Rencana Pembangunan Jalan Tol Lingkar Luar Solo Ditentang Bupati Klaten
Pemerintah berencana membangun Jalan Tol Lingkar Luar Timur-Selatan Solo yang melewati sejumlah wilayah di Jateng. Namun, Bupati Klaten Sri Mulyani menentang rencana itu.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS— Pemerintah berencana membangun Jalan Tol Lingkar Luar Timur-Selatan Solo untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di Kota Surakarta, Jawa Tengah. Menurut rencana, jalan tol itu akan melewati sejumlah kabupaten di Jateng, yakni Karanganyar, Sukoharjo, dan Klaten.
Namun, rencana itu ditentang Bupati Klaten Sri Mulyani karena berpotensi mengurangi lahan pertanian produktif di wilayahnya. Mulyani menyatakan, saat ini, sudah ada pembangunan jalan tol yang melewati Klaten, yakni Jalan Tol Solo-Yogyakarta.
Akibat proyek Tol Solo-Yogyakarta, terdapat sekitar 300 hektar lahan pertanian di Klaten yang terdampak. Adapun total lahan di Klaten yang digunakan untuk proyek itu mencapai 500 hektar.
”Ini (Tol Solo-Yogyakarta) belum selesai. Lalu beredar wacana Jalan Tol (Lingkar Luar Timur-Selatan) Solo yang lain. Saya kira seharusnya pemerintah mengkaji dulu,” kata Mulyani saat dihubungi, Selasa (3/1/2023).
Mulyani mengaku belum berkomunikasi langsung dengan pemerintah pusat mengenai proyek Tol Lingkar Luar Timur-Selatan Solo. Namun, dia menyebut, terdapat tim yang sudah terjun ke Klaten guna melakukan studi kelayakan proyek itu. Berdasarkan informasi yang diterima Mulyani, setidaknya ada 30 hektar lahan sawah di Klaten yang akan digunakan untuk proyek tersebut.
Mulyani memaparkan, dirinya menentang wacana proyek itu karena berpotensi mengurangi lahan pertanian produktif. Berkurangnya lahan produktif itu tentu bakal berdampak pada berkurangnya produksi padi. Padahal, Klaten termasuk daerah lumbung padi, baik untuk tingkat provinsi maupun nasional.
”Kita harus memikirkan masa depan anak dan cucu kita. Ini nanti kan berdampak 30 hektar sawah lestari yang akan terkena dampak tol (Lingkar Luar Timur Selatan Solo). Klaten nanti tidak bisa mempertahankan lumbung pangan nasional atau provinsi,” ungkap Mulyani.
Klaten termasuk daerah lumbung padi, baik untuk tingkat provinsi maupun nasional.
Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Klaten Widiyanti menjelaskan, sekitar 30 hektar lahan yang bakal terdampak Tol Lingkar Luar Timur-Selatan Solo itu tersebar di tiga kecamatan, yaitu Polanharjo, Wonosari, dan Delanggu.
Tiga kecamatan itu dikenal cukup tinggi produksi berasnya. Dalam setahun, satu hektar sawah diperkirakan mampu ditanami sebanyak dua hingga tiga kali. Adapun rata-rata hasil sekali panen mencapai 6 ton per hektarnya.
”Ini memang belum ditetapkan. Prosesnya masih panjang. Kalau nanti sudah ditetapkan, yang terpenting pada intinya jangan sampai mengganggu ketahanan pangan,” kata Widiyanti.
Dihubungi terpisah, Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Surakarta Joko Supriyanto menyampaikan, pembuatan jalan lingkar luar sudah diusulkan ke Kementerian PUPR sejak tahun 2015.
Saat itu, usulannya hanya berupa jalan non tol. Studi kelayakan dilakukan setahun setelahnya. Namun, hasil studi kelayakan tak kunjung ada tindak lanjut selama beberapa tahun setelahnya.
Pada 2021, Joko menyebut, pihaknya mengirim surat ke Kementerian PUPR untuk menanyakan kembali mengenai kelanjutan proyek itu. Pengiriman surat itu bertepatan dengan masa-masa awal Gibran Rakabuming Raka menjabat sebagai Wali Kota Surakarta.
Setelah itu, pemerintah kembali melakukan studi kelayakan pada 2022-2023. Akan tetapi, studi kelayakan terkini itu justru untuk pembangunan jalan tol.
”Kami memohonnya (kepada Kementerian PUPR) memang perihal jalan lingkar. Tetapi, permohonan awal kami berupa jalan nontol. Pertimbangannya, Kota Solo (Surakarta) ini butuh betul jalan lingkar agar tidak ada percampuran antara pergerakan jarak jauh dan pergerakan jalan di pusat kota,” kata Joko.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menilai pembangunan jalan tol lingkar luar cukup penting. Ia menyebut tingkat kemacetan lalu lintas di Kota Surakarta sudah cukup tinggi. Apalagi, pembahasan mengenai infrastruktur itu telah berlangsung cukup lama.
Terkait adanya penentangan dari daerah lain, Gibran mengaku terbuka untuk menerima masukan. ”Lihat saja, Solo ini sudah hampir tidak bisa bergerak. Lalu lintasnya stuck. Itu urgensinya jalan lingkar,” kata Gibran.
Gibran menyebut, keberadaan jalan tol lingkar luar akan berdampak signifikan terhadap kondisi lalu lintas di kotanya. Di sisi lain, terurainya kemacetan juga akan memudahkan distribusi barang antar daerah. Sebab, kendaraan angkutan barang yang selama ini tersendat sewaktu melintas di pusat kota, bisa langsung melewati jalan tanpa hambatan.