Tewas Ditembak Tukang Cukur, Perampokan Komandan Bais Pidie Harus Didalami
Polisi menyebutkan penembakan ini karena motif perampokan. Namun, hal itu perlu diteliti lebih dalam. Selain itu, aparat penegak hukum harus meningkatkan kewaspadaan terhadap penggunaan senjata api oleh sipil.
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Aparat Kepolisian Daerah Aceh menangkap tiga orang terduga pembunuhan Kapten Abdul Majid (53), komandan Tim Badan Intelijen Strategis (BAIS) Pidie, Provinsi Aceh. Korban ditembak dengan senjata laras panjang oleh eksekutor yang kesehariannya berprofesi sebagai tukang cukur. Meski motif awal diduga perampokan, sejumlah pihak mendesak kasus ini diusut lebih dalam.
Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Aceh Komisaris Besar Winardy, Minggu, (31/10/2021), menuturkan, tiga tersangka adalah F (42), tukang cukur; D (43), petani; dan M (41), wiraswasta. Mereka ditangkap pada Minggu pagi di tiga lokasi terpisah di Kabupaten Pidie Jaya, kabupaten tetangga Pidie, tempat lokasi kejadian.
Penembakan itu bermotif perampokan. Sebab, ada uang milik korban yang diperkirakan jumlahnya puluhan juta raib diambil pelaku. Winardy
”F eksekutor, D penyedia senjata, dan M yang menyusun rencana pertemuan karena dia kenal dengan korban,” kata Winardy.
Peristiwa penembakan terjadi pada Kamis (29/10/2021) di Gampong Lhok Panah, Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie. Saat penembakan, Abdul Majid berada di balik setir mobil yang sedang dikendarainya. Sebuah timah panas menerjang pintu hingga menembus perutnya. Abdul Majid tidak tertolong, dia mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Umum Sigli, sekitar 20 kilometer dari lokasi penembakan.
Winardy mengatakan, senjata yang dipakai pelaku jenis SS1 atau senapan serbu. Namun, yang dilepaskan hanya satu tembakan dan tepat mengenai korban. ”Persoalan senjata dari mana diperoleh oleh D masih kami dalami. Pemeriksaan terus kami lakukan secara maraton karena baru tadi padi tersangka ditangkap,” katanya.
Winardy menambahkan, penembakan itu bermotif perampokan. Sebab, ada uang milik korban yang diperkirakan jumlahnya puluhan juta rupiah raib diambil pelaku. Namun, pelaku tidak membawa kabur mobil Toyota Fortuner milik Abdul Majid. Mobil itu dibiarkan di tepi jalan. Sementara Abdul Majid dievakuasi menggunakan sepeda motor oleh warga.
Saat peristiwa penembakan, M membuat agenda pertemuan dengan korban. Namun, dalam perjalanan, korban justru ditembak.
Winardy mengatakan, para pelaku menyusun rencana pembunuhan di kebun cabai milik tersangka D. Tersangka M dan korban saling kenal. Saat peristiwa penembakan, M membuat agenda pertemuan dengan korban. Namun, dalam perjalanan, korban justru ditembak.
”Saat ini pelaku ditahan di Polres Pidie untuk dilakukan pendalaman. Masyarakat diharap tenang dan jangan terprovokasi karena kejadian ini,” kata Winardy.
Para tersangka dijerat dengan UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 mengatur penggunaan senjata dan kepemilikan senjata api dengan ancaman maksimal hukuman mati.
Bukan kriminal biasa
Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Al Chaidar, memiliki pandangan lain terhadap kasus ini. Al Chaidar mengatakan, perampokan terhadap intelijen negara harus dilihat sebagai masalah serius, apalagi pelaku dan korban sudah saling kenal.
”Penggunaan senjata sangat penting untuk dilihat sebagai faktor utama, mengapa tidak menggunakan parang atau senjata generik lainnya. Dari mana para pelaku mendapatkan senjata, jaringan pemasoknya, dan bagaimana para pelaku berani menggunakan untuk membunuh seorang aparat penting,” kata Al Chaidar.
Menurut Al Chaidar, ada potensi pelaku penembakan berjejaring dengan kelompok etnonasionalis sehingga ada kemungkinan pembunuhan itu tidak semata karena perampokan.
”Janji untuk bertemu juga perlu dilihat apakah terkait dengan tugas korban sebagai komandan intelijen. Saya melihat persoalan ini sangat terkait dengan situasi keamanan Aceh yang semakin tidak kondusif karena masih banyaknya kelompok yang ingin merdeka,” kata Al Chaidar.
Namun, Al Chaidar menilai, pemerintah seperti tidak ingin mengaitkan kasus tersebut dengan kelompok etnonasionalis karena akan dianggap merusak kedamaian Aceh. Dia berharap aparat keamanan mendalami kasus tersebut lebih luas.
Anggota DPR dari Aceh, Nasir Djamil, mengapresiasi karena pelaku telah ditangkap. Namun, dia berharap kasus itu diusut tuntas agar publik tahu motif sebenarnya.
Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda Kolonel Arh Sudrajat belum bersedia memberikan keterangan. Pesan yang dikirimkan dan panggilan ke nomor kontak belum dijawab.