Strategi Jitu Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
UMKM harus mempunyai peran lebih dalam hilirisasi industri.
Perekonomian global 2024 masih diwarnai kondisi ketidakpastian. Suasana kebatinan itu mengilhami Chandra Bagus Sulistyo untuk membuat buku berjudul Strategi Jitu Bank dan UMKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional yang terbit pada awal 2024. Bagaimana buku baru itu membahas strategi jitu bank dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk mampu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dalam menuju Indonesia Emas 2045?
Atas dasar laporan World Economic Outlook (WEO) edisi Oktober 2023, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global melambat menjadi 2,9 persen (2024) dari semula 3 persen (2023). Kondisi geopolitik terasa kian memanas, seperti perang Rusia melawan Ukraina yang belum mereda, eh, menyusul perang Israel melawan Hamas. Hal itu diperparah oleh ketegangan perang dagang Amerika Serikat melawan China yang menyebabkan kebijakan negara besar cenderung inward looking.
Dengan bahasa yang apik, Chandra juga memaparkan data Bank Dunia yang memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi China pada 2024 dan memperingatkan bahwa negara-negara berkembang di Asia Timur akan tumbuh pada tingkat terendah dalam lima dekade. Mengapa? Lantaran proteksionisme AS dan kenaikan tingkat utang yang menghambat perekonomian. Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China hanya tumbuh 4,4 persen pada 2024 dari proyeksi sebelumnya 4,8 persen.
Hal itu akan berimbas pada penurunan volume perdagangan global sehingga laju pertumbuhan ekonomi dunia melambat. Tekanan berat juga masih menghadang perekonomian global, seperti laju inflasi global yang masih belum kembali ke level prapandemi sehingga suku bunga acuan global masih bertahan lebih tinggi dan lama (higher for longer).
Apa dampaknya? Likuiditas global masih akan ketat sehingga biaya dana juga masih tetap tinggi. Ruang fiskal makin terbatas dengan meningkatnya utang akibat pandemi. Gejolak perbankan di AS dan Eropa juga menambah risiko dan ketidakpastian pada pasar keuangan global. Akibatnya, potensi arus investasi global pun makin terhambat.
Kontribusi UMKM pada pertumbuhan ekonomi memang sangat vital. Namun, potensi bisnisnya masih terdapat ruang untuk lebih dapat dioptimalkan.
Potret ekonomi nasional 2024
Namun, kondisi tersebut berbeda dari potret keperkasaan ekonomi Indonesia saat ini. IMF memprediksi ekonomi Indonesia mampu melaju stabil di level 5 persen selama periode 2023-2024. Bank Dunia bahkan memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih cepat dibandingkan AS dan China mulai 2024.
Dalam RAPBN 2024, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 5,2 persen, menipis dari 5,3 persen pada 2023. Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2024 di kisaran 4,7-5,5 persen dari perkiraan 4,5-5,3 persen pada 2023.
Ketahanan perekonomian Indonesia cukup terjaga meski menghadapi gejolak perekonomian dunia dengan pertumbuhan ekonomi 5,17 persen (yoy) per triwulan II-2023. Pertumbuhan ekonomi secara konsisten terus di atas 5 persen dalam enam kuartal berturut-turut. Laju inflasi terkendali dengan tren menurun, terutama karena keberhasilan pemerintah dalam menurunkan inflasi bahan pangan.
Berbagai tantangan global menyebabkan BI telah mengambil langkah preventif berupa kenaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 0,25 persen menjadi 6 persen dari 5,75 persen sejak Januari 2023.
Indikasi optimisme ekonomi terlihat dari bangkitnya perekonomian berupa kembalinya status Indonesia ke level negara berpendapatan menengah atas setelah dua tahun sebelumnya turun ke kelompok negara berpendapatan menengah ke bawah. Nilai tukar rupiah relatif stabil dengan performa baik dibandingkan dengan sejumlah mata uang negara berkembang lainnya. Defisit anggaran berada di bawah 3 persen pada 2022, tepatnya 2,38 persen, setahun membaik lebih cepat dari amanat UU Nomor 2 Tahun 2020.
Strategi jitu perbankan dan UMKM
Chandra sebagai praktisi perbankan dan pemerhati UMKM dengan renyah menyajikan peran perbankan dan UMKM sebagai bagian dari sistem perekonomian nasional dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Karena itu, diperlukan strategi jitu bank dan UMKM sebagai mesin pendorong pertumbuhan ekonomi.
Pertama, bank harus memantau kualitas pinjaman secara intensif. Bank wajib mengelola rasio loan at risk (LaR), enhance risk-pricing model untuk meningkatkan daya saing produk, dan optimalisasi write-offs agar mendapatkan recovery rate lebih tinggi.
Kedua, ekspansi bisnis ke berbagai sektor industri prioritas yang prospektif. Bank dapat kian mengerek ekspansi kredit berkualitas karena mitigasi risiko yang terukur dengan cermat.
Ketiga, melakukan simulasi dan stress test secara berkesinambungan. Simulasi dan stress test dengan indikator (suku bunga, inflasi, dan fluktuasi rupiah secara ekstrem) dapat dilakukan sepekan sekali, sebulan sekali, atau dengan waktu-waktu tertentu berdasarkan situasi dan kondisi yang mendesak.
Keempat, optimalisasi data analitik dan layanan digitalisasi perbankan. Penggunaan data analitik mempercepat proses bisnis credit underwriting dan marketing. Bank harus memanfaatkan artificial intelligence (AI) dan proses digitalisasi perbankan untuk memenangi persaingan bisnis yang makin efisien dan kompetitif.
Kelima, mengoptimalkan prospek bisnis segmen UMKM. UMKM masih mempunyai potensi bisnis yang cukup signifikan sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 61,97 persen dengan total nilai lebih dari Rp 8.500 triliun. UMKM mampu menyerap 97 persen total tenaga kerja dan menghimpun sampai 60,4 persen dengan total investasi nasional.
UMKM harus mempunyai peran lebih dalam hilirisasi industri.
Keenam, bank agar lebih fokus pada environmental, social, and governance (ESG). Bank perlu lebih giat berorientasi ESG karena perhatian investor terhadap aspek ESG akan berpengaruh terhadap perubahan tata kelola dan bisnis perbankan.
Selain itu, Chandra menyajikan UMKM sebagai kekuatan fundamental perekonomian. Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kini UMKM masih menjadi akselerasi pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023 sebesar 4,94 persen. Kontribusi pertumbuhan ekonomi terbanyak didapat dari sektor usaha, seperti industri pengolahan (18,75 persen), pertanian (13,57 persen), perdagangan (10,18 persen), dan konstruksi (9,86 persen) yang didominasi pelaku UMKM nasional.
Dengan demikian, UMKM menjadi penting memilih calon presiden yang memahami, mengerti, dan mempunyai program/strategi/kebijakan sebagai solusi atas tantangan UMKM. Artinya, UMKM harus mempunyai skala prioritas utama dari sisi program strategis nasional, termasuk di dalamnya alokasi anggaran.
Logika yang dibangun, ketika capres berpihak pada UMKM, maka tugasnya sebagai kepala negara dalam mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan di atas 5 persen menjadi lebih mudah dalam pencapaian. Kontribusi UMKM pada pertumbuhan ekonomi memang sangat vital. Namun, potensi bisnisnya masih terdapat ruang untuk lebih dapat dioptimalkan.
Karena itu, diperlukan kiat berikut. Pertama, digitalisasi UMKM yang merupakan perubahan dari sistem konvensional ke digital sebagai upaya meningkatkan efektivitas, efisiensi proses bisnis, dan operasionalisasi UMKM.
Digitalisasi UMKM membuat pelaku usaha UMKM mengubah pengelolaan bisnisnya dari praktik konvensional ke modern. Digitalisasi UMKM berarti mengintegrasikan teknologi dalam semua kegiatan bisnis, mulai dari urusan administrasi, keuangan, kepegawaian, produksi, hingga pemasaran dan penjualan. Pemerintah Joko Widodo sedang berupaya keras mewujudkan target onboarding digitalisasi 30 juta UMKM pada 2024.
Kedua, ketika dapat meningkatkan kapasitas, kualitas, dan produktivitas, maka UMKM akan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian dan perdagangan global. Untuk itu, perlu peran sinergi kementerian/lembaga untuk kolaborasi dan berkelanjutan melalui berbagai upaya. Misalnya, kegiatan PaDi UMKM, Bangga Buatan Indonesia (BBI), bazar nasional UMKM, dan business matching UMKM.
Ketiga, hilirisasi industri yang berfokus pada segmen UMKM. Pemerintah mulai menghentikan ekspor bahan mentah sehingga mendatangkan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan negara hingga menciptakan lapangan kerja di dalam negeri. UMKM harus mempunyai peran lebih dalam hilirisasi industri. UMKM perlu meningkatkan inovasi dan kreatifnya sehingga dapat memiliki partisipasi lebih dalam hilirisasi industri yang telah ada.
Keempat, populasi generasi muda mencapai 64 persen dari total penduduk Indonesia. Dari jumlah tersebut, 73 persen anak muda Indonesia berminat menjadi wirausaha. Hal ini harus didorong untuk menghadirkan momentum entrepreneur muda pelaku UMKM yang produktif dan kompetitif.
Kelima, kemitraan UMKM dengan usaha besar dan BUMN diharapkan akan menghasilkan transfer teknologi, manajemen, dan pengetahuan. Dengan begitu, UMKM dapat menggunakan manajemen terapan yang profesional dan teknologi yang memadai. Alhasil, UMKM dapat naik kelas dari sisi skala usaha dan teknologi produksi.
Keenam, keterlibatan Indonesia di berbagai forum internasional juga memberikan keleluasaan yang besar bagi pengembangan UMKM di Tanah Air. Momentum tersebut harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendorong UMKM mendunia, perbaikan kualitas produksi orientasi ekspor, akses pasar semakin luas, dan kemitraan lebih luas.
UMKM perlu meningkatkan inovasi dan kreatifnya sehingga dapat memiliki partisipasi lebih dalam hilirisasi industri yang telah ada.
Ketujuh, implementasi praktik UMKM ramah lingkungan (UMKM hijau) dalam menjaga kelestarian bumi. Terdapat dua faktor penguat pentingnya UMKM hijau.
Faktor pertama, karena share sektor pertanian terhadap share UMKM sebesar 52 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling rentan terhadap perubahan iklim dan didominasi praktik yang belum ramah lingkungan. Tegasnya, perubahan iklim dapat menurunkan produktivitas sehingga memengaruhi ketahanan pangan.
Faktor kedua, terdapat 14 persen kontribusi UMKM di sektor kriya untuk PDB ekonomi kreatif. Sektor industri kriya menduduki posisi ketiga setelah kuliner dan fashion, tetapi menghadapi permasalahan stagnasi dan isu lingkungan berupa limbah yang dihasilkan. Narasi di atas menegaskan bahwa peran UMKM cukup signifikan terhadap isu perubahan iklim, inklusivitas pertumbuhan ekonomi, dan dampak pada kerusakan lingkungan.
Kedelapan, memperluas akses keuangan. Menurut data BI, hanya 25 persen UMKM yang memiliki akses keuangan. Dengan bahasa lebih bening, pemerintah perlu mencari aneka solusi yang tepat dan strategis agar UMKM memiliki akses keuangan. Pemerintah harus paham betul karakteristik UMKM sehingga kebijakan yang dibuat dapat tepat guna dan sasaran.
Kritik
Namun, sayang seribu sayang, sistematika penulisan per bab dalam buku tersebut tampak dipaksakan substansinya. Mengapa? Salah satu sebabnya, buku itu dibuat berdasarkan kumpulan artikel yang dimuat di media nasional pada 2020-2023.
Tak berhenti di situ. Chandra hanya memasukkan variabel bank dan UMKM sebagai unsur pendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Padahal, terdapat variabel utama lain yang tidak kalah menantang, seperti harga komoditas dan kebijakan perpajakan dalam negeri.
Baca juga: Relevansi SWF bagi Kemakmuran Bangsa
Hal itu menjadi tantangan serius bagi Chandra untuk buku berikutnya. Sudah barang tentu, kesempatan untuk memperluas topik bahasan masih terbuka lebar-lebar baginya di masa mendatang.
Namun, tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa buku anyar yang dilengkapi dengan kata pengantar dari Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM, ini mampu menjadi insight, pengetahuan, atau informasi bagi siapa saja. Terutama pemerintah, regulator, bankir, dan pelaku usaha. Sungguh, buku ini mudah dipahami sehingga layak dibaca!
Paul Sutaryono, Pengamat Perbankan dan Staf Ahli Pusat Studi Bisnis Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), Jakarta
Data Buku
Judul: Strategi Jitu Bank dan UMKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Penulis: Chandra Bagus Sulistyo
Penerbit: Renebook
Tahun terbit: Cetakan I, 2024
Tebal buku: xx + 248 halaman