Pemprov DKI Didesak Terapkan Pembelajaran Tatap Muka 50 Persen
Kurang dari sebulan PTM 100 persen diadakan, banyak sekolah ditutup akibat kasus penularan Covid-19 sehingga berisiko dan membuat pembelajaran tidak efektif.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perhimpunan Pendidikan dan Guru mendesak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan pembelajaran tetap muka terbatas dari 100 persen menjadi 50 persen. Pasalnya, kurang dari sebulan, banyak sekolah ditutup akibat kasus penularan Covid-19 sehingga berisiko dan membuat pembelajaran tidak efektif.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebutkan, sudah ada total 90 sekolah dari berbagai tingkat di wilayah DKI yang sementara menutup kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) karena temuan kasus positif Covid-19. Jumlah itu, antara lain, terdiri dari 11 taman kanak-kanak, 25 sekolah dasar, 17 sekolah menengah pertama, 30 sekolah menengah atas, dan 5 sekolah menengah kejuruan, serta 10 pusat kegiatan belajar masyarakat.
”Saat ini tinggal 22 sekolah yang ditutup sementara. Mudah-mudahan beberapa lagi berkurang,” katanya kepada wartawan di Jakarta, Rabu (26/1/2022).
Coba rasakan, bagaimana guru dan siswa berinteraksi kayak sekolah normal sebab 100 persen siswa masuk setiap hari. Sementara itu, angka kasus meningkat tajam tiap hari. Ini mengganggu pikiran dan kenyamanan belajar di sekolah.
Iman Zanatul Haeri, Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), meyakini, jumlah sekolah yang ditutup lebih dari 90 sekolah. Hal ini dimungkinkan jika banyak orangtua yang tidak melaporkan kondisi kesehatan keluarganya ke pihak sekolah dan dinas pendidikan.
”Kami meminta Dinas Kesehatan DKI gencar melakukan tes swab PCR dan active case finding kepada sekolah, siswa, dan guru untuk mendeteksi dan memitigasi kenaikan kasus,” lanjut Iman dalam keterangan tertulis yang diterima pada Kamis (27/1/2022).
Kasus Covid-19 di DKI terus meningkat. Kasus harian pada Rabu lalu mencapai 3.509 kasus, menambah kasus aktif menjadi 14.082 kasus. Jumlah ini naik tiga kali lipat dari penambahan kasus harian seminggu sebelumnya, 19 Januari, yaitu hanya 1.012 kasus, dengan 4.924 kasus aktif.
Tren kenaikan kasus positif juga tergambar dari tren sekolah yang menghentikan PTM terbatas 100 persen yang terus bertambah setiap minggu. Jika semula ada 39 sekolah, lalu bertambah 43 sekolah, dan sekarang total 90 sekolah. Data yang dihimpun P2G juga menunjukkan ada beberapa sekolah di Jakarta sudah dua kali menghentikan PTM dalam jangka waktu dua minggu.
Dalam situasi tersebut, Satriwan Salim, Koordinator Nasional P2G, menilai, skema PTM yang diterapkan saat ini mencemaskan bagi guru dan orangtua.
”Coba rasakan, bagaimana guru dan siswa berinteraksi kayak sekolah normal sebab 100 persen siswa masuk setiap hari. Sementara itu, angka kasus meningkat tajam tiap hari. Ini mengganggu pikiran dan kenyamanan belajar di sekolah,” ujarnya.
Di sisi lain, P2G masih menemukan banyak pelanggaran PTM. Contoh, aturan membatasi jarak 1 meter di dalam kelas sulit dilakukan karena ruang kelas relatif kecil ketimbang jumlah siswa. Lalu, ruang sirkulasi udara tidak ada atau ventilasi udara tidak dibuka karena kelas menggunakan pendingin udara. Ada juga pelanggaran berupa siswa berkerumun sepulang sekolah dan kantin sekolah buka secara diam-diam.
Berdasarkan temuan itu, P2G mendesak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, termasuk kepala daerah sekitar daerah aglomerasi, menghentikan skema PTM terbatas 100 persen demi keselamatan dan kesehatan semua warga sekolah.
”Kami memohon agar Pak Anies mengembalikan ke skema PTM terbatas 50 persen. Dengan metode belajar blended learning, sebagian siswa belajar dari rumah dan sebagian dari sekolah. Metode ini cukup efektif mencegah learning loss sekaligus life loss,” lanjut Satriwan.
Sebelumnya, Ahmad Riza mengatakan, keputusan untuk tetap mengadakan PTM 100 persen tetap mengacu pada surat keputusan bersama 4 menteri. Keputusan itu mengizinkan wilayah yang masuk kategori pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 2 untuk mengadakan PTM 100 persen.
Jakarta yang masih akan menerapkan PPKM level 2 hingga 31 Januari juga masih dalam kategori aman karena telah memenuhi syarat capaian vaksinasi bagi tenaga pendidik, murid, dan warga lansia. ”Kalau levelnya naik jadi level 3, baru dibagi dua atau 50 persen,” katanya.
BOR rumah sakit
Di tengah lonjakan kasus positif Covid-19 yang menurut Ahmad Riza dipicu mobilitas masyarakat pascalibur Tahun Baru, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit Covid-19 juga dinilai masih aman.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Lies Dwi Oktavia menyebut BOR isolasi saat ini mencapai 45 persen dan ICU 14 persen.
”Saat ini di angka keterisian 45 persen, relatif masih cukup bisa dikendalikan di dalam lingkungan faskes untuk kasus yang perlu perawatan. Untuk ICU masih oke, keterisian ICU di 14 persen,” ujarnya saat dihubungi wartawan, Kamis (27/1/2022).
Dwi melanjutkan, BOR masih dalam kategori aman jika berada di bawah angka 60-70 persen. Jika melebihi batas itu, perlu langkah khusus menambah tempat tidur isolasi. ”Namun, tetap kita lihat, kalau memang jumlah tempat tidur Covid-19 perlu ditambah, kita tambah, tentu dengan melakukan penyesuaian rumah sakitnya,” katanya.