Semua karena Kahiyang-Bobby
Jika bukan karena putri Presiden Joko Widodo, barangkali ”kegilaan” ini tidak akan terjadi. Kahiyang Ayu yang menikah dengan putra asal Tapanuli Selatan, Bobby Afif Nasution, telah mengesampingkan hal-hal yang biasanya dihindari. Betapa tidak, hanya karena ingin bersalaman dengan keduanya, tamu undangan rela antre dua jam lamanya.
Pengalaman ini dialami ribuan undangan yang masuk ke gedung Graha Saba Buana di Jalan Letjen Soeprapto, Solo, Jawa Tengah, Rabu (8/11). Mengapa bisa begitu? Sebenarnya, jika mengikuti rencana panitia, antrean itu tidak perlu terjadi.
Panitia memberi waktu undangan berbeda-beda sesuai pengelompokan yang telah ditentukan. Setiap sesi kedatangan ada waktu satu jam untuk berada di dalam gedung yang berkapasitas 2.000 orang itu. Sebelum masuk ke sesi berikutnya, ada waktu setengah jam sebagai masa transisi.
Namun, itu rencana. Kenyataannya tidak demikian. Tamu undangan pada slot waktu sebelumnya enggan keluar cepat-cepat. Mereka memanfaatkan waktu untuk foto di beberapa tempat yang memang menjadi lokasi pemotretan gratis. Kapan lagi foto di pernikahan anak presiden, gratis, langsung jadi pula. Mereka yang tidak keluar juga memanfaatkan waktu untuk bercengkerama dengan undangan lain.
Sebagian tamu undangan ternyata saling mengagumi. Sesama mereka meminta foto saat bertemu. Hal itu memungkinkan terjadi karena semua lapisan masyarakat berbaur, dari orang biasa, pesohor politik, seniman, bintang film, penyanyi, pejabat negara, sampai duta besar.
Makanan menjadi pilihan nomor sekian meskipun tak kalah menariknya. ”Ah, nanti saja,” kata seorang tamu undangan pada sesi pukul 12.00-13.00 WIB.
Kedatangan ini bentuk terima kasih kami saja karena Bapak Jokowi membangun infrastruktur di Papua. Kami bisa menikmati pembangunan yang pemerintah buat.
Siang itu, wartawan Kompas mendapat undangan pada sesi pukul 12.00-13.00 WIB. Kami antre sejak pukul 11.30 di luar pintu luar gedung. Di pintu ini Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) mengecek satu per satu surat undangan berwarna merah. Antrean pertama ini saja memakan waktu setengah jam. Setelah lolos dari pintu ini, kami berpikir urusan masuk sudah beres, ternyata ini adalah awal dari antrean berikutnya.
Penawar kejenuhan
Lamanya waktu antrean cukup menguras energi. Hingga kemudian rasa lapar tiba. Agar tidak lepas dari lokasi antrean, kami menikmati sajian makanan di dekat lintasan antrean, ada martabak Markobar, serabi, beragam minuman, dan sajian kue.
Antrean panjang terjadi di tiga lokasi, selain di luar pagar, juga di depan pintu pelataran gedung dan di depan pelaminan pengantin. Salah satu penawar situasi siang itu adalah hiburan penyanyi di sisi kanan gedung. Selain penyanyi yang memang dipesan panitia, tamu undangan juga ikut menyumbangkan kemampuan tarik suaranya. Mereka adalah Katon Bagaskara, penyanyi dari grup musik Kla Project, dan Vicky Shu. Tidak hanya ikut bernyanyi, hadirin ikut bergoyang lepas hingga lagu itu berakhir.
Hampir dua jam kami berdiri, akhirnya tiba juga di depan pelaminan. Tidak lama lagi giliran kami bersalaman dengan Presiden, Ibu Negara, kedua mempelai, dan orangtua Bobby. Saat sebagian wajah rekan-rekan jurnalis berada di antrean terdepan, Presiden segera mengenali wajah kami. Sekelebat kemudian, Presiden meminta kami naik panggung, serentak jurnalis yang mendapat undangan pun naik panggung.
Gerakan ke pelaminan itu tidak membuat nyaman Paspampres. Mereka ikut bergerak di sekitar keluarga Presiden. Mereka tidak mau terjadi sesuatu pada Presiden. Anggota pasukan meminta kami cepat turun, tidak perlu salaman dengan Presiden dan mempelai. Perintah ini berbeda dengan misi awal kami. Kami rela antre selama hampir dua jam karena ingin salaman dengan Presiden dan pengantin.
Tak terelakkan, dorong-dorongan kecil terjadi. Dengan tetap menjaga etika, kami berusaha keras bersalaman. Namun, karena Presiden terlindung Paspampres begitu rapat, sebagian dari kami hanya bisa bersalaman dengan Kahiyang-Bobby. Setelah itu, bayangan untuk menikmati sajian makanan sudah sirna. Lega, tetapi belum puas benar karena waktu berada di pelaminan begitu singkat.
Dua jam lebih kami berada di wilayah dalam gedung. Padahal, jatah waktu buat kami hanya satu jam. Sejauh yang kami tahu, kepadatan di area gedung mirip seperti kepadatan orang melihat konser musik. Begitulah adanya, karena memang ini demi salaman dengan Kahiyang-Bobby. Dan, ini tidak hanya kami alami, tetapi juga oleh semua undangan dari beragam latar belakang dan strata sosial.
Undangan bekas
Kami merasa beruntung, sepadat-padatnya antrean orang di dalam gedung, masih banyak yang tidak dapat masuk ke dalam gedung. Mereka hanya bisa menyaksikan pesta dari layar lebar yang disediakan di pintu keluar gedung. Hal yang paling menghibur mereka adalah berburu tamu undangan idolanya, baik tokoh masyarakat, bintang film, komedian, maupun pesohor lain.
Maryani (31), warga Kecamatan Banjarsari, Solo, misalnya. Rabu siang itu, Maryani kegirangan setelah berhasil foto bersama penyanyi keroncong Didi Kempot. Ia dengan bangga menunjukkan hasil jepretan di ponsel pintarnya. Ternyata, selain berfoto bersama Didik Kempot, dia juga berfoto bersama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. ”Tadi juga mau foto bareng Roro Fitria, tapi dia keburu masuk. Nanti deh, nunggu dia keluar,” kata Maryani kepada saya.
Perburuan sosok idola berlanjut hingga Rabu malam. Medika (18), remaja Solo, gembira bukan main setelah bertemu komedian Sule, Andre, dan Parto. ”Tadi juga sempat foto sama Pak Jarwo Kuat,” ucapnya sembari memperlihatkan foto-foto tersebut kepada saya. Bagi Medika, tak jadi jadi tamu undangan pernikahan bukan masalah besar. Berhasil foto bareng selebritas idola itulah yang luar biasa.
Berbeda dengan Endang (35), bukan nama sebenarnya, perempuan Semarang ini menenteng undangan bekas milik tamu undangan sebelumnya. Dengan undangan bekas itu, dia ingin menerobos pengamanan Paspampres dan masuk ke gedung. Namun, Rabu malam itu, dia belum cukup punya nyali untuk mewujudkan rencananya. Dia masih berdiri di depan pintu masuk gedung. ”Saya mencari teman dulu. Semoga bisa masuk ke dalam,” kata Endang.
Peruntungan lain sedang diburu jurnalis peliput acara. Seperti yang kami lakukan, mereka memanfaatkan momen ini untuk menanyakan hal-hal di luar tema pernikahan Kahiyang-Bobby. Meskipun narasumber utama berseliweran di depan mata kami, tidak mudah mengorek keterangan di luar soal pernikahan. Semua bicara pernikahan, semua demi Kahiyang-Bobby.
Sebagaimana dilakukan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto pada Rabu (8/11) malam. Meski dicecar tajam pertanyaan jurnalis tentang situasi politik nasional, Wiranto menolak berkomentar. ”Ah, soal itu besok saja di kantor. Sekarang lagi di pernikahan,” kata Wiranto sambil berlalu. Kenyataan itu terpaksa harus dihadapi karena memang perhatian semua orang tertuju kepada Kahiyang-Bobby.
Ungkapan terima kasih
Selain tamu undangan, ada ribuan orang yang datang tanpa undangan, salah satunya warga Sorong, Papua, Ivak Womsiwor (47). Lelaki ini sengaja datang ke Solo bersama istri dan delapan rekannya. ”Kami berangkat langsung dari Sorong. Ini semua atas biaya sendiri,” katanya.
Pengusaha kayu ini datang sebagai ungkapan terima kasihnya kepada Presiden Jokowi. Menurut Ivak, Presiden telah menaruh perhatian serius pada pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat.
”Kedatangan ini bentuk terima kasih kami saja karena Bapak Jokowi membangun infrastruktur di Papua. Kami bisa menikmati pembangunan yang pemerintah buat,” ujar Ivak.
Serupa dengan Ivak, ribuan relawan pendukung Joko Widodo yang terdiri atas 68 organisasi juga datang dengan biaya sendiri. Mereka yang menginap di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, itu hadir untuk memeriahkan acara. Puncak kehadirannya pada sesi acara seserahan peningset atau midodareni yang digelar pada Selasa (7/11) malam.
Lokasi acara di kediaman Presiden di Jalan Kutai Utara, Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo, bukanlah tempat yang luas. Tidak mungkin menampung ribuan orang dalam satu waktu. Namun, relawan datang juga malam itu.
Karena itu, tidak terelakkan, mereka hanya menyaksikan kerumunan sesama rekannya di jalan. Akses masuk ke kediaman dijaga ketat dan hanya kalangan keluarga dekat yang bisa mengikuti prosesi ini.
Kerumunan tamu tanpa undangan juga terjadi saat pesta berlangsung Rabu (8/11) pagi hingga malam. Ketika pesta berakhir pukul 22.20, dan Presiden meninggalkan lokasi resepsi pukul 22.37, kerumuman belum bubar. Mereka masih ingin menyaksikan mempelai keluar dan menyapa keduanya. Selain memberi hiburan, pesta pernikahan Kahiyang-Bobby telah mengingatkan kembali pada tradisi Jawa yang mulai jarang dilakukan.
Padanan
Acara pernikahan Kahiyang-Bobby memang meninggalkan kesan mendalam bagi sebagian orang. Acara keluarga terpaksa harus didesain bagai sebuah perhelatan resmi kenegaraan. Keamanan dan kenyamanan dipadukan meski sulit dirasakan pada pelaksanaannya. Namun, begitulah yang terjadi pada pernikahan Kahiyang-Bobby.
Pada acara ini, harian Kompas menurunkan enam jurnalis yang terdiri dari empat tim penulis, seorang jurnalis bertindak sebagai koordinator, dan seorang pewarta foto. Selain mengirimkan karya jurnalistik untuk penerbitan koran cetak, kami juga mengirimkan laporan langsung untuk platform digital di Kompas.id.
Kami semua terbantu oleh kesiapan panitia menyediakan segala hal yang kami butuhkan. Selain peliputan langsung di sekitar lokasi acara, informasi juga bisa kami dapatkan di media center. Tempat ini berada sekitar 100 meter saja dari lokasi pernikahan.
Setiap ada perkembangan mengenai pernikahan, sering kali digelar di sini. Saat acara berlangsung, panitia menyediakan layar lebar yang menampilkan kegiatan pada saat itu juga. Jurnalis yang meliput acara ini terbantu oleh jaringan internet yang lumayan kencang. Jika terjadi gangguan, teknisi dari PT Telkom siap membantu karena mereka berada di tempat itu. Pengelola media center juga menyediakan belasan perangkat komputer lengkap dengan mesin pencetak yang bisa digunakan wartawan.
Seperti apa media center pernikahan Kahiyang-Bobby? Fungsinya mirip seperti media center pada acara konferensi. Namun, bentuk fisiknya adalah rumah warga setempat yang disewa keluarga Presiden Jokowi selama pernikahan berlangsung.
Layaknya media center, selain pusat informasi, juga sebagai tempat rehat jurnalis. Ada kamar mandi dan tempat ibadah yang memadai. Setiap jam makan, selalu tersedia makanan berat. Sementara makanan ringan tersedia setiap saat jika dibutuhkan. Adapun minuman bisa disiapkan secara swalayan di tempat ini. Meskipun sederhana, kebutuhan jurnalis dapat terpenuhi.
Adapun jurnalis peliput acara mendaftar ke pihak Penerangan Korem 074/Warastratama Surakarta. Data dari Korem 074 menyebutkan, paling tidak ada 112 media dalam dan luar negeri dengan jumlah personel tim peliput total sebanyak 752 orang. Mereka adalah jurnalis media cetak, online (dalam jaringan), televisi, dan radio. Sebagian besar dari mereka sudah berada di Solo paling tidak sepekan sebelumnya.
Jika ada apa-apa, para jurnalis bisa menghubungi pengelola media center yang bekerja di bawah koordinator Quirinto Endhi. Tim media center ini bekerja nyaris tanpa henti, mulai dari sebelum hingga sesudah pesta pernikahan. Barangkali, situasi ini bakal berlanjut saat berlangsungnya pesta pernikahan di Medan.
Ini semua demi Kahiyang-Bobby.