Bedah Minimal Invasif untuk Varises dan Kelainan Tiroid
Pengobatan varises dan pembengkakan kelenjar tiroid bisa dilakukan dengan tindakan bedah minimal invasif. Metode ini dinilai efisien dan minim bekas luka.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan teknologi di dunia medis memungkinkan pasien memilih tindakan bedah minimal invasif, yakni yang minim bekas luka dan efisien. Tindakan ini dapat menghilangkan varises dan mengobati pembesaran kelenjar tiroid.
Varises ialah penyakit yang timbul akibat pelebaran pembuluh darah balik atau vena. Efek varises umumnya ringan. Dampak varises umumnya berupa masalah visual akibat urat yang tampak jelas dan menonjol di kaki.
Kendati demikian, varises dapat pula berdampak serius bagi kesehatan, seperti menimbulkan pembengkakan pada kaki. Kaki penderita varises juga akan terasa berat, pegal, kebas, dan kesemutan. Ada pula yang mengalami keram pada kaki saat malam hari, setelah berjalan, atau setelah melakukan aktivitas berlebih.
Dampak hipertiroid, antara lain, berat badan turun cepat, tulang dan otot melemah, komplikasi jantung, pembengkakan jantung, kerusakan mata, serta kematian.
”Gejala awal varises yang biasanya muncul adalah pegal di malam hari, kaki berat, dan bengkak. Pada fase lanjutan, varises akan terasa gatal, sakit, dan dapat menimbulkan luka. Pengobatan mesti intensif dan agresif jika terjadi luka,” kata dokter spesialis bedah toraks, kardiak, dan vaskular Bethsaida Hospital, Wirya A Graha, di Jakarta, Kamis (27/1/2022).
Pengobatan varises dulu dilakukan dengan metode suntik. Namun, ini dinilai kurang efektif karena varises masih dapat muncul lagi. Kaki pun bisa menjadi kehitaman pascasuntik. Ada pula prosedur bedah untuk menghilangkan varises.
Dengan perkembangan teknologi, menghilangkan varises kini dapat melalui terapi edovenous laser ablation (EVLA). EVLA dilakukan dengan menusuk pembuluh vena dengan jarum tipis dan panjang. Jarum itu akan menghantarkan energi panas dari laser yang dapat mengecilkan pembuluh vena.
Prosedur ini menimbulkan luka berukuran 1-2 milimeter yang dapat hilang dalam waktu 1-2 minggu. Luka ini tergolong minimal jika dibandingkan metode bedah yang menimbulkan luka sayatan 3-4 sentimeter. Adapun varises akan hilang dalam waktu 3-4 minggu setelah terapi EVLA.
Sebelumnya, orang meminum ramuan tradisional cabe puyang untuk menghilangkan varises. Ini adalah salah satu jamu yang diminum keluarga keraton Solo. Karena sifatnya yang panas, cabe puyang tidak disarankan untuk diminum setiap hari. Pengetahuan soal jamu tersebut umumnya diwariskan secara turun-temurun (Kompas, 4/2/1996).
Adapun varises terjadi, antara lain, karena obesitas, kehamilan, genetika, penggunaan sepatu hak tinggi, hingga menekuk kaki setelah berolahraga. Varises bisa dicegah dengan mengurangi faktor-faktor risiko tersebut.
Bedah minimal invasif juga bisa diterapkan untuk penderita pembesaran kelenjar tiroid jinak. Percutaneous ethanol injection ablation (PEIA) untuk menghilangkan kista tiroid berisi cairan, sementara radio frequency ablation (RFA) dan percutaneous laser ablation (PLA) untuk pembesaran tiroid bersifat padat.
Adapun RFA pertama kali dilakukan di Korea pada 2006, kemudian berlaku di dunia sejak 2012. Pembesaran tiroid dapat berkurang 47,7 persen hingga 96,9 persen dengan metode RFA.
Pasien akan dibius lokal saat menjalani prosedur RFA. Elektroda akan dimasukkan ke leher hingga mencapai tumor di kelenjar tiroid. Setelahnya, energi panas akan dihantarkan untuk merusak struktur tumor. Prosedur yang berlangsung sekitar satu jam ini menimbulkan bekas luka sayatan yang minimal.
Pasien akan diobservasi selama 10-12 jam setelah prosedur berlangsung. Efek samping yang mungkin timbul, antara lain, rasa panas, nyeri, atau bengkak pada leher. Kondisi ini akan hilang seiring berjalannya waktu.
Pembengkakan kelenjar tiroid atau hipertiroid mesti ditangani. Dokter konsultan endokrin, metabolik, dan diabetes Bethsaida Hospital, Rochsismandoko, mengatakan, dampak hipertiroid, antara lain, berat badan turun cepat, tulang dan otot melemah, komplikasi jantung, pembengkakan jantung, kerusakan mata, hingga kematian.
”Gejala dan tanda hipertiroid, antara lain, mudah lelah, sesak napas, lemas, berat badan turun, kaki bengkak, diare, menstruasi tidak teratur, emosi labil, kelainan mata, cemas, keringat berlebih, dan tidak tahan hawa panas,” ucap Rochsismandoko.
Sebelumnya, ahli endokrin dari Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia RSUP Cipto Mangunkusumo, Farid Kurniawan, menyatakan, gangguan tiroid berupa gangguan fungsi, benjolan, atau karena kekurangan yodium. Benjolan pada tiroid bisa jadi jinak, tetapi bisa pula ganas atau kanker tiroid (Kompas.id, 25/7/2017)