logo Kompas.id
Bebas AksesPeternakan Sapi Perlu Jadi...
Iklan

Peternakan Sapi Perlu Jadi Proyek Strategis

Impor menjadi jalan pintas pemerintah untuk mengatasi kekurangan pasokan daging sapi. Target swasembada tahun 2022 tidak tercapai. Program lanjutan peningkatan produksi sapi nasional perlu untuk mengurangi impor sapi.

Oleh
Tim Kompas
· 4 menit baca
Sejumlah sapi disiapkan untuk mengikuti pengobatan gratis di Kelurahan Boyolangu, Banyuwangi, Selasa (16/6/2020).
KOMPAS/ANGGER PUTRANTO

Sejumlah sapi disiapkan untuk mengikuti pengobatan gratis di Kelurahan Boyolangu, Banyuwangi, Selasa (16/6/2020).

JAKARTA, KOMPAS -- Menjelang Idul Adha, pasokan sapi hidup masih menjadi tantangan. Persoalannya sudah terjadi sejak dari hulu pada peternakan sapi rakyat. Pemerintah sudah saatnya serius memperhatikan peternakan sapi dan menjadikannya sebagai proyek strategis nasional.

Penelusuran tim wartawan Kompas pada akhir Mei hingga pertengahan Juni 2023 menemukan, masalah terletak pada peternak rakyat skala rumah tangga. Dalam skala peternak rakyat, masalahnya menyangkut nilai ekonomi beternak sapi.

Di tengah sulitnya mendapatkan pasokan di dalam negeri, impor menjadi pilihan. Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian Agung Suganda, dalam diskusi swasembada daging Badan Pangan Nasional di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (6/6/2023), mengungkapkan, ketergantungan Indonesia terhadap impor daging sapi dan kerbau masih di atas 40 persen.

Setiap tahun, rata-rata jumlah sapi yang dipotong di Indonesia mencapai 2,5 juta ekor, dengan 650.000 ekor di antaranya disembelih saat Idul Adha. Maka, peningkatan jumlah populasi dibutuhkan untuk menekan ketergantungan impor menjadi 10 persen pada tahun 2026.

https://cdn-assetd.kompas.id/JziqJXtPx24Irhj2-q02G5Uy4KQ=/1024x801/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F06%2F18%2F8bb2b226-d00e-4cfa-9843-999fe2d2d301_png.png

Dalam diskusi itu, Direktur Utama PT Berdikari Harry Warganegara mengusulkan peningkatan populasi sapi menjadi proyek strategis nasional untuk mencapai swasembada daging sapi.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, populasi sapi potong secara nasional pada 2022 mencapai 18.610.148 ekor.

Kesejahteraan peternak

Sapi potong sebanyak itu dibudidayakan, antara lain, oleh usaha peternakan rumah tangga yang cenderung menurun. Merujuk data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2022, jumlah pelaku usaha peternakan sapi potong turun dari 5.078.979 rumah tangga pada 2013 menjadi 4.642.186 rumah tangga pada 2018.

Baca juga: Menggugat Rantai Impor Daging Sapi

Kesejahteraan peternak pun kurang baik, antara lain diukur dengan nilai tukar petani peternakan (NTPT). BPS mencatat, tren NTPT lima tahun terakhir menurun. Pada 2019-2021, nilai NTPT di bawah 100, yang mengindikasikan peternak dalam keadaan tidak sejahtera. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya, angkanya konsisten di atas 100. Perbaikan baru mulai tampak pada 2021 dengan rata-rata NTPT 101,2.

Anak sapi yang dijual di Pasar Hewan Asembagus, Situbondo, Kamis (1/6/2023). Jelang Idul adha harga sapi mengalami kenaikan hingga lima persen.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Anak sapi yang dijual di Pasar Hewan Asembagus, Situbondo, Kamis (1/6/2023). Jelang Idul adha harga sapi mengalami kenaikan hingga lima persen.

Pemerintah membuat kebijakan untuk mengatasi masalah ini setelah program sebelumnya dengan target swasembada tahun 2022 tak tercapai. Program terbaru dituangkan melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 17 Tahun 2020 tentang Peningkatan Produksi Sapi dan Kerbau Komoditas Andalan Negeri (Sikomandan).

Iklan

Program yang dilaksanakan melalui Sikomandan adalah peningkatan kelahiran, peningkatan produktivitas, pengendalian penyakit hewan dan reproduksi, penjaminan keamanan dan mutu pangan, serta distribusi dan pemasaran.

Di lapangan, kondisi bisa berbeda. Di Bali, misalnya, populasi sapi Bali turun. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali I Wayan Sunada mengatakan, hasil pendataan ulang menunjukkan populasi sapi di Bali sekitar 380.000 ekor. Penurunan jumlah sapi, menurut dia, terjadi karena penghitungan populasi sapi sebelumnya menggunakan angka estimasi. ”Sebelum 2022, angka estimasi populasi sapi di Bali 650.000 ekor,” kata Wayan Sunada.

Baca juga: Perjalanan Ribuan Kilometer demi Memasok Sapi Ibu Kota

Ia menyampaikan, ketika terjadi penyakit mulut dan kuku (PMK), dilakukan vaksinasi dan pendataan ulang populasi sapi. ”Ternyata jumlah sapi hasil pendataan 2022 sekitar 380.000 ekor,” ujarnya.

Kondisi itu memengaruhi kebijakan kuota pengiriman sapi dari Bali ke luar daerah yang juga berkurang. Pada 2023, Bali mengurangi kuota pengiriman sapi, baik untuk ternak potong maupun sebagai bibit. Berdasarkan Keputusan Gubernur Bali Nomor 936/03-F/HK/2022 tentang Jumlah Ternak Potong dan Bibit Sapi Bali Antarpulau Tahun 2023, selama 2023, jumlah ternak potong sapi Bali ditetapkan 30.000 ekor dan jumlah bibit sapi Bali 2.000 ekor.

Aktivitas di Pasar Hewan Beringkit di Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Minggu (11/6/2023).
KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA

Aktivitas di Pasar Hewan Beringkit di Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Minggu (11/6/2023).

Penyakit sapi

Pada Idul Adha tahun 2023, peternak menghadapi masalah berupa menjangkitnya dua penyakit virus sapi pada 2022, yaitu PMK dan penyakit kulit berbenjol (lumpy skin disease/LSD). Sejumlah antisipasi pun dilakukan peternak.

Peternak sapi di Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo, Jawa Timur, Mustofa (55), rutin membersihkan kandang untuk menjaga kesehatan ternak. Menjelang Idul Adha sekarang, dia mendapat banyak kunjungan calon pembeli. Pembeli sengaja memesan lebih awal untuk mendapatkan sapi terbaik dengan harga terjangkau.

”Alhamdulillah sudah banyak yang datang mencari hewan kurban. Harga sapi saat ini masih normal, Rp 21 juta hingga Rp 70 juta per ekor, tergantung berat,” ucap Mustofa.

Di Brebes, Jawa Tengah, Tardi (57), peternak sapi Jawa-Brebes (Jabres) asal Desa Kebandungan, Kecamatan Bantarkawung, mengharapkan penguatan perlindungan kepada peternak. Dua tahun terakhir terasa berat baginya. Pada tahun 2022, lima dari 12 sapi Jabres yang dipelihara Tardi terserang PMK. Meski tak sampai membuat sapi-sapinya mati, penyakit itu menurunkan kondisi sapi.

Bayangan petugas saat mengarahkan kawanan sapi ke dalam kandangnya di Dusun Maribaya, Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Rabu (31/5/2023).
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA

Bayangan petugas saat mengarahkan kawanan sapi ke dalam kandangnya di Dusun Maribaya, Desa Kalinusu, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Rabu (31/5/2023).

Musibah berlanjut. Pada awal 2023, sapi-sapi milik Tardi terserang LSD. Ada dua sapi yang bergejala berat. Satu sapi mati, sedangkan satu sapi lainnya dijual murah. ”Sapi yang seharusnya bisa dijual Rp 8 juta hanya laku Rp 2 juta. Dari Rp 2 juta itu, masih dikurangi biaya gotong sapi Rp 400.000 dan ongkos kendaraan pengangkut sapi Rp 200.000,” kata Tardi.

Peternak di sentra peternakan sapi di Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, masing-masing hanya memiliki tiga-empat sapi. Suhadi (36), peternak sapi yang juga Ketua Koperasi Produksi Ternak Maju Sejahtera di Tanjung Sari, menuturkan, untuk menjadi usaha utama, peternak semestinya mempunyai minimal 20 sapi. Namun, sebagian besar peternak masih terkendala persoalan modal. ”Kami berharap bisa mengakses modal dari perbankan dengan bunga yang ringan,” kata Suhadi.

(JUD/COK/TIN/WER/XTI/VIO/

NCA/NIK/MHD/RTG/FRN/HEN)

Editor:
ALBERTUS SUBUR TJAHJONO, HARYO DAMARDONO
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000