Dinilai Menginspirasi, Frans Seda Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Pengabdian Frans Seda bagi negeri melampaui batas. Ia diusulkan menjadi pahlawan nasional.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN, KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Frans Seda (1926-2009), tokoh nasional asal Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, dinilai banyak berjasa untuk kemajuan bangsa dalam berbagai bidang. Prestasi yang ia ukir layak dijadikan inspirasi bagi anak bangsa. Dengan dasarnya itu, sejumlah pihak tengah berupaya mengusulkannya menjadi pahlawan nasional.
”Banyak karya yang sudah ditorehkan almarhum Bapak Frans Seda selama ia mengabdikan diri bagi negeri ini. Dia orang biasa yang berasal dari kampung, tetapi karyanya luar biasa,” kata Wakil Gubernur NTT Josef A Nai Soi dalam sambutannya saat membuka seminar nasional bertema ”Jejak Langkah Frans Seda: Perjuangan dan Pengabdian untuk Tuhan dan Tanah Air” di kampus Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira), Kupang, Kamis (24/11/2022).
Josef menyebut beberapa prestasi Frans Seda saat berkiprah dalam pemerintahan selama era beberapa presiden, mulai dari Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, hingga Megawati Soekarnoputri. Frans mencatat pencapaian berbagai di sektor yang ia pimpin.
Dalam catatan Kompas, jabatan publik yang pernah diemban Frans, di antaranya, adalah Menteri Perkebunan (1964-1966), Menteri Pertanian (1966), Menteri Keuangan (1966-1968), Menteri Perhubungan dan Pariwisata (1968-1973). Selain itu, Dubes RI untuk Belgia dan Luksemburg/Kepala Perwakilan RI pada Masyarakat Ekonomi Eropa, Brussels (1973-1976), serta anggota Dewan Pertimbangan Agung tahun 1976-1978).
Saat dipercaya menjadi menteri keuangan, ia bekerja menstabilkan perekonomian nasional yang saat itu mengalami hiperinflasi hingga 650 persen. Ketika dipercaya menjadi Menteri Perhubungan, ia membuka keterisolasian daerah lewat angkutan laut dan angkutan udara. ”Masih banyak karya dan buah pikiran dari beliau yang masih ada sampai saat ini,” ujarnya.
Menurut Josef, dalam waktu dekat, Pemerintah Provinsi NTT akan bersurat kepada pemerintah pusat agar mempertimbangkan usulan penetapan Frans Seda menjadi pahlawan nasional. Hal ini akan menjadi usulan yang kedua kalinya setelah tahun 2012. Seminar nasional yang digelar itu merupakan rangkaian dari proses pengusulan.
Seminar itu menghadirkan sejumlah pembicara. Setelah pengantar oleh Rektor Unwira Pater Philipus Tule SVD, dilanjutkan dengan sesi pemaparan dan tanya jawab dengan narasumber yang hadir secara daring dan luring. Pemimpin Redaksi Kompas Sutta Dharmasaputra, Staf Ahli Kementerian Perhubungan Bidang Konektivitas dan Keselamatan Maria Kristi Endah, dan putri Frans Seda atas nama Francisia Saveria Sika Seda hadir secara daring.
Sementara pembicara yang hadir di lokasi seminar adalah pengajar Program Pascasarjana Universitas Kristen Artha Wacana Pendeta Ira Desiawanti Mangililo, Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia NTT Kiai Haji Jamaluddin Ahmad, dosen Universitas Nusa Cendana Alo Liliweri, dan Director Institute of Resource Governance and Social Change Dominggus Elcid Li. Diskusi dipandu oleh Wakil Redaktur Pelaksana Kompas Haryo Damardono.
Berbagai bidang
Sutta mengatakan, Frans Seda berjasa dalam pendirian Kompas pada 1965. Kompas belum tentu ada tanpa Frans Seda. Ia ikut melahirkan Kompas dan mewarnai perjalanan Indonesia bersama Kompas. Kendati demikian, dalam perjalanan Kompas, Frans tidak pernah mencoba mengooptasi Kompas untuk kepentingan kekuasaan dimana dia bertugas.
”Tokoh yang bekerja melampaui batas kewajaran, tapi beliau sangat mengerti batas-batas,” katanya. Bekerja melampau batas itu seperti bertugas lintas kementerian dan jabatan lain. Memahami batas dimaksud seperti tidak masuk ke dalam urusan media yang ia dirikan. Contoh lain, Frans Seda pernah meminta izin kepada Presiden Soekarno saat diajak bergabung dengan pemerintahan Soeharto.
Tokoh yang bekerja melampaui batas kewajaran, tapi beliau sangat mengerti batas-batas.
Menurut Sutta, Frans Seda bekerja untuk kemanusiaan dan politik negara. Banyak karya besar Frans Seda membuatnya menjadi sosok yang inspiratif bagi anak bangsa. Ia layak diusulkan menjadi pahlawan nasional.
Pater Philipus mengatakan, Frans Seda berjasa dalam berbagai bidang. Selain ekonomi dan politik, dalam bidang pendidikan, ia mendirikan Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta serta merintis Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik. Saat ini jejaring pendidikan Katolik terus berkembang dengan 19 yayasan dan 20 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Kiai Jamaluddin menambahkan, perguruan tinggi yang didirikan Frans Seda bersifat inklusif. Lewat perguruan tinggi, Frans Seda ingin memajukan sumber daya manusia, tidak hanya untuk umat Katolik semata, tetapi untuk semua masyarakat Indonesia. Frans Seda dianggap sebagai tokoh Katolik yang sangat nasionalis.
Kepedulian Frans Seda pada pendidikan, menurut Pendeta Ira, hal itu tidak lepas dari didikan keluarga yang meyakini bahwa pendidikan adalah tangga yang akan membawa mereka menuju pada sebuah pencapaian. Frans Seda yang kemudian menjadi tokoh dan pemimpin berpengaruh itu tidak lepas dari bentukan keluarga lewat jalan pendidikan.
Sementara itu, Dominggus Elcid menilai, Frans Seda tidak berpikir memajukan NTT saja, tetapi juga Indonesia. Konsep jaringan transportasi dan keterhubungan antardaerah, baik udara, darat, maupun laut, menunjukkan Frans Seda berpikir tentang Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau. Kala itu, banyak daerah di sudut Nusantara ini masih terisolasi.
Maria Kristi mengakui, konsep jaringan transportasi antardaerah yang ditinggalkan Frans Seda itu terus dikembangkan oleh Kementerian Perhubungan saat ini. Di jalur laut, misalnya, ada pelayaran perintis, sedangkan di jalur udara ada penerbangan perintis. Nama Frans Seda juga diabadikan menjadi nama bandar udara di Maumere, Kabupaten Sikka, NTT.
Sementara itu, Alo yang juga pakar komunikasi itu mengangkat sisi lain Frans Seda. Berdasarkan pengalaman, ia menilai Frans Seda punya selera humor tinggi. Ia biasanya menyisipkan pesan dalam setiap humor. Namun, ia tegas dalam memegang prinsip yang ia yakin benar.
Mewakili keluarga, Francisia Saveria berterima kasih kepada sejumlah pihak yang ikut dalam proses pengusulan tersebut. Ia berharap sosok Frans Seda tidak dikultuskan secara individu, tetapi dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda. Frans Seda yang berasal dari sebuah kampung di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, itu pernah menjadi tokoh berpengaruh di Indonesia.
Philip Gobang, salah satu inisiator dalam pengusulan Frans Seda sebagai pahlawan nasional, mengatakan, seminar nasional yang digelar di Unwira ini merupakan bagian dari proses pengusulan. Beberapa waktu mendatang akan digelar seminar lanjutan di Jakarta, kemudian akan diusulkan ke pemerintah pusat.