Pengusutan tuntas kasus ini penting agar publik mengetahui motif penembakan sehingga tidak muncul dugaan-dugaan. Selain itu institusi aparat penegak hukum perlu evaluasi internal agar tidak lagi terjadi peristiwa serupa
Oleh
ZULKARNAINI MASRY
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Penembakan terhadap anggota TNI di Kabupaten Pidie dan penembakan pos polisi di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, harus diusut tuntas dan dibuka ke publik. Sebagai daerah bekas konflik kasus penembakan dapat memicu trauma bagi warga, apalagi sasaran adalah aparat keamanan.
Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Aceh Hendra Saputra, Jumat (29/10/2021), menuturkan kedua peristiwa itu harus diusut tuntas publik mengetahui motif sehingga tidak memunculkan dugaan-dugaan.
”Pengusutan bukan hanya pada tahap siapa pelaku, melainkan juga motifnya. Institusi aparat penegak hukum harus menjadikan kasus itu untuk evaluasi internal,” ujar Hendra.
Peristiwa penembakan menewaskan Komandan Tim Badan Intelijen Strategis atau BAIS TNI wilayah Pidie, Kapten Abdul Majid, terjadi pada Kamis (28/10/2021). Lokasi penembakan di jalan Desa Lhok Panah, Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie. Korban ditembak saat berada di mobil Toyota Fortuner. Satu peluru menembus pintu dan menerjang perut koban. Korban meninggal saat di bawah ke Rumah Sakit Umum Daerah Sigli, 20 kilometer dari lokasi penembakan.
Pengusutan bukan hanya pada tahap siapa pelaku, tetapi juga motifnya. Institusi aparat penegak hukum harus menjadikan kasus itu untuk evaluasi internal. —Hendra Saputra
Hendra menuturkan, penembakan itu dilakukan dari jarak dekat. Karena itu, dia menduga, pelaku penembakan sudah sering memegang senjata, sebab hanya dengan satu tembakan tepat pada sasaran. Apalagi, pelaku sempat menghentikan mobil korban. ”Artinya pelaku dengan korban saling kenal,” ujarnya.
Jenazah armarhum telah dikebumikan di Banda Aceh dengan upacara militer. Abdul Majid meninggalkan seorang istri dan tiga anak.
Pos polisi
Sementara peristiwa penembakan pos polisi di Desa Manggi, Kecamatan Panton Reu, Aceh Barat, terjadi pada Kamis (28/10/2021) pukul 03.00 dini hari. Pos polisi ditembak dengan senjata serbu. Sebanyak enam peluru mengenai pos.
Terhadap kasus ini, Hendra menilai penembakan adalah efek dari puncak persoalan. Namun, tidak korban dalam peristiwa itu. ”Tidak mungkin ada penembakan jika tidak ada penyebab. Nah, motif ini yang harus diungkap, bukan hanya menangkap pelaku,” katanya.
Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Al Chaidar, menuturkan, peristiwa penambakan anggota TNI dan pos polisi sangat mengejutkan. Sebab, selama ini kondisi Aceh dalam keadaan damai dan kondusif.
Alchaidar berharap peristiwa itu tidak sampai memunculkan trauma bagi warga Aceh. ”Dampaknya akan sangat besar dan pasti akan sangat berpengaruh terhadap warga Aceh dan ada kemungkinan Aceh akan dijadikan sebagai daerah operasi militer kembali,” kata Al Chaidar.
Kepala Penerangan Kodam Iskandar Muda Kolonel Arh Sudrajat menuturkan, pihaknya terus mendalami kasus tersebut. Namun, Sudrajat belum bersedia memberikan informasi terkait penembakan.
”Benar kejadiannya. Kami masih melakukan penyelidikan,” kata Sudrajat.
Sementara Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Aceh Komisaris Besar Polisi Winardy menuturkan, sebanyak lima warga Aceh Barat diperiksa dalam kasus penembakan pos polisi. Namun, Winardy belum bersedia memberikan keterangan lebih dalam sejauh mana keterlibatan warga yang diperiksa tersebut.