Internalisasi Pancasila, BPIP Sasar Generasi Z dan Milenial
BPIP fokus pada dua hal, menyusun materi ajar Pancasila untuk pendidikan usia dini hingga mahasiswa dan konten pendidikan Pancasila yang menarik. Upaya lainnya, bekerja sama dengan perguruan tinggi.
Oleh
Susana Rita
·3 menit baca
BENGKULU, KOMPAS — Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau BPIP mencoba menjangkau generasi milenial dan generasi Z agar lebih menyadari dan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila. Kedua generasi itu memiliki peran yang strategis mengingat jumlahnya mencapai 52,8 persen populasi Indonesia. Di tangan mereka pulalah, masa depan negeri yang besar ini akan ditentukan.
Terkait dengan hal tersebut, Kepala BPIP Yudian Wahyudi didampingi jajaran pimpinan BPIP lainnya menyambangi IAIN Curup, Rejang Lebong, Bengkulu dan Sekolah Polisi Negara Polda Bengkulu, Rabu (17/11/2021).
Yudian Wahyudi menandatangani prasasti pembentukan Rumah Pancasila di IAIN Curup. Rumah Pancasila tersebut menjadi tempat bagi pengembangan dan penggalian nilai-nilai Pancasila, pengabdian kepada masyarakat dalam upaya menumbuhkan insan-insan yang Pancasilais.
Dalam pointer sambutannya, Yudian mengungkapkan, perguruan tinggi menjadi tempat berkumpulnya generasi muda. Berdasarkan data BPS, jumlah generasi milenial saat ini mencapai 25,8 persen dari total populasi di Indonesia. Sementara generasi Z menempati posisi pertama, dengan proporsi 27 persen dari penduduk Indonesia. Mereka adalah digital native yang sudah terpapar teknologi sejak lahir. Padahal, pembuat kebijakan saat ini adalah kaum digital migrant.
Hal itu, menurut dia, menjadi tantangan tersendiri dalam pengembangan karakter para mahasiswa. Dibutuhkan strategi dan program khusus untuk pengembangan karakter dan pembinaan ideologi Pancasila.
Untuk menjawab hal itu, BPIP fokus pada dua hal, yaitu menyusun materi ajar Pancasila untuk mulai dari pendidikan usia dini hingga mahasiswa dan konten pendidikan Pancasila yang menarik. Upaya lainnya adalah bekerja sama dengan perguruan tinggi termasuk IAIN Curup.
Dalam sambutannya, Rektor IAIN Curup Rahmat Hidayat mengungkapkan, seluruh civitas akademika berkomitmen mewujudkan IAIN sebagai perguruan tinggi bermutu sekaligus menjadi tempat bagi pengembangan Pancasila dan moderasi dalam beragama. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, IAIN Curup sudah mengembangkan Rumah Pancasila dan Rumah Moderasi. Pihaknya juga telah menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila dan semangat moderasi dalam kurikulum.
”Kami juga menandatangani perjanjian kerja sama, sekaligus menunjukkan IAIN Curup telah berbuat untuk menjaga juga nilai-nilai Pancasila dan nilai-nilai moderasi,” ujar Rahmat.
Upaya-upaya tersebut dipicu dari kesadaran bahwa Indonesia merupakan negara yang besar jika dilihat dari sejumlah indikator. Pertama, dari segi wilayah, Indonesia yang terbentang dari Sabang hingga Merauke merupakan negara besar. Jika dijangkau dengan pesawat udara, dibutuhkan waktu 8 jam untuk menyisirnya. Lama perjalanan itu setara dengan lama penerbangan Jakarta hingga Saudi Arabia.
Indonesia besar juga karena memiliki lebih dari 17.000 pulau yang menjadi tempat tinggal orang dari berbagai suku, ras, dan agama.
”Bung Karno pernah mengatakan, bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai pahlawan kita. Pahlawan kita wariskan NKRI yang besar ini. Kontribusi kita, menjaga warisan. Selain itu, ada pula beberapa kelompok yang lebih suka mengedepankan perbedaan akhir-akhir ini,” kata Rahmat di depan Yudian dan pimpinan daerah setempat termasuk Bupati Rejang Lebong Syamsul Effendi.