talang, Kabupaten Tegal. Menurut rencana, jenazah akan dikebumikan pada Selasa siang di TPU Kelurahan Dampyak, Kecamatan Kramat, Tegal.