Menyelami Kompleksitas Kehidupan Orang Sowek di Supiori Papua
Gizi buruk di kampung yang kaya ikan? Ironi ini terjadi di Kampung Sowek, Kabupaten Supiori, Provinsi Papua. Daerah pesisir yang kaya sumber daya alam ternyata tak serta-merta menciptakan penghidupan layak bagi penduduk.
Judul: Bayang-bayang Kerentanan: Tantangan Penghidupan Orang Sowek di Supiori
Penulis: Elvira Rumkabu, Apriani Anastasia Amenes, Astrida Elisabeth, I Ngurah S
Penerbit: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun Terbit: 2023
Jumlah halaman: lxiv+176 halaman
ISBN: 978-623-321-183-3
Di ujung timur Indonesia, tanah Papua terbentang dengan keindahan dan kekayaan alamnya yang luar biasa. Di sela-sela kekayaan sumber daya alamnya, tanah Papua menyimpan berbagai kompleksitas kehidupan. Menelisik lebih jauh ke pesisir utara Papua, terdapat sebuah kampung yang seluruh bagiannya terapung di atas laut, yaitu Kampung Sowek.
Kampung Sowek merupakan bagian dari Distrik Kepulauan Aruri yang terletak di Kabupaten Supiori, Provinsi Papua. Kampung Sowek ini sebetulnya sudah mempunyai nama baru secara administratif, yaitu Kampung Rayori, tetapi nama Kampung Sowek tetap digunakan oleh masyarakat hingga sekarang.
Dari segi besaran wilayah, Kampung Sowek hanya memiliki 8 persen dari total besarnya Distrik Kepulauan Aruri, tetapi jumlah penduduknya yang terbesar dibandingkan dengan delapan kampung lainnya di distrik ini. Persoalan demografi dalam ruang yang menyempit menjadi salah satu sumber kerentanan bagi masyarakat Kampung Sowek.
Ketertarikan dan kepedulian terhadap kehidupan di Kampung Sowek ini dibuktikan secara nyata oleh tim penulis/peneliti dari Koalisi Kampus untuk Demokrasi Papua. Tim yang terdiri atas empat orang akademisi ini melakukan penelitian di tiga Kabupaten di Provinsi Papua, salah satunya yang dibahas di buku ini ialah Kabupaten Supiori.
Buku berjudul Bayang-bayang Kerentanan: Tantangan Penghidupan Orang Sowek di Supiori (Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2023) setebal 176 halaman ini melalui banyak tahapan, mulai dari dilakukannya workshop metodologi, preliminary visit, pengumpulan data di lapangan, hingga penulisan sampai akhirnya terbit menjadi sebuah buku.
Para penulis buku ini tinggal bersama masyarakat dan mencoba melihat kehidupan dari dekat, menggali pengetahuan dan pengalaman masyarakat. Setiap hal yang ditemukan dalam penggalian pengetahuan dan pengalaman tersebut membantu penulis dalam melihat kompleksitas lain dari Kampung Sowek secara mendalam.
Laut, penghidupan utama
Meskipun pesisir adalah salah satu kawasan bumi yang memiliki kekayaan sumber daya alam berlimpah dan menjanjikan secara ekonomi, beberapa kajian menunjukkan bahwa masyarakat pesisir yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan belum mampu mencapai penghidupan yang cukup layak.
Dalam 1 bab tersendiri, buku ini memaparkan kondisi masyarakat di Kampung Sowek yang sangat bergantung pada laut sebagai penghidupan utama sehingga sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan. Penduduk Kampung Sowek sebagian besar merupakan suku asli Biak yang terkenal sebagai pelaut yang tangguh.
Pekerjaan sebagai nelayan ini tidak hanya dikerjakan oleh para lelaki di Kampung Sowek, tetapi juga perempuan. Di sini terlihat bahwa keterlibatan perempuan Sowek signifikan bagi penghidupan keluarga. Para Bapa dan Mama berangkat melaut pagi sekitar pukul 07.00 pagi, lalu pulang di sore hari sekitar pukul 17.00.
Pada lautlah masyarakat Kampung Sowek menggantungkan hidupnya. Namun, di baliknya terdapat tantangan yang cukup sulit, yaitu rantai pasar yang cukup panjang. Ketika ikan segar hendak dijual di Pasar Biak Kota, orang Sowek tidak serta-merta bisa menjajakan dagangannya. Ikan harus dititipkan kepada Delo. Delo ini adalah orang yang memberikan jasa tempat dan jasa jual. Delo-lah yang akan menentukan harga ikan, sesuai dengan ketersediaannya. Barulah hasil jual akan dibagi dengan pemilik ikan.
Masih banyak tipe cara penjualan ikan yang dipraktikkan oleh orang Sowek, tetapi rata-rata menunjukkan rantai pasar yang cukup panjang. Selain alur yang panjang, nelayan juga membutuhkan modal yang besar, baik tenaga, waktu, dan biaya untuk perjalanan menjual ikan tangkapannya.
Selain rantai penjualan ikan yang panjang, penulis juga menjabarkan berbagai tantangan penghidupan di Kampung Sowek, seperti kawasan pesisir yang rentan terhadap kondisi ekologis, sumber daya alam, dan lingkungan. Lalu, pengetahuan dan praktik perlindungan ruang hidup yang digempur komersialisasi dan modernisasi. Kemudian, sulitnya akses bantuan untuk penghidupan. Serta wilayah pesisir yang juga tak lepas dari cengkeraman investasi dan pengerukan sumber daya alam.
Melalui kisah-kisah yang dinarasikan di buku ini, penulis mendekatkan pembaca dengan masyarakat Kampung Sowek. Dengan cerdas, penulis menggabungkan data analitis dengan narasi-narasi yang ada di lapangan, memperlihatkan betapa kerentanan memiliki dimensi yang beragam.
Publikasi ini mengungkapkan betapa kehidupan orang Sowek dihadapkan pada tantangan yang luar biasa, yang kurang mendapatkan perhatian lebih oleh para pemangku kebijakan.
Peran perempuan
Selain mengkaji kehidupan di Kampung Sowek secara umum, buku ini juga menjabarkan kajian lebih dalam mengenai perempuan di Kampung Sowek. Berdasarkan observasi lapangan penulis, perempuan berperan penting, tetapi minim dikaji.
Penanggung jawab nafkah keluarga di Kampung Sowek berada pada tangan laki-laki, tetapi perempuan turut berkontribusi dengan ikut melaut, menyelam, menangkap ikan, serta menjual dagangan demi menambah pemasukan keluarga. Di samping kontribusi para mama mencari nafkah, para mama juga masih dihadapkan dengan tugas utama mereka, seperti pekerjaan domestik rumah tangga dan tugas publik di kampung, khususnya di gereja, karena mayoritas penduduk Kampung Sowek memeluk agama Kristen.
Peran perempuan yang begitu penting ternyata tidak dibarengi dengan kondisi pendukung yang memadai. Inilah yang mengakibatkan kehidupan perempuan yang juga sendi kehidupan Kampung Sowek menjadi sangat rentan. Angka kelahiran yang tinggi, kehamilan tidak direncanakan (KTD) pada remaja, kasus gizi buruk, serta tingginya angka kematian ibu dan anak membayangi penghidupan para mama di Kampung Sowek.
Penulis secara tegas memaparkan bahwa kondisi yang terjadi membutuhkan aksi nyata dari para pemangku kebijakan, baik di level kampung, gereja, maupun pemerintahan karena ketiga elemen inilah yang menjadi institusi fundamental bagi kehidupan di Kampung Sowek.
Melalui narasinya, penulis mampu menggambarkan kehidupan dan tantangan masyarakat Sowek dengan kedalaman empati yang luar biasa. Analisis mendalam dalam publikasi ini memberikan latar belakang kontekstual yang kaya, memperluas pandangan kita tentang kerumitan realitas di pesisir utara Provinsi Papua ini. (Litbang Kompas/KIK)