logo Kompas.id
Bebas AksesFestival Budaya Buka Peluang...
Iklan

Festival Budaya Buka Peluang Ekonomi Petani Kopi Gayo

Kehadiran festival budaya juga bisa membantu membuka peluang para petani seperti di Festival Panen Kopi Gayo 2023.

Oleh
WISNU DEWABRATA, ZULKARNAINI
· 5 menit baca
Dua remaja laki-laki membawakan tari guel untuk menyambut tamu pada Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Dua remaja laki-laki membawakan tari guel untuk menyambut tamu pada Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).

TAKENGON, KOMPAS — Festival Panen Kopi Gayo 2023 dibuka pada Sabtu (25/11/2023) di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah, Aceh. Pelestarian seni budaya hingga peningkatan ekonomi dan kohesi sosial warga menjadi target dalam ajang ini.

Selain acara kesenian, para tamu juga dilibatkan dalam sejumlah kegiatan terkait tanaman kopi di area perkebunan di kawasan desa tersebut. Mereka diajak menanam sejumlah bibit pohon kopi dengan terlebih dulu melakukan ritual membaca doa ni kupi. Ritual itu sudah dilakukan turun-temurun.

Mereka juga diajak memanen biji kopi dan melihat cara mengolah buah kopi secara tradisional hingga menjadi biji kopi siap panggang (roasting) berupa green bean. Biji kopi hasil roasting dihaluskan lalu diseduh dan disajikan.

Ketua Kelompok Kerja Ketahanan Budaya Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Syukur Asih Suprojo menyatakan, ajang budaya tak harus selalu dilihat dari sisi pertunjukan seni budaya saja. Isu budaya bisa dibahas secara luas, mulai dari kearifan lokal, ketahanan pangan, hingga perubahan iklim.

Keberadaan kopi dan festival budaya juga bisa dimanfaatkan masyarakat untuk membangun jejaring dengan pihak luar, baik kalangan industri maupun kalangan importir. Dengan begitu, masyarakat juga mendapatkan manfaat, terutama secara ekonomi.

Tamu undangan menikmati sajian kopi di tengah kebun kopi pada Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Tamu undangan menikmati sajian kopi di tengah kebun kopi pada Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).

Ajang ini sekaligus bisa meningkatkan keakraban dan keguyuban warga. ”Kerukunan masyarakat desa, yang bisa jadi selama ini mulai memudar, dengan menyelenggarakan festival budaya ini bisa kembali timbul. Di situ ada gotong royong saat menanam atau memanen kopi,” ujar Syukur.

Pemerintah pusat berupaya mendorong desa-desa, terutama yang mencoba mengembangkan potensi pariwisatanya. Salah satunya dengan memberikan pelatihan tentang menyusun paket-paket wisata yang menarik dengan kekuatan tradisi masing-masing.

Sedikitnya 230 desa di seluruh Indonesia, termasuk Paya Tumpi Baru, tengah menyusun dokumen kemajuan kebudayaan desa. Hal itu menjadi bagian dari perencanaan pembangunan desa-desa berbasis kebudayaan. Seluruh dokumen dari ratusan desa itu akan menjadi pijakan pemerintah pusat untuk membangun desa dalam konteks budaya.

Baca juga: Memuliakan Kopi Gayo lewat Kebudayaan

Remaja perempuan membawakan tari munalo pada Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Remaja perempuan membawakan tari munalo pada Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).

Kesenian

Pembukaan festival berlangsung di lapangan voli milik Desa Paya Tumpi. Warga desa berkumpul menyaksikan atraksi kesenian yang dimainkan oleh anak muda desa. Tahun ini pembiayaan festival tersebut didukung Kemendikbudristek.

Penampilan tarian tradisional, yakni tari munalo dan tari guel, digelar sebagai pembuka kegiatan saat menyambut kedatangan tamu undangan. Pemukulan canang, alat musik tradisional seperti gong, menandakan rangkaian acara resmi dimulai.

Iklan

Dalam kegiatan festival panen kopi Gayo kali ini digelar sejumlah pertunjukan kesenian, baik tradisional maupun modern. Pertunjukan tradisional, antara lain, Ketoprak Dor Cipta Rukun Rahayu yang ada sejak dua dekade terakhir.

Penampilan tarian tradisional, yakni tari munalo dan tari guel, digelar sebagai pembuka kegiatan saat menyambut kedatangan tamu undangan.

Kesenian tersebut muncul di masa kolonial Belanda yang saat itu mendatangkan para kuli kontrak asal Pulau Jawa ke Sumatera. Mereka didatangkan secara paksa untuk bekerja di perkebunan-perkebunan kopi yang ada di sana ketika itu, termasuk di wilayah Aceh Tengah macam Paya Tumpi.

Selain itu, digelar pula babak final kompetisi kesenian didong khas masyarakat Gayo yang sudah ada sejak zaman Reje Linge XIII, salah satu panglima Kerajaan Aceh Darussalam. Kesenian itu memadukan unsur tari, vokal, dan syair sastra. Selain untuk hiburan kesenian, didong juga dipakai untuk sarana berdakwah.

Festival tahun ini digelar selama tiga pekan berturut-turut di tiga desa, yakni Paya Tumpi Baru, Kelitu, dan Bukit Sama. Banyak warga dari ketiga desa ikut dilibatkan. Selain menjadi perayaan puncak panen setempat, festival itu juga meneguhkan kopi sebagai kekuatan dalam kebudayaan Gayo.

Asisten I Pemkab Aceh Tengah Mursyid menyatakan, festival kopi tidak hanya menjadi bentuk selebrasi menyambut puncak panen kopi. Kegiatan itu juga dapat dimaknai sebagai bentuk rasa syukur dan pemuliaan kopi. ”Festival ini memadukan kopi, budaya, dan wisata. Jika dikemas apik, akan melahirkan semangat baru petani dan pertumbuhan ekonomi daerah,” ujarnya.

Buah kopi yang baru dipanen pada Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Buah kopi yang baru dipanen pada Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).

Mursyid menambahkan, kopi telah menjadi penopang hidup warga Gayo. Mayoritas warga Gayo berprofesi sebagai petani dan kopi adalah komoditas utama. Nyaris mustahil warga Gayo tidak memiliki kebun kopi. Kondisi itu membuat ikatan batin warga Gayo dengan kopi sangat erat.

Banyak praktik kebudayaan yang dilakukan warga terhadap kopi, misalnya membacakan doa ni kupi atau disebut mantra saat hendak menanam kopi dan tradisi membersihkan mata air. Selain sebagai sumber pendapatan, kopi juga menjadi identitas bagi Dataran Tinggi Gayo.

”Kopi Gayo salah satu kopi terbaik di dunia. Kopi sebagai ikon wisata akan kami padukan dengan potensi lain,” katanya.

Kaum perempuan dengan pakaian khas masyarakat Gayo turut memetik buah kopi pada Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Kaum perempuan dengan pakaian khas masyarakat Gayo turut memetik buah kopi pada Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).

Penurunan produktivitas

Kopi Gayo kini tengah menghadapi masalah produktivitas yang minim. Produksi rata-rata kopi Gayo 700-800 kilogram per hektar per tahun. Padahal, potensi maksimal produksi 1-1,2 ton per hektar per tahun.

Pusat perkebunan kopi Gayo terletak di Aceh Tengah dan Bener Meriah. Sebagian kecil terdapat di Kabupaten Gayo Lues. Dua varian kopi Gayo paling populer adalah arabika Gayo dan robusta Gayo. Data Badan Pusat Statistik menyebutkan, produksi kopi Gayo tahun 2021 sebanyak 65.232 ton, naik sedikit dibandingkan tahun 2018, yakni 63.177 ton.

Baca juga: Sejumput Makanan dan Ketenangan Hidup Orang Osing

Mursyid mengatakan, perubahan cuaca dan El Nino memengaruhi produktivitas kopi Gayo. Oleh karena itu, petani perlu diedukasi lebih baik tentang cara merawat kopi yang tepat.

Selain faktor cuaca, serangan hama serangan pengebor biji kopi (Hypothenemus hampei) turut menurunkan produktivitas kopi. Seperti disampaikan petani dari Bener Meriah, Sri Wahyuni, akibat serangan hama, sebagian tanaman kopi kering dan mati.

Ibu-ibu dengan baju tradisional khas Gayo memainkan musik tradisional canang pada pembukaan Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Ibu-ibu dengan baju tradisional khas Gayo memainkan musik tradisional canang pada pembukaan Festival Panen Kopi Gayo 2023 di Desa Paya Tumpi Baru, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, Sabtu (25/11/2023).

Editor:
SUSY BERINDRA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000