Tiktok Lampaui Google, Dinamika Tren Konten Digital 2022
Domain apa yang paling sering dikunjungi warganet dunia saat ini? Sejak Desember 2021, Tiktok menjadi yang pertama mengungguli Google dan Facebook.
Oleh
Yohanes Advent Krisdamarjati
·6 menit baca
Tren media sosial dan digital terus menunjukkan dinamika. Sejak Desember 2021, Tiktok menduduki peringkat pertama sebagai domain yang paling sering dikunjungi. Popularitas Tiktok yang telah mengungguli Google menunjukkan pergeseran perilaku dan selera warganet dalam bermedia.
Popularitas Tiktok tergambar dari data aktivitas berinternet warganet dunia yang dipantau Cloudflare Radar. Data bulanan pada periode 15 Desember 2021 hingga 13 Januari 2022 menunjukkan, dari daftar domain yang paling sering dikunjungi, Tiktok.com menduduki peringkat pertama. Peringkat tersebut menjadi penanda pilihan media sosial yang paling banyak digunakan oleh warganet dunia.
Pencapaian pada periode tersebut mengungguli popularitas Google.com dan Facebook.com. Sebelumnya, pada periode yang sama tahun 2020, Tiktok masih berada di peringkat ketujuh sebagai domain terpopuler. Ini artinya, dalam waktu setahun popularitas Tiktok naik enam peringkat.
Pergerakan peringkat Tiktok juga terjadi di Indonesia. Hingga 13 Januari 2022, Tiktok juga berada di peringkat pertama, disusul oleh Facebook dan Google. Selain Tiktok, Facebook, dan Google, domain lain yang banyak diakses penduduk Indonesia adalah Instagram dan Youtube.
Popularitas Tiktok merupakan fenomena yang menarik untuk diamati. Setidaknya dari periode waktu yang cepat menyebar ke seluruh dunia. Melihat linimasa kemunculannya, Tiktok pertama kali diperkenalkan kepada dunia pada 2017. Hingga 15 Desember 2021, pengguna aktif platform yang dikembangkan ByteDance, perusahaan teknologi asal China tersebut, mampu menggaet satu miliar pengguna aktif.
Tiktok sebagai pendatang baru dapat dikatakan sukses menggaet pengguna dibandingkan dengan pendahulunya, yaitu Instagram. Tiktok dan Instagram sama-sama mengedepankan fitur visual dalam platformnya. Instagram diperkenalkan pada 2010 dan tahun 2018 telah melampaui angka satu miliar pengguna aktif di seluruh dunia. Instagram membutuhkan waktu delapan tahun untuk mencapai satu miliar pengguna di dunia.
Dibandingkan dengan Instagram, Tiktok melaju lebih cepat. Capaian satu miliar penggunanya bisa diraih hanya dalam waktu empat tahun. Angka ini belum ditambah dengan jumlah pengguna platform Tiktok versi lokal di China yang bernama Douyin dengan 600 juta pengguna.
Keberhasilan Tiktok dapat dimaknai dari dua sisi. Pertama, dari ranah strategi bisnis media yang mewadahi ekspresi generasi Z di dunia maya. Kedua, dari aspek pengaruh yang ditimbulkan sehingga membentuk tren baru terhadap selera dan cara warga dunia mengonsumsi informasi dari internet.
Generasi Z
Munculnya Tiktok bersamaan dengan tumbuhnya generasi Z. Generasi ini merupakan penduduk yang lahir setelah 1996 dan saat ini yang paling tua berusia 25 tahun. Mereka dapat dikatakan sebagai digital native yang lahir dan tumbuh di era yang sudah sepenuhnya digital. Karakter kaum digital ini berbeda dengan generasi Y atau milenial yang masih mengalami masa transisi dari media analog, elektronik, dan kemudian digital.
Tengok saja hasil penelitian Pew Research Center yang berjudul ”Teens, Social Media and Technology 2018”memotret perilaku bermedia digital generasi Z di Amerika Serikat. Hasilnya, platform yang paling banyak dikunjungi generasi digital ini berdasarkan peringkat tertinggi ialah Youtube, Instagram, Snapchat, Facebook, Twitter, dan beberapa platform lain.
Jika dicermati, tiga media sosial teratas mengedepankan aspek visual pada kontennya. Ini artinya, generasi Z lebih menyukai konten berupa gambar atau video dibandingkan konten berbasis teks.
Karakter digital native ini terbawa pada perilaku generasi Z dalam mengakses media yang tentu saja dominan menggunakan media digital seperti Youtube dan Instagram. Perilaku generasi Z membuat para produsen platform berlomba-lomba memberikan wadah ekspresi.
Salah satunya adalah platform Snapchat yang menyajikan konten berupa video pendek yang akan hilang dalam waktu 24 jam. Konsep ini begitu unik pada masanya dan direspons positif oleh pengguna. Hingga akhirnya fitur ini diakuisisi oleh Instagram dalam bentuk Instagram Story. Twitter juga sempat mengadopsi fitur ini, tetapi sudah dihentikan.
Booming Snapchat memunculkan tren baru dalam mengonsumsi konten digital. Dengan membatasi waktu tayang konten hanya 25 jam, hal itu memunculkan nilai urgensi untuk terus membuka aplikasi supaya selalu up to date. Selain itu, tata letak gulir (scroll) juga memicu pengguna untuk terus menggulir konten sehingga membuat audiens semakin terikat.
Pasar generasi Z juga menarik perhatian perusahaan teknologi ByteDance dengan meluncurkan Tiktok. Dengan memberikan teknologi dan kenyamanan pada aspek visual untuk kontennya, Tiktok segera mendapat sambutan hangat dari warganet dunia.
Mengamati fenomena popularitas Tiktok saat ini, dapat ditarik benang merah tentang dinamika konten digital yang digandrungi oleh generasi Z. Ragam konten yang disukai berupa video berdurasi pendek dan kemudahan dalam mengakses, hanya tinggal menggulir pada layar ponsel pintar. Corak perilaku bermedia generasi Z inilah yang secara optimal diwadahi oleh Tiktok sehingga mampu menggaet satu miliar pengguna aktif dalam waktu empat tahun.
Tom Taulli, kontributor Forbes, dalam artikelnya ”TikTok: Why The Enormous Success?” menganalisis beberapa kunci keberhasilan Tiktok. Pertama, dari aspek pasar. Tiktok tepat sasaran dalam menjaring pasar di ceruk generasi Z yang sedang tumbuh.
Kedua, aplikasi Tiktok memudahkan pengguna untuk mengombinasikan dan memanipulasi atau mengedit gambar, video, dan musik. Terdapat banyak pilihan variasi fitur editing dan filter yang dengan mudah dapat dimanfaatkan oleh pengguna.
Ketiga, Tiktok menjadi salah satu kendaraan untuk dapat terkenal secara instan. Fenomena ini kemudian memunculkan istilah ”artis Tiktok” serupa dengan pesohor yang mengorbit berkat Instagram dengan julukan ”selebgram”.
Tren 2022
Popularitas Tiktok yang bahkan telah mengungguli Google dan Facebook menunjukkan dinamika pengguna internet dunia dalam bermedia digital dan bermedia sosial. Mulai banyaknya generasi Z sebagai pengguna internet dan media sosial turut membentuk perwajahan konten digital.
Bersama generasi Z, saat ini media sosial kian menjadi ujung tombak untuk menyampaikan pesan kepada audiens. Laporan Social Trends 2022 dari Hootsuite menyebutkan, pengguna internet generasi Z yang berusia 16-24 tahun lebih memilih mencari informasi tentang produk melalui media sosial (53 persen) dibandingkan melalui mesin pencarian.
Kondisi ini juga ditemui pada perilaku mengakses jenis konten berita dan informasi. Reuters Institute dalam publikasi Digital News Report 2021 menunjukkan pertumbuhan jumlah pencari berita dari platform media sosial.
Generasi Z mengatakan 66 persen mendapatkan sumber informasi dan berita dari media sosial. Apabila dibandingkan dengan generasi sebelumnya, angka ini akan terus turun. Generasi Y yang mengakses berita dari media sosial ada 61 persen, kemudian generasi X sebanyak 54 persen dan Baby Boomers 48 persen.
Pada masa mendatang ketika generasi Z dan yang lebih muda populasinya semakin dominan, hal itu akan mendorong perubahan terhadap format kemasan konten. Pada titik ini, pergeseran lanskap demografi dapat mengubah perwajahan media digital di masa mendatang.
Apabila Tiktok terus mendominasi asupan konten warganet di dunia, akan terjadi perubahan preferensi bentuk konten digital. Orang akan terbiasa dengan konten ala Tiktok yang dikemas dengan singkat, menghibur, dan kadang juga informatif.
Dominasi konten ala Tiktok saat ini sudah ditandai dengan beredarnya konten Tiktok di berbagai platform media sosial lain, seperti Facebook dan Twitter. Ekspansi konten Tiktok yang diunggah di platform media sosial lain merupakan aktivitas organik warganet.
Popularitas Tiktok menjadi bagian dari dinamika perkembangan teknologi dan platform digital. Sebagai bagian dari dinamika tersebut, kita harus terus beradaptasi dengan mencermati perkembangan ini guna terus mempertahankan eksistensi diri atau sebuah merek di belantara dunia digital. Ayuk main Tiktok! (LITBANG KOMPAS)