Di Mina, Arab Saudi, jemaah menuntaskan jamarat atau melempari tugu simbol setan. Itu amalan berat karena jemaah harus berjalan hingga beberapa kilometer. Sebagian besar anggota jemaah berhasil, beberapa jatuh sakit.
Oleh
ILHAM KHOIRI
·4 menit baca
KOMPAS/ILHAM KHOIRI
Beberapa anggota jemaah haji asal Indonesia berdoa seusai menuntaskan lemparan jumrah (jamarat) di Mina, Arab Saudi, Senin (11/7/2022) pagi. Jamarat merupakan salah satu amalan haji yang dilakukan secara beruntun dalam tiga atau empat hari. Setiap anggota jemaah melempari tugu simbol setan dengan batu kerikil.
”Alhamdulillah, akhirnya kami kelar menuntaskan jamarat pagi ini. Rasanya lega,” kata Marni (59) sambil menggandeng temannya, Rusminah (59). Keduanya anggota jemaah haji dari Pekanbaru, Riau.
Senin (11/7/2022) pagi, dua sahabat itu baru saja menyelesaikan rangkaian amalan jamarat atau melempar tiga tugu di Mina. Tugu ula, wustha, dan aqabah berupa tiang batu. Para anggota jemaah melempari simbol setan atau hal-hal negatif itu dengan kerikil.
”Kami jadi kayak muda lagi, jalan bersama lagi,” kata Rusminah, tak mau lepas dari gandengan tangan Marni. Ternyata keduanya sama-sama alumni SMA Negeri 4 Simpang 3 Pekanbaru. Mereka bersama menyiapkan keberangkatan sejak dari Tanah Air.
Tak lupa, mereka mengabadikan kenangan dengan berfoto bersama. Suami Rusmina, Saparuddin (62), yang memotret dengan telepon genggam. Namun, lelaki itu tidak bisa ngomong. Suaranya habis.
”Mungkin kecapekan sejak wukuf di Arafah yang panas, jadi suara hilang. Tapi, kuat jalan sampai sini,” kata Rusminah, menjelaskan kondisi suaminya.
Seusai foto-foto, mereka kemudian beranjak ke jalur keluar. Rombongan anggota jemaah haji asal Indonesia terus berdatangan untuk menuntaskan jamarat, foto-foto, lantas masuk jalur keluar. Pagi itu, sekitar pukul 07.00 waktu Arab Saudi, langit Mina cerah. Udara juga segar.
Ekspresi syukur juga terasa di perkemahan haji Indonesia di Mina, berjarak sekitar 3 kilometer dari tempat jamarat. Banyak anggota jemaah laki-laki yang mencukur rambutnya, sebagian sampai habis. Mereka bergantian saling menggunduli kepala dengan menggunakan mesin pemotong elektronik.
Salah satunya, Wakidi (57), jemaah asal Bekasi, Jawa Barat. Kepalanya sudah pelontos, tidak ada rambut sama sekali. Setiap helai rambut yang dipotong itu diyakini seperti membuang semua dosa. Dengan kepala bersih, rasanya seperti lahir sebagai manusia baru. ”Semoga ibadah haji kami menjadi sempurna,” katanya.
Para anggota jemaah haji asal Indonesia sedang melempar jumrah (jamarat) di Mina, Arab Saudi, Senin (11/7/2022) pagi.
Amalan yang berat
Para jemaah haji patut bersyukur setelah menuntaskan jamarat. Maklum, amalan ini termasuk salah satu yang cukup berat. Para anggota jemaah harus berjalan sejauh 3-7 kilometer dari tenda penginapan ke tugu jamarat. Seusai amalan, mereka kembali lagi ke tenda. Sekali lempar, artinya jemaah berjalan 6-14 kilometer.
Jarak itu cukup berat ditempuh dengan jalan kaki. Semua kendaraan tidak beroperasi di jalur itu untuk memberi ruang bagi hilir-mudik para anggota jemaah dari banyak negara. Jamarat dilakukan selama tiga kali berturut-turut. Hari pertama, melempar tugu aqabah. Hari kedua, melempar tiga tugu (ula, wustha, aqabah), yang kemudian diulangi lagi pada hari ketiga. Ada juga jemaah yang mengulanginya pada hari keempat.
Kondisi makin berat lantaran amalan itu dijalani setelah jemaah menyelesaikan wukuf di Arafah yang panas, dan mabit (bermalam) sambil mengambil batu di Muzdalifah. Semua itu dilakoni secara beruntun sejak Jumat (8/7/2022) sampai Senin (11/7/2022) bagi yang mengambil nafar awal, atau Selasa (12/7/2022) untuk nafar sani.
Dengan tantangan fisik yang berat begitu, wajar sebagian jemaah pun keteteran. Umumnya, mereka yang sudah berusia tua atau berpenyakit penyerta alias komorbid. Jika terlalu lelah, tidak bisa berjalan, atau jatuh sakit, jemaah dilarikan ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) di tengah perkemahan di Mina.
Jemaah yang sakit mendapatkan bantuan kesehatan dari dokter, para perawat, dan apoteker dengan obat-obatan atau vitamin yang disiapkan dari Indonesia. Setelah mendapatkan pertolongan, mereka diharapkan menjadi lebih segar sehingga bisa kembali melanjutkan amalan haji. Jika kondisi memburuk, jemaah akan dirujuk ke rumah sakit Arab Saudi.
Selama beberapa hari di Mina, klinik cukup ramai. Saat Kompas menengok ruang klinik, Minggu (10/7/2022) malam, sejumlah anggota jemaah sedang dirawat. Ada yang mendapat bantuan pernapasan dari tabung oksigen, diinfus dengan vitamin, atau diberi obat.
”Saya sempat sempoyongan waktu melontar jumrah, lemas, dan muntah-muntah. Sekarang sudah mulai enakan setelah dirawat di sini,” ujar Itas Tasriyah (59), anggota jemaah asal Bekasi, Jabar, seraya berbaring di tempat tidur.
Suaminya, Maryanto (62), menunggu dengan setia. Dia sedang memberi kabar sekaligus minta bantuan doa dari keluarga di rumah agar istrinya lekas segar kembali.
”Kalau sembuh, saya mau meneruskan haji sampai kelar,” kata Itas dengan napas agak tersengal.