BANTUL, KOMPAS — Rumah Budaya Emha Ainun Nadjib akan menggelar pertunjukan teater bertajuk Mantra#2019 di Taman Budaya Yogyakarta, Senin pekan depan. Pertunjukan ini merupakan pentas teater simbolik yang menggabungkan seni tari, musik, dan pembacaan doa-doa.
Pertunjukan diadaptasi dari karya sastra Joko Santosa, yang didapuk sebagai penulis naskah. Di dalam meramu pementasan ini, Joko menggandeng Puntung CM Pudjadi sebagai sutradara, Gaung Kyan Renantya Sidharta sebagai penata musik, serta Gita Gilang sebagai penata tari.
Ditemui di Rumah Maiyah, Bantul, DIY, Jumat (23/3), Joko mengatakan, jika dirinya berusaha membuat delapan mantra yang ada menjadi sebuah tontonan yang bisa menyentuh hati para penontonnya. Nantinya pertunjukan ini akan melibatkan artis yang berjumlah 32 orang.
”Dalam pentas ini kita padukan antara musik, gerak, dan diam. Pada saat latihan, dari musik saja sudah bisa menyentuh hati. Sementara secara visual, akan diwakilkan oleh tarian yang ada,” ungkap Joko.
Budyawan Emha Ainun Nadjib atau yang akrab disapa Cak Nun menjadi supervisor dari pertunjukan ini. Pertunjukan Mantra#2019, ujar Caknun, akan menonjolkan sudut pandang seniman terhadap situasi dan kondisi bangsa Indonesia saat ini.
”Pertunjukan teater ini menggambarkan situasi bangsa saat ini di mana manusia mendewakan uang dan benda. Mantra merupakan hasil karya manusia sendiri yang didapat setelah melakukan proses pencarian. Ibaratnya, mantra adalah teks bumi yang berkaitan dengan kekuasaan di langit,” ujarnya.
Mantra, bagi Cak Nun, bisa digunakan untuk hal yang hitam ataupun putih, sama halnya dengan media sosial, di mana penggunanya bisa saja mengucapkan hal baik, tetapi diartikan buruk. Pementasan Mantra memiliki misi agar penonton yang hadir terdorong untuk senantiasa bernegosiasi dengan Tuhan.
Cak Nun mengatakan, jika di dalam mengekspresikan mantra-mantra yang merupakan budaya yang sejak lama ada, bisa menggunakan sarana musik ataupun gerak. ”Musik dan gerak adalah sarana yang bisa mengekspresikan Mantra, begitu pula dengan diam. Semua itu nanti akan diramu dalam pentas Mantra,” terangnya.
Puntung sebagai sutradara mengakui jika pertunjukannya nanti cukup sulit dipahami oleh penontonnya. Namun, dia yakin apabila disaksikan secara saksama, penonton akan menerima pesan utama dari pertunjukan Mantra#2019 melalui mantra-mantra yang mampu menyentuh hati penonton.
”Bahkan nantinya dalam salah satu adegan para pemain teater akan mengajak penonton untuk ikut membaca mantra agar semakin merasuk ke dalam pikiran dan hati penonton,” ujarnya di Rumah Maiyah, Bantul, DIY, Jumat (23/3).
Menurut Puntung, kesulitannya dalam mempersiapkan pertunjukan ini terletak pada penyatuan musik dan tarian. Uniknya, penggarapan Mantra#2019 diawali dari musiknya terlebih dahulu. ”Baru tiga hari lalu kita satukan musik, tari, dan seni perannya,” katanya.