Indonesia masih berpeluang mengekspor produk perikanan ke China kendati syaratnya makin ketat. Per 9 Agustus 2021, Otoritas Bea dan Cukai China menemukan 37 kasus kontaminasi virus SARS-CoV-2 pada produk asal Indonesia.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·5 menit baca
Kompas/Totok Wijayanto
Kesibukan bongkar muat ikan di Pelabuhan Muara Angke, Penjaringan, Jakata Utara, Rabu (11/8/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Peluang ekspor perikanan ke China masih terbuka lebar kendati Indonesia tersandung lonjakan kasus kontaminasi virus korona tipe baru atau SARS-CoV-2 pada produk dan kemasan ikan. Isu keamanan pangan perlu disikapi dengan serius agar Indonesia tidak kehilangan momentum peningkatan ekspor.
Jejak kontaminasi virus SARS-CoV-2 itu terdeteksi oleh Otoritas Bea dan Cukai China (GACC). Sejak September 2020 hingga akhir 2020, otoritas setempat menemukan enam kasus. Namun, per 9 Agustus 2021, tercatat 37 kasus kontaminasi virus penyebab Covid-19 itu ditemukan pada produk dan kemasan ikan asal Indonesia.
Dari 37 temuan itu, sebanyak 34 kasus jejak kontaminasi virus ditemukan pada kemasan produk perikanan, 2 kasus pada produk perikanan, dan 1 kasus ditemukan pada dinding kontainer. Adapun 3 kasus ditemukan pada komoditas ekspor udang hasil budidaya dan selebihnya 34 kasus pada komoditas perikanan tangkap.
Duta Besar Indonesia untuk China Djauhari Oratmangun mengemukakan, Indonesia telah menorehkan sejumlah prestasi dalam ekspor perikanan ke China. Meski demikian, China tengah memperketat peraturan impor produk perikanan dari berbagai negara guna memastikan bahwa kualitas dan mutu produk impor yang dikonsumsi masyarakat terbebas dari jejak kontaminasi virus penyebab Covid-19.
Jaminan keamanan pangan sangat penting sebagai syarat produk perikanan yang masuk ke China. Para pelaku usaha diharapkan menerapkan protokol kesehatan secara optimal dalam rantai proses hulu-hilir perikanan sesuai pedoman keamanan pangan yang dipublikasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per 7 April 2020.
Di sisi lain, China memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta pendapatan masyarakat kelas menengah bertumbuh pesat. Permintaan China akan terus meningkat sesuai tingkat pendapatan penduduk sehingga peluang penetrasi ekspor ke pasar China masih terbuka lebar. Sejalan dengan hal itu, persyaratan teknis semakin banyak.
”Untuk menjaga kesinambungan ekspor produk perikanan Indonesia di pasar China, kami berharap pelaku usaha bisa sejalan dengan peraturan yang ditetapkan Pemerintah China dan Indonesia, khususnya terkait jaminan keamanan pangan,” kata Djauhari, dalam seminar daring ”Strategi Ekspor Produk Perikanan Menembus Pasar China Tanpa Hambatan”, Kamis (12/8/2021).
Djauhari, mengutip data kepabeanan China, mengatakan, ekspor perikanan Indonesia ke China pada semester I-2021 tumbuh 3,8 persen secara tahunan meskipun Indonesia menghadapi isu jaminan keamanan pangan. Beberapa komoditas unggulan adalah kelompok krustasea, moluska, dan invertebrata air (HS 1605), termasuk jenis cumi-sotong-gurita, mengalami lonjakan ekspor hingga 1.042 persen, sedangkan produk rumput laut asal Indonesia saat ini menempati peringkat 1 dari 21 negara pengekspor ke China.
Pihaknya terus berkoordinasi dengan ororitas kepabeanan China untuk menyelesaikan hambatan ekspor produk perikanan ke China, melalui pendekatan diplomasi dan persahabatan kedua negara. Ini menjadi tantangan pelaku usaha untuk menggali peningkatan pasar ekspor ke China dengan produk yang berkualitas, berdaya saing, serta sejalan dengan peraturan China.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Karyawan Perum Perikanan Indonesia memeriksa stok ikan di tempat penyimpanan berpendingin di dalam kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta Utara, Selasa (28/4/2020).
”Jangan putus asa. (Peluang pasar) Ini menjadi dorongan kita agar mampu bersaing dengan negara-negara tetangga untuk masuk ke pasar China walau dengan berbagai peraturan yang ada,” katanya.
Sejak Desember 2020, China mulai memperketat syarat pembelian produk perikanan asal Indonesia, antara lain mencantumkan nama kapal penangkap ikan dan lokasi tangkapan serta nama lokasi budidaya oleh unit pengolahan ikan. Anak buah kapal, pekerja budidaya, dan pekerja pabrik olahan beserta produk perikanan yang dikirim ke China wajib diuji Covid-19. Uji Covid-19 saat ini disyaratkan berupa reaksi berantai polimerase (PCR).
CEO China Academy of Inspection and Quarantine (CAIQTEST) Test Innovation Malaysia Service Center Ch’ng Soo Ee mengemukakan, pengetatan persyaratan keamanan pangan berupa uji Covid-19 merupakan upaya China untuk mencegah dan mengendalikan penularan covid-19 melalui produk pangan rantai dingin yang diimpor.
Hingga 25 Februari 2021, China telah menguji 1,49 juta sampel makanan rantai dingin yang diimpor dan sebanyak 79 sampel dinyatakan positif. Otoritas China juga telah menangguhkan pasokan dari 129 eksportir asal 21 negara ke China, yang pekerjanya telah terinfeksi virus. Sebanyak 110 perusahaan secara sukarela menghentikan ekspor ke China.
Hingga 25 Februari 2021, China telah menguji 1,49 juta sampel makanan rantai dingin yang diimpor dan sebanyak 79 sampel dinyatakan positif.
Kepala Pusat Pengendalian Mutu Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Widodo Sumiyanto mengemukakan, jejak kontaminasi virus SARS-CoV-2 diduga berawal dari pekerja hulu-hilir perikanan yang terkontaminasi Covid-19. Saat ini, pemerintah tengah mempercepat vaksinasi untuk nelayan serta pekerja tambak budidaya.
Adapun kewajiban persyaratan uji tes PCR masih belum disepakati sepenuhnya oleh pelaku usaha atau eksportir karena kendala biaya. Pihaknya terus berkoordinasi dengan Kedutaan Besar RI di China untuk negosiasi dengan GACC terkait keringanan persyaratan uji PCR. Dari total 664 unit pengolahan ikan yang boleh ekspor ke China, saat ini tersisa 475 perusahaan.
”(kewajiban) Uji PCR ini juga tidak murah. Apabila kami sudah melakukan vaksinasi, kami akan menawar persyaratan untuk uji Covid-19. Mudah-mudahan bisa didukung,” kata Widodo.
Widodo menambahkan, pihaknya telah memberlakukan larangan ekspor terhadap 51 perusahaan yang keberatan memenuhi persyaratan GACC. Tak dimungkiri, sebagian pelaku usaha yang belum mampu memenuhi persyaratan ekspor ke China itu mengalihkan ekspor hasil perikanan ke negara lain, seperti Afrika.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo melepas kontainer yang mengangkut komoditas perikanan untuk diekspor ke sejumlah negara, di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (14/4/2021). Pada periode 12-17 April 2021, dikirim 584,45 ton komoditas perikanan dari Jateng ke sejumlah negara, antara lain China, Vietnam, Australia, Amerika Serikat, dan Jepang, senilai Rp 52,2 miliar.
Ketua Umum Asosiasi Produsen, Pengolahan, dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo mengemukakan, Indonesia selama ini bergantung pada pasar China. Ekspor perikanan ke China yang sudah besar harus dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Di sisi lain, tidak mudah mengalihkan pasar ekspor ke China ke negara lain.
Selama lima tahun terakhir, volume ekspor perikanan Indonesia ke China tumbuh rata-rata 12,4 persen. Pada semester I (Januari-Juni) 2021, volume ekspor ke China mencapai 581.857 ton atau menempati urutan pertama negara tujuan ekspor dengan kontribusi 33 persen dari total volume ekspor perikanan Indonesia. Adapun dari segi nilai ekspor, pasar ke China menempati peringkat kedua setelah Amerika Serikat.
”(Hambatan ekspor) Ini menjadi keprihatinan kami karena kita memang sangat bergantung pada pasar China. Jangan sampai kita diembargo dan produk kita tidak bisa diekspor ke China karena akan berdampak luar biasa. Seluruh pemangku kepentingan perlu bahu-membahu mengatasi hambatan ekspor,” kata Budhi.
Menurut Budhi, ekspor perikanan tetap berpeluang digenjot, antara lain komoditas udang. Tahun ini, China diprediksi mengimpor 600.000 ton udang dan pada 2025 akan mengimpor hingga 1 juta ton udang. Sementara itu, ekspor udang Indonesia ke China baru sekitar 7.000 ton per tahun. Selain itu, produk olahan ikan bernilai tambah perlu digarap untuk mengisi pasar ritel di China. Ekspor ikan ke China akan berdampak meningkatkan penghasilan nelayan karena nilai ekonomis ikan meningkat.