Ekonomi dunia memang tidak sedang baik-baik saja. Seperti apa persepsi pengusaha menyikapi stagflasi global dan potensi resesi? Litbang “Kompas” menyajikan catatan dan harapan pengusaha dari Kompas Collaboration Forum.
Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
·4 menit baca
Indonesia tengah dihadapkan pada risiko stagflasi global dampak perang Rusia-Ukraina, serta lonjakan harga sejumlah bahan pokok di dalam negeri. Tekanan eksternal dan internal tersebut memercikkan kekhawatiran publik, terutama pengusaha, yang perlu dikendalikan.
Menginjak bulan kelima invansi Rusia ke Ukraina, kekhawatiran masyarakat terhadap dampak perang tetap tinggi, baik di bidang ekonomi maupun politik. Kekhawatiran terekam dalam dua kali jajak pendapat Kompas pada Maret dan Juni 2022. Kekhawatiran dampak perang pada bidang ekonomi (76 persen) lebih tinggi dibandingkan politik (66,8 persen).
Ditilik berdasarkan kelas ekonomi, semakin rendah status sosial-ekonomi masyarakat semakin tinggi pula tingkat kekhawatirannya. Kekhawatiran dampak perang terhadap stabilitas ekonomi dan politik dalam negeri juga terekam dalam semua status pekerjaan, baik pengusaha, karyawan, maupun mereka yang tidak bekerja.
Perang Rusia-Ukraina berdampak cepat dalam mendisrupsi rantai pasok global, yang berimbas ke lonjakan harga pangan dan energi. Kondisi ini mendorong peningkatan inflasi global dan lambat laun mengerek inflasi domestik. Di Indonesia, inflasi pada Juni 2022 mencapai 4,35 persen, berada di level tertinggi sejak 2017 dan di atas target sasaran APBN 2022.
Dalam tiga bulan terakhir, masyarakat memang mengeluhkan harga bahan-bahan pokok yang naik hampir bersamaan mulai dari minyak goreng, bawang merah, cabai, telur ayam, dan beberapa komoditas pertanian lainnya. Selain bahan pangan, kenaikan juga terjadi pada harga jual elpiji, listrik, dan bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi.
Kenaikan harga tidak hanya membebani konsumen, tetapi juga dunia usaha. Hal ini tampak salah satunya dari inflasi harga produsen yang melambung lebih tinggi. Sepanjang Januari-Maret 2022, inflasi produsen sudah menginjak 9,06 persen, sementara inflasi konsumen baru 2,64 persen. Tertundanya kenaikan harga dari produsen ke konsumen perlu diwaspadai.
Berdasarkan jajak pendapat pada Juni 2022, kenaikan harga yang paling membebani masyarakat adalah minyak goreng dan cabai. Sedangkan, bagi kalangan pengusaha yang paling membebani adalah kenaikan harga bahan bakar (BBM, gas, dan batu bara) dan harga bahan pertanian (pupuk dan bibit).
Karut-marut kenaikan harga turut memengaruhi persepsi pubik di bidang politik. Secara nasional, survei Litbang Kompas Juni 2022 menunjukkan penurunan kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-Ma’aruf. Penurunan kepuasan kalangan pengusaha (73,7 persen menjadi 59,9 persen) lebih besar dari non-pengusaha (74 persen menjadi 68,9 persen).
Terkait keyakinan mengatasi dampak perang Rusia-Ukraina, pengusaha besar belum yakin terhadap upaya pemerintah mengendalikan harga (66,7 persen), dan menjaga ketersediaan bahan baku (50 persen). Meski demikian, semua level pengusaha yakin bahwa pemerintah mampu mengatasi gejolak ekonomi yang timbul akibat perang.
Optimisme
Dunia memang tidak sedang baik-baik saja. Di saat pandemi Covid-19 belum usai, mencuatnya perang Rusia-Ukraina kembali menggerakan awan hitam bagi pemulihan ekonomi. Awan hitam semakin pekat kala dibarengi peningkatan inflasi global, pengetatan kebijakan moneter negara-negara maju, serta penguncian di China.
Akibatnya, berbagai institusi keuangan dunia sepakat memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global termasuk Indonesia. Bank Dunia memproyeksikan perekonomian RI tumbuh 5,1 persen tahun 2022, lebih rendah 0,1 persen dari proyeksi sebelumnya. Adapun pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi 2022 dalam rentang 4,8-5,4 persen. Pada triwulan I-2022, perekonomian RI tumbuh 5,01 persen.
Di tengah tekanan eksternal dan internal yang muncul, persepsi psikologis masyarakat dan pengusaha terhadap kondisi ekonomi dan bisnis hingga akhir 2022 justru positif. Hasil jajak pendapat menunjukkan, semakin rendah status sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin optimis terhadap kondisi ekonomi dan bisnis sampai akhir tahun.
Optimisme yang tinggi di kalangan masyarakat bawah dan menengah tak lepas dari intervensi pemerintah selama ini. Dana ratusan triliun dari APBN digelontorkan untuk bantuan sosial (bansos) yang mencakup 40-60 persen penduduk terbawah. Cakupan penerima bansos diperluas, bukan hanya pada kelompok miskin, tetapi rentan miskin.
Selain masyarakat, pengusaha dari level mikro, kecil, menengah, hingga besar juga memandang optimistis kondisi ekonomi dan bisnis di Indonesia hingga akhir tahun 2022. Optimisme kalangan pengusaha mikro paling tinggi (86,7 persen), disusul pengusaha besar (83,3 persen).
Sikap optimis kalangan pengusaha sejalan dengan langkah-langkah perbaikan investasi dan kemudahan usaha dalam negeri. Hasil survei menunjukkan, mayoritas responden (48,9 persen) menilai pengurusan perizinan berusaha di kabupaten/kota mereka cukup mudah, murah, dan cepat. Namun, belum merata di semua wilayah.
Perbaikan kondisi dalam negeri memunculkan geliat masyarakat untuk berwirausaha. Bidang usaha yang paling diminati dalam enam bulan terakhir adalah kuliner, agro bisnis, fesyen, dan bisnis eceran (reseller) di e-commerce. Kemunculan usaha-usaha baru harus terus ditingkatkan untuk semakin memperkuat daya tahan perekonomian nasional.
Namun, di sisi lain, minat berusaha terkendala akses modal. Mayoritas responden (45,3 persen) masih sulit mendapat modal untuk memulai atau mengembangkan usahanya. Akses permodalan paling sulit didapatkan kelompok masyarakat bawah. Sebaliknya, kelompok masyarakat atas justru paling mudah dapat modal usaha.
Indonesia memang dalam kondisi yang tidak mudah. Tekanan dari eksternal sulit dihindarkan. Namun, bukan berarti tekanan internal tidak dapat dikendalikan. Transmisi kenaikan inflasi global ke domestik mesti dibarengi dengan upaya-upaya menjaga stabilitas ekonomi dan politik dalam negeri.
Ibarat berlayar, angin dan ombak yang pecah telah menggerakan awan hitam ke lautan. Nahkoda harus lihai mengendalikan perahu bermuatan besar ini. Sesekali perahu oleng tak apa, asalkan tidak karam. (LIBANG KOMPAS)