logo Kompas.id
BukuPerilaku Pemilih Muslim...
Iklan

Perilaku Pemilih Muslim Indonesia

Publikasi ini menceritakan relasi faktor jender dan agama dalam memengaruhi pemilih saat memilih kandidat di legislatif.

Oleh
SUSANTI AGUSTINA S
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Nn5TBs7stU2Hl6BJvuvjgz8wvs4=/1024x576/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2024%2F02%2F11%2Fa213a6f8-a737-4783-9e0f-bf2c288d2374_jpg.jpg

Halaman muka buku berjudul Preferensi Politik Pemilih Muslim Indonesia Kontemporer

Publikasi yang berjudul Preferensi Politik Pemilih Muslim Indonesia Kontemporer (Penerbit Buku Kompas, 2024) merupakan hasil studi dari Wasisto Raharjo Jati saat menempuh pendidikan di The Australian National University. Wasisto merupakan peneliti di Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional.

Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu

Publikasi ini memberikan sorotan mendalam pada peran penampilan agama dan faktor jender dalam mendukung kandidat politik. Wasisto mengurai kompleksitas hubungan antara agama, identitas jender, dan dukungan pemilih.

Variabel yang digunakan dalam studi ini mengacu pada studi sebelumnya yang fokus pada persaingan antara islamis dan pluralis. Kedua kutub politik ini telah mendominasi politik Indonesia pascareformasi di tahun 1999.

Temuan dalam studi ini berupaya memperlihatkan bagaimana polarisasi identitas berpengaruh besar dalam mendorong partisipasi pemilih di Indonesia. Secara lebih khusus, polarisasi identitas juga berperan dalam mengarahkan suara secara langsung kepada para kandidat yang mewakili identitas yang serupa dan sama.

Polarisasi membuat pemilu menjadi sedemikian emosional daripada rasional. Bagi pemilih, kandidat yang mereka pilih pada dasarnya limpahan dari ekspresi identitas yang mereka rasakan, terutama dalam masa kampanye.

Ragam faktor

Penelitian Wasisto menggunakan data dari hasil survei eksperimen empat kandidat yang terbagi atas laki-laki dan perempuan yang berbusana religius dan biasa. Gagasan utama eksperimen survei ini adalah membandingkan perbedaan tanggapan antara kandidat yang tidak berpenampilan religius dan kandidat yang berpenampilan religius.

Penulis menjelaskan perbedaan-perbedaan ini dan mempertanyakan apakah variasi dalam latar belakang sosial, faktor demografis, keselarasan pada perpecahan sosial, dan sikap jender memiliki kekuatan penjelasan. Sementara faktor popularitas perempuan bukan faktor yang hendak dikaji secara mendalam. Penelitian lebih fokus pada bagaimana pemilih mempertimbangkan berbagai faktor sebelum menentukan pilihan politiknya, terutama kandidat di level DPRD hingga DPR. Fokus pada perilaku memilih akan memperlihatkan narasi alternatif dalam melihat pemenangan kandidat perempuan.

Faktor yang menjadi variabel dalam publikasi ini adalah faktor modernisasi (pekerjaan, urbanisasi, dan pendapatan), faktor persepsi jender (kepemimpinan perempuan, keterikatan, ketertarikan perempuan dalam dunia politik praktis, ataupun peran ideal perempuan secara sosial). Terjadinya polarisasi dalam 10 tahun terakhir juga menjadi kajian, seperti dukungan terhadap kandidat dalam pemilu presiden, pluralisme, hingga isu sentimen keagamaan yang ternyata membuat jender dan agama berada dalam ruang diskusi yang dinamis dalam memengaruhi pertimbangan pemilih. Akibatnya berimplikasi pada elektabilitas kandidat perempuan dalam pemilu.

Analisis eksperimen survei dalam buku ini juga ingin menguji berbagai temuan studi terdahulu mengenai pengaruh agama dalam politik.

Proyeksi perilaku

Iklan

Temuan penelitian mengungkapkan bahwa calon anggota legislatif perempuan yang mewakili agama di Indonesia menerima tingkatan dukungan tertinggi dari para pemilih. Penampilan simbol agama, seperti hijab, sangat mengubah dukungan calon perempuan dalam uji coba tersebut. Namun, pola penampilan simbol agama tidak berlaku bagi calon laki-laki. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara calon anggota legislatif laki-laki berpenampilan sekuler dan calon berpenampilan agamais.

Perlakuan agama tidak menghasilkan peningkatan suara yang signifikan untuk calon laki-laki. Interaksi jender, agama, dan beberapa faktor modernisasi memberikan dampak yang berbeda pada tiap-tiap kandidat yang dapat mengubah sumber suara.

Ada perbedaan besar pada tanggapan antara interaksi variabel tunggal dengan pilihan pemilih dan interaksi semua variabel dengan semua kandidat. Sepertinya, pemilih membuat kesimpulan tentang latar belakang kandidat dari penampilan mereka. Namun, ketika jender, agama, dan beberapa sektor modernisasi dianalisis bersama-sama dalam analisis statistik, hal itu ternyata memengaruhi tingkat dukungan secara berbeda dibandingkan dengan analisis efek individu.

Perempuan berpenampilan religius dan pria berpenampilan sekuler menjadi kandidat yang disukai. Pendukung utama perempuan religius berasal dari latar belakang perdesaan, terbuka untuk agenda sekuler, namun masih memiliki preferensi agama yang kuat. Di sisi lain, pendukung utama laki-laki sekuler memiliki komitmen yang kuat terhadap agenda sekuler atau pluralis, sikap jender yang tidak egaliter, dan preferensi agama yang kurang.

Sementara kandidat perempuan yang berpenampilan sekuler mendapatkan dukungan rendah. Sebagian besar pendukungnya berasal dari jumlah pemilih relatif kecil yang menyukai kesetaraan jender. Namun, tidak ada peningkatan dukungan yang signifikan terhadap calon anggota legislatif laki-laki yang mengenakan busana keagamaan.

Simbol religius terbukti secara politis membantu kandidat perempuan memenangi pemilu. Penampilan simbol agama, seperti hijab, sangat mengubah tingkat dukungan calon perempuan dalam politik Indonesia

Interaksi jender dan agama ternyata berperan besar dalam memengaruhi pertimbangan memilih bagi pemilih Muslim. Kebutuhan akan simbol agama menjadi hal yang urgen dan signifikan bagi kandidat perempuan yang akan maju di pemilu berikutnya. Hasil penelitian juga mengonfirmasi kondisi sosial politik Indonesia saat ini, bahwa religiositas masih menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan hidup, termasuk urusan politik.

Perpecahan sosial masih menonjol dalam perilaku pemilih di Indonesia. Namun, terlihat tingkat pembelahan tidak mengarah pada polarisasi yang pasti. Salah satu contohnya terlihat dalam interaksi latar belakang perdesaan dan agenda pluralis dengan calon pemimpin yang religius. Hal ini mematahkan batas antara blok sekuler dan agama. (LITBANG KOMPAS)

Data Buku

Judul: Preferensi Politik: Pemilih Muslim Indonesia Kontemporer

Penulis: Wasisto Raharjo Jati

Penerbit: Penerbit Buku Kompas

Cetakan: 1

Tahun terbit: 2024

ISBN: 978-623-160-299-2

978-623-160-300-5 (PDF)

Editor:
SUSANTI AGUSTINA SIMANJUNTAK
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000