Masa depan ekonomi digital diperkirakan tetap cerah dan bahkan menjadi motor pendorong pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kendati banyak perusahaan teknologi tengah mengalami rasionalisasi struktur biaya, ekonomi digital dinilai tetap menjadi harapan motor pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang. Makin meluasnya penetrasi internet ditopang pola konsumsi masyarakat yang makin lekat dengan digitalisasi, menjadi pendorong laju pertumbuhan ekonomi digital.
Hal ini menjadi benang merah dalam diskusi Kompas 100 CEO Forum-CEO Live Series, Jakarta, Selasa (22/11/2022). Hadir sebagai pembicara dalam acara itu Managing Partner East Ventures Roderick Purwana, Chief Executive Officer (CEO) Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) Mia Melinda, dan Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi.
Roderick mengatakan, laju pertumbuhan ekonomi digital berkembang luar biasa. Laju ekonomi digital ini, menurut dia, belum akan melambat dan malah justru makin terakselerasi di masa mendatang.
”Saat ini baru bagian awalnya saja, ke depan kita akan memasuki era keemasaan ekonomi digital dalam 5-10 tahun ke depan,” ujar Roderick.
Ia menjelaskan, laju pertumbuhan ekonomi digital itu ditopang oleh jumlah pengguna internet yang telah mencapai lebih dari 200 juta orang. Selain itu, adanya pandemi telah secara tidak sengaja mengakselerasi penggunaan dan pertumbuhan ekonomi digital lebih cepat daripada semestinya. Setelah dua tahun lebih pascapandemi 2020, pola hidup dan pola konsumsi masyarakat makin melekat dengan digitalisasi.
Berdiri pada 2009, East Ventures telah berinvestasi ke berbagai perusahaan rintisan tak hanya di Indonesia, tetapi juga negara lainnya, antara lain Singapura dan Malaysia. Adapun sejumlah perusahaan yang disuntik dana oleh East Ventures antara lain GoTo, Traveloka, dan Fore.
Roderick mengaku sangat beruntung menyaksikan kelahiran ekonomi digital sejak awal hingga saat ini. Salah satunya adalah saat East Ventures menginvestasikan dana di Tokopedia sejak 2010.
”Kami beruntung melihat pertumbuhan ekonomi digital dari awal perintisannya hingga terus berkembang sampai saat ini. Dan kami yakin di masa depan ekonomi digital akan makin bertumbuh,” ujar Roderick.
Perkiraan ini sejalan dengan perkiraan pemerintah mengenai pertumbuhan ekonomi digital. Pada tahun 2021 nilai perdagangan digital mencapai Rp 401 triliun, sementara pada tahun 2025 potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai 146 miliar dollar AS (Rp 2.160 triliun). Adapun pada tahun 2030 diproyeksikan naik delapan kali lipat menjadi Rp 4.531 triliun.
Optimisme senada dikemukakan oleh Neneng. Ia mengatakan, pandemi telah mengubah sikap perilaku konsumen yang kian akrab dengan digitalisasi. Ketika pandemi sudah mulai mereda dan kegiatan luring mulai menggeliat, rupanya sikap dan perilaku konsumen sudah telanjur melekat dengan digitalisasi.
Selama pandemi, pihaknya telah membantu sekitar 2 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk masuk ke ekosistem digital. Selain itu pihaknya telah membantu sebanyak 5.200 pedagang pasar di tujuh kota.
”Teknologi digital membantu UMKM dan pedagang pasar ini mendapatkan omzet selama pandemi,” ujar Neneng.
Ia mengatakan, masa depan ekonomi digital ada pada kota-kota kecil. Sebab, penetrasi internet makin meluas di kota-kota kecil sehingga ekonomi digital bisa makin menjalar hingga ke pelosok.
Untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi digital, Mia menjelaskan, TMI juga berperan memberikan pembiayaan dan pelatihan pada perusahaan rintisan. Ia menjelaskan, sebagai anak usaha Telkomsel, TMI memberikan investasi yang bisa sinergis dengan rencana bisnis Telkomsel.
”Kami memberikan investasi kepada perusahaan rintisan yang bisa berperan dalam ekonomi digital yang bisa sinergis dengan bisnis dan aset-aset Telkomsel,” ujar Mia.
Mia menjelaskan, sejak 2019, pihaknya telah mengelola dana investasi sampai dengan 40 juta dollar AS, dan telah berinvestasi ke-16 perusahaan, antara lain di perusahaan seperti Halodoc, Kredivo, Evermoss, dan Privy.
Selain itu, bersama perusahaan modal ventura anak usaha BUMN lainnya, TMI menghimpun dana Merah Putih Fund. Dana ini dialokasikan untuk mendukung pengembangan perusahaan rintisan ekonomi digital.
Tantangan
Kendati memiliki potensi masa depan yang cerah, ekonomi digital dihadapkan sejumlah tantangan. Salah satunya adalah fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang tengah merebak di sejumlah perusahaan teknologi.
Fenomena PHK juga sempat dilakukan oleh Grab. Pada Desember 2022 ini Grab memutuskan untuk menutup unit usaha Grab Kitchen.
Neneng menjelaskan, berdiri pada 2018 sampai saat ini, perjalanan bisnis unit ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Selama mengoperasikan unit ini, pihaknya terus memantau dan mengupayakan pertumbuhan bisnis sampai periode tertentu agar mencapai ekspektasi. Namun, rupanya, setelah empat tahun berjalan, tidak tercapai pertumbuhan. Oleh karena itu, keputusan pun harus dibuat.
”Ini artinya produk kami tidak sesuai dengan pasar,” ujar Neneng.
Mengenai fenomena maraknya PHK di industri teknologi belakangan ini, Roderick mengatakan, bukan berarti perusahaan modal ventura kehabisan dana untuk menyuntikkan investasi ke perusahaan rintisan. Namun, perusahaan modal ventura kini lebih berhati-hati dan cermat dalam menghitung beban biaya investasi yang dilakukan. Ini lantaran terjadi kenaikan biaya modal (capital cost).
Selain fenomena rasionalisasi ongkos dan struktur bisnis, tantangan lainnya yang perlu dihadapi oleh industri teknologi adalah pembangunan infrastruktur fisik dan nonfisik. Roderick mengatakan, pembangunan infrastruktur telekomunikasi perlu terus dibangun untuk mempercepat pemerataan penetrasi internet.
Yang tak kalah penting adalah pembangunan infrastruktur nonfisik seperti peningkatan kapasitas talenta digital. Ini agar makin banyak sumber daya manusia yang bisa mengoptimalkan laju pertumbuhan ekonomi digital.