Pertolongan Pertama untuk Mereka yang ”Kena Mental”
Suatu hari, Sandy menceritakan persoalan mental yang dia hadapi dan niatnya untuk bunuh diri kepada beberapa sahabatnya.
Oleh
BUDI SUWARNA
·3 menit baca
Tahun 2015 adalah masa yang berat dalam hidup Sandersan ”Sandy” Onie. Hasil dari proyek yang ia kerjakan selama beberapa tahun jauh dari harapan. Ia pun terguncang secara mental.
Begitu hebatnya guncangan mental itu, suatu malam pada bulan Maret, Sandy berniat bunuh diri. Beruntung ia tidak sampai menjalankan niatnya. Namun, pikiran untuk bunuh diri terus hadir.
Suatu hari, Sandy menceritakan persoalan mental yang dia hadapi dan niatnya untuk bunuh diri kepada beberapa sahabat dekat. Mereka semua menangis mendengar pengakuan Sandy. Selanjutnya, mereka terus menemani Sandy pada masa-masa yang sulit itu.
Hari berganti, dukungan dari sahabat-sahabatnya membuat Sandy sadar bahwa masih ada orang-orang yang mencintainya. Seiring dengan itu, keinginan untuk bunuh diri pun akhirnya reda dan Sandy pada akhirnya bisa keluar dari depresi beratnya.
Sandy kini bekerja sebagai ahli kesehatan mental di Australia. Ia juga mendirikan Emotional Health for All, sebuah yayasan pencegahan bunuh diri di Indonesia. Ia banyak membagikan pengalaman pribadi saat mengalami depresi berat dan pengalaman menangani pasien yang berniat bunuh diri lewat berbagai medium. Salah satunya melalui buku saku (booklet) berjudul Indonesian Mental Health First Aid: Booklet Panduan Pertama Kesehatan Jiwa Indonesia.
Salah satu yang ia tekankan dalam buku ini adalah dukungan terhadap mereka yang mengalami gangguan mental dari orang-orang terdekat sama pentingnya dengan pertolongan tenaga ahli seperti psikologi dan psikiater. Persoalannya, tidak semua orang mengerti bagaimana cara memberi pertolongan pertama pada mereka yang sedang depresi atau berniat bunuh diri, sebelum mereka ditangani tenaga ahli.
Lewat buku ini, Sandy menjelaskan secara singkat (2-9 paragraf) mengenai jenis-jenis gangguan mental dan ciri-cirinya, bagaimana kita bisa menolong orang-orang yang sedang menghadapi persoalan mental, serta bagaimana kita bersikap menghadapi orang yang memiliki kecenderungan bunuh diri. Tidak lupa, Sandy menjelaskan hal-hal yang sebaiknya dihindari.
Sebagaimana booklet, buku ini dirancang secara sederhana dan dimaksudkan sebagai panduan atau pedoman singkat dalam situasi kritis. Diharapkan pembaca buku ini bisa bersikap secara tepat ketika menghadapi orang-orang yang depresi atau punya kecenderungan bunuh diri. Lantas, mendorong orang-orang itu untuk mendapat pertolongan para ahli.
Panduan yang disusun dalam bentuk poin-poin itu merupakan ekstrasi pengalaman pribadi, pengalaman menangani klien, dan penelitian. Selain itu, panduan praktis itu dibuat dengan mempertimbangkan faktor budaya di Indonesia. Jadi, panduan ini mungkin tidak bisa diterapkan pada masyarakat dengan konteks budaya yang berbeda.
Sebagai buku panduan, buku ini tidak membosankan karena pada beberapa bagian memuat penuturan kisah singkat penulis ketika menghadapi masa-masa depresi. Kisah itu ditulis dengan sudut pandang orang pertama (saya) sehingga seperti catatan curhat.
Buku tipis 102 halaman ini bisa dibaca cepat dalam waktu 1-2 jam, lantas disimpan di rak buku untuk sewaktu-waktu dipakai sebagai panduan jika diperlukan. Buku yang berukuran 13 cm x 19 cm ini cocok juga dibaca ketika kita dalam perjalanan ke kantor atau kampus dengan moda transportasi massal.
Judul buku: Indonesian Mental Health First Aid: Booklet Panduan Pertama Kesehatan Jiwa Indonesia
Penulis: Dr Sandersan Onie
Penerbit: Penerbit Buku Kompas. Cetakan Kedua, November 2021