logo Kompas.id
Bebas AksesIgnasius Neno Naisau, Jalan...
Iklan

Ignasius Neno Naisau, Jalan Tani ”Naga Karang”

Jalan tani ”naga karang” menjadi jalan hidup baru Ignasius Neno Naisau dan Kelompok Tani Anin Tahmate di lereng Bukit Nuaf Ainiut, Pulau Timor, NTT.

Oleh
Hendriyo Widi
· 6 menit baca
Ketua Kelompok Tani Buah Naga Anin Tahmate, Neno Naisau.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Ketua Kelompok Tani Buah Naga Anin Tahmate, Neno Naisau.

Ignasius Neno Naisau (55) tak bisa baca tulis. Petani Desa Nunmafo, Kecamatan Insana, Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, tersebut putus sekolah sejak tak naik kelas III SD. Ia tak pernah bermimpi bisa melakoni jalan tani ”naga karang” berpenghasilan ratusan juta rupiah setahun bersama Kelompok Tani Anin Tahmate.

Bersama 19 anggota kelompoknya, Naisau memiliki 1.200 pohon buah naga. Sekali panen, omzetnya sekitar Rp 60 juta. Selama musim produksi buah naga, yakni September-Maret, kelompok tani pimpinan Naisau bisa memanen sang ”naga karan” itu sebanyak tiga kali.

Berkat Naisau, masyarakat Pulau Timor dapat mencecap buah yang mengandung banyak kalori, nutrisi, dan vitamin itu. Berkat ”naga karang”, warga Kecamatan Insana memiliki penghasilan tambahan dengan berdagang buah naga di tepi Jalan Trans-Timor Kupang-Atambua.

Tak hanya itu, ”naga karang” Naisau juga mulai merambah ke Timor Leste meski belum secara masif. Selain dibeli pedagang Timor Leste, ”naga karang” Naisau juga diperjualbelikan di pasar perbatasan Motaain di kawasan Pos Lintas Batas Indonesia-Timor Leste.

”Para pedagang buah naga di pasar perbatasan itu ada yang melayani pembelian menggunakan uang dollar AS. Namun, uang dollar itu tak pernah sampai ke tangan saya karena mereka membeli buah naga dari kami dengan rupiah,” kata Naisau ketika ditemui di kebun buah naga Kelompok Tani Anin Tahmate di Desa Fatoin, Kecamatan Insana, Selasa (6/6/2023).

Bagi Naisau, merintis jalan tani ”naga karang” itu tidak mudah. Sesuai dengan sebutannya, yakni ”naga karang”, buah naga yang dihasilkan Naisau dan Kelompok Tani Anin Tahmate dihasilkan dari pohon buah naga yang ditanam di lahan lereng bukit atau Nuaf Ainiut, Desa Fatoin. Kebun buah naga yang dikelola sejak 2018 itu berjarak sekitar 2 kilometer dari Nunmafo, kampung Naisau.

Ketua Kelompok Tani Buah Naga Anin Tahmate, Neno Naisau, merawat kebunnya yang ditanami 1.200 tanaman buah naga di Desa Fatoin, Kecamatan Insana, Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (5/6/2023). Naisau mendapatkan bantuan lampu dari Program Listrik untuk Buah Naga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Penyinaran terhadap tanaman buah naga di malam hari ini membantu meningkatkan produksi buah naga.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Ketua Kelompok Tani Buah Naga Anin Tahmate, Neno Naisau, merawat kebunnya yang ditanami 1.200 tanaman buah naga di Desa Fatoin, Kecamatan Insana, Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (5/6/2023). Naisau mendapatkan bantuan lampu dari Program Listrik untuk Buah Naga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Penyinaran terhadap tanaman buah naga di malam hari ini membantu meningkatkan produksi buah naga.

Untuk menanam pohon buah naga itu, Naisau harus menyingkirkan batu-batu karang di atas dan di sela-sela tanah yang digali. Petani menyebutnya sebagai batu yang bertanah, bukan tanah tanah yang berbatu.

Karakter lahan berbatu memang menjadi ciri khas geografis Pulau Timor. Pulau tersebut terbentuk karena pengangkatan permukaan Bumi di atas permukaan laut akibat proses tektonik atau tumbukan lempeng Indo-Australia (lempeng samudra) dengan lempeng Eurasia (lempeng benua).

Butuh waktu sekitar empat bulan mulai dari menyiapkan lubang tanam, memupuk, memasang media tanam, hingga menanam 200 pohon buah naga di desa itu. Untuk mendapatkan air, juga tidak mudah. Petani harus membuat bak di kebun untuk menampung air dari sumber air Oelolok.

Jarak kebun buah naga dengan sumber air tersebut sekitar 7 kilometer. Untuk menyiram pohon buah naga satu per satu, Naisau harus bolak-balik memikul air dari mata air itu dengan lalepak (pikulan). Adapun pupuknya menggunakan kotoran ternak dan pupuk kompos dari daun atau ilalang kering.

Naisau berkisah, semula pohon buah naga itu ditanam sendiri setelah mendapat pelatihan membudidayakan buah naga dan bantuan bibit pohon buah naga. Jumlahnya waktu itu hanya 30 pohon buah naga.

Ia kemudian mendapat limpahan pohon buah naga dari petani lain hingga terkumpul 200 bibit pohon. ”Semula, mereka menanam di kebun dan lahan masing-masing. Lantaran kesulitan air untuk menyiram pohon itu, saya meminta bibit pohon itu dan menanamnya di lahan saya,” ujar Naisau.

 Ketua Kelompok Tani Buah Naga Anin Tahmate, Neno Naisau, berada di kebunnya untuk merawat 1.200 tanaman buah naganya di Desa Fatoin, Kecamatan Insana, Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (5/6/2023). Naisau mendapatkan bantuan lampu dari Program Listrik untuk Buah Naga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Penyinaran terhadap tanaman buah naga di malam hari ini membantu meningkatkan produksi buah naga.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Ketua Kelompok Tani Buah Naga Anin Tahmate, Neno Naisau, berada di kebunnya untuk merawat 1.200 tanaman buah naganya di Desa Fatoin, Kecamatan Insana, Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (5/6/2023). Naisau mendapatkan bantuan lampu dari Program Listrik untuk Buah Naga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Penyinaran terhadap tanaman buah naga di malam hari ini membantu meningkatkan produksi buah naga.

Terang ”naga karang”

Iklan

Menurut Naisau, membudidayakan buah naga merupakan hal baru bagi para petani di Pulau Timor. Mereka terbiasa menanam ubi, singkong, dan jagung. Mereka mengganggap menanam buah naga itu sulit dan belum tentu berhasil.

Namun, Naisau percaya bisa melakoni jalan tani ”naga karang”. Ia menganggap jalan itu sebagai ujung jalan perjalanan hidupnya yang terjal dan berliku. Semasa kecil, Naisau pernah bekerja sebagai pembersih rumput dan pemberi pakan ternak di Kupang. Seiring berjalannya waktu, Naisau dipercaya sebagai pengirim sapi Kupang ke Kalimantan dan Jakarta.

Meski buta huruf, Naisau melakoni jalan rantau itu dengan sejumlah prinsip. Kerja ikut orang itu harus jujur. Dengan bekerja ikut orang, banyak ilmu dan pengalaman yang didapat. ”Kerja itu jangan lari-lari (berpindah-pindah). Jujur, sabar, tanggung jawab, dan ditekuni saja. Pasti akan menghasilkan,” katanya.

Prinsip hidup itulah yang membuatnya mampu melakoni jalan tani ”buah naga”. Prinsip hidup itulah yang ia tularkan kepada ketiga anaknya yang masing-masing bekerja sebagai peternak sapi, karyawan perusahaan minyak goreng di Kediri, dan pramuniaga toko di Surabaya.

Untuk menanam pohon buah naga itu, Naisau harus menyingkirkan batu-batu karang di atas dan di sela-sela tanah yang digali. Petani menyebutnya sebagai batu yang bertanah, bukan tanah yang berbatu.

Prinsip hidup itulah yang dilihat sejumlah petani di Desa Nunmafo dan Fatoin dalam sosok Naisau. Mereka juga turut membudidayakan buah naga. Saat ini ada empat kelompok tani yang pembudidaya buah naga di Kecamatan Insana. Total pohon buah naga yang dibudidayakan sebanyak 11.380 rumpun.

Naisau juga memegang prinsip itu di kala mengetahui kalau buah naga tersebut hanya bisa dipanen sekali selama sekitar enam bulan musim produksi. Buah naga yang dihasilkannya juga relatif kecil, yakni rata-rata 1 kilogram (kg) per buah. Harga jualnya di daerah tersebut juga relatif masih cukup murah, yakni Rp 5.000 per buah.

Ketua Kelompok Tani Buah Naga Anin Tahmate, Neno Naisau, merawat kebunnya yang ditanami 1.200 tanaman buah naga di Desa Fatoin, Kecamatan Insana, Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (5/6/2023). Naisau mendapatkan bantuan lampu dari Program Listrik untuk Buah Naga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Penyinaran terhadap tanaman buah naga di malam hari ini membantu meningkatkan produksi buah naga.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Ketua Kelompok Tani Buah Naga Anin Tahmate, Neno Naisau, merawat kebunnya yang ditanami 1.200 tanaman buah naga di Desa Fatoin, Kecamatan Insana, Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Senin (5/6/2023). Naisau mendapatkan bantuan lampu dari Program Listrik untuk Buah Naga PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Penyinaran terhadap tanaman buah naga di malam hari ini membantu meningkatkan produksi buah naga.

Ia tidak patah arang. Secara bertahap, Naisau menambah tanamannya yang semula 200 pohon menjadi 300 pohon. Sampai pada Juni 2021, ia bersama kelompok tani pimpinannya mendapatkan bantuan sambungan listrik sektor pertanian berdaya 16.500 volt amper dari Program Listrik untuk Buah Naga (Proliga) PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Bantuan senilai Rp 133 juta itu juga termasuk instalasi 100 lampu dioda pemancar cahaya (LED) 23 watt yang dipasang pararel seturut deret pohon buah naga. Listrik itu digunakan untuk memacu produktivitas buah naga dengan cara merangsang fotosintesis pada malam hari menggunakan cahaya lampu.

Berkat listrik itu, buah naga dapat dipanen sebanyak tiga kali selama musim produksi. Tidak hanya itu, buah naga yang dihasilkan juga bertambah besar, ada yang mencapai sekitar 4 kg. Berkat listrik itu pula, ia terpacu untuk membuat sumur dan bak penampungan air di lahannya. Meski penyiramannya masih secara manual per pohon, setidaknya Naisau dapat menyedot air dari sumur ke penampungan menggunakan genset listrik.

Saat ini, Kelompok Tani Anin Tahmate telah memiliki sekitar 1.200 pohon buah naga. Dari jumlah itu, baru 900 pohon yang telah dipasangi lampu. Per pohon rata-rata dapat menghasilkan 20 buah naga sehingga setiap kali panen bisa menghasilkan sekitar 36 ton buah naga.

Baca juga: Edwin Makarim Januar, Memupus Jejak Hiperbilirubin dengan Seni Rupa

Kelompok Tani Anin Tahmate menjual buah naga itu kepada para pedagang Rp 50.000 untuk lima hingga tujuh buah. Kemudian oleh para pedagang itu biasanya dijual Rp 50.000 untuk tiga hingga empat buah.

”Kami menentukan harga tersebut ke pedagang dengan mempertimbangkan ongkos transportasi mereka. Mereka ada yang datang dari Kupang, Atambua, bahkan Timor Leste,” kata Nisau yang juga pernah berkunjung ke pusat budidaya buah naga berbasis listrik di Banyuwangi, Jawa Timur.

Di pengujung kisahnya, Naisau menuturkan mimpinya. Ia ingin menjadikan kebun ”naga karang” Kelompok Tani Anin Tahmate sebagai kawasan agrowisata buah naga berbasis listrik. Naisau juga berharap terang ”naga karang” itu tidak hanya dinikmati kelompok taninya, tetapi juga petani-petani lain di Pulau Timor.

 Ketua Kelompok Tani Buah Naga Anin Tahmate, Neno Naisau.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Ketua Kelompok Tani Buah Naga Anin Tahmate, Neno Naisau.

Ignasius Neno NaisauLahir: Kefamenanu, NTT, 30 April 1968Pendidikan terakhir: Kelas III SDPenghargaan: Juara I Petani Teladan se-Kabupaten Timor Tengah Utara pada 2022

Editor:
MARIA SUSY BERINDRA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000