Perusahaan rintisan bidang teknologi solusi buka toko daring Lummo (sebelumnya bernama BukuKas) mengumumkan telah menerima suntikan pendanaan seri C sebesar 80 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,15 triliun.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS—Perusahaan rintisan bidang teknologi solusi buka toko daring Lummo atau sebelumnya bernama BukuKas mengumumkan telah menerima suntikan pendanaan seri C sebesar 80 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,15 triliun. Putaran pendanaan ke BukuKas ini dipimpin oleh perusahaan modal ventura Tiger Global dan Sequoia Capital India.
Investor teknologi dan perdagangan secara elektronik atau e-dagang lain yang juga turut berpartisipasi ialah CapitalG (perusahaan pendanaan dari Alphabet, induk Google), CEO NuvemShop Santiago Sosa, dan mantan CEO Lazada Max Bittner.
Produk unggulan Lummo, yakni Tokko, juga berganti nama menjadi LummoShop. LummoShop merupakan solusi teknologi yang berupa perangkat lunak yang membantu segala jenis operasional toko daring.
Partner di perusahaan modal ventura Tiger Global, John Curtius, Rabu (19/1/2022), di Jakarta, mengatakan, pihaknya sangat antusias menjadi bagian dari misi Lummo yang ingin mempercepat bisnis daring pelaku UMKM di Indonesia dan Asia Tenggara. Dua tahun terakhir, dia mengamati bisnis Lummo tumbuh pesat.
Lummo hadir di Indonesia pada Desember 2019 dengan nama BukuKas. Layanan utamanya ialah aplikasi pembukuan bagi UMKM. Pada November 2020, BukuKas meluncurkan layanan pembuatan toko daring bernama Tokko yang kini sudah berganti nama menjadi LummoShop. Nilai penjualan atau GMV LummoShop tumbuh 11 kali lipat dari Desember 2020 ke Desember 2021.
Perusahaan rintisan bidang teknologi yang bermain di bisnis solusi teknologi pembuatan toko daring tidak hanya Lummo. Di Indonesia, misalnya, terdapat Gojek dengan GoToko (platform digitalisasi warung) dan GoBiz (platfrom pengelola bisnis pesan daring-antar makanan), Grab dengan GrabKios (dulunya Kudo sebelum diakuisisi Grab), Warung Pintar, TokoTalk, Bukalapak dengan Mitra Bukalapak, dan GudangAda.
Perusahaan rintisan bidang teknologi tersebut, dalam artikelTech in Asiaberjudul”Upaya Startup Lokal Mirip Shopify Rayu Penjual Bikin Toko Daring Sendiri”, mereplikasi langkah Shopify. Shopify merupakan perusahaan asal Kanada yang fokus menyediakan solusi teknologi perdagangan lengkap untuk memulai, mengembangkan, dan mengelola bisnis daring. Pemilik toko mitra Shopify juga disediakan perangkat lunak kasir daring beserta perangkat keras untuk mengoperasikannya. Produk ini dinamakan POS Shopify.
CEO Lummo Krishnan Menon dalam wawancara khusus, Selasa (18/1/2022), di Jakarta, mengatakan, di Amerika Serikat pun banyak perusahaan teknologi mereplikasi upaya Shopify. Di antara perusahaan itu, termasuk Lummo, tidak berpikir menjadi”pemenang” di industri penyedia solusi teknologi pembuatan toko daring.
”Selama pandemi Covid-19, UMKM merupakan sektor paling terdampak. Agar mereka bisa bertahan, mereka mesti terjun ke bisnis daring. Kehadiran perusahaan rintisan bidang teknologi penyedia solusi toko daring akan amat membantu mereka,” ujarnya.
Menurut Krishnan, pada 2013, ketika e-dagang mulai beranjak populer, konsumen yang ingin berbelanja daring akan berkunjung ke lokapasar atau media sosial. Di lokapasar, khususnya, semua merek barang dan jasa hadir. Mereka berlomba-lomba untuk menggaet konsumen.
Akan tetapi, seiring waktu berjalan, tren berbelanja konsumen mengarah ke multisaluran (omnichannel). Mereka bisa berbelanja daring dan luring. Kalaupun berbelanja daring, mereka tidak hanya memakai lokapasar, tetapi juga media sosial, laman toko, dan aplikasi pesan instan.
”Dari sisi pemilik merek, mereka menginginkan punya sistem operasional yangseamless, cepat, efisien, dan selalu bisa terhubung dengan konsumen,” kata Krishnan tentang tren industri penyedia solusi teknologi toko daring.
Dia menjelaskan, kebanyakan perusahaan penyedia solusi teknologi toko daring di Indonesia menyasar ke UMKM, apa pun latar belakang sektor industrinya. Namun, pada masa depan, tidak tertutup kemungkinan mereka akan berkecimpung ke segmen yang lebih spesifik.”Bisnis bahan makanan (groceries), produk kecantikan, dan jasa kesehatan akan semakin mengarah ke daring. Kami rasa, di situlah peluang perusahaan penyedia solusi teknologi toko daring,” kata Krishnan.
Di Indonesia dan ASEAN, masih banyak UMKM belum terliterasi digital dengan baik. Sementara konsumen sekarang suka berbelanja multisaluran.
Mengenai suntikan pendanaan yang baru saja diterima, Krishnan menyampaikan, dana itu akan dipakai untuk memperluas inovasi, merekrut tenaga kerja baru, dan memberikan pelatihan kepada UMKM akar rumput.Sejauh ini, dengan menggunakan LummoShop, UMKM dapat memanfaatkan solusi teknologi, seperti mengakses riwayat pembelian, pengelolaan basis pelanggan, serta analitik lainnya yang penting untuk membangun dan mengembangkan basis pelanggan yang kuat, tanpa ada halangan dari pihak ketiga.
”Di Indonesia dan ASEAN, masih banyak UMKM belum terliterasi digital dengan baik. Sementara konsumen sekarang suka berbelanja multisaluran. Makanya, harus ada teknologi yang bisa mengintegrasikan itu semua dan UMKM tetap bisa menjalin kedekatan dengan konsumen,” ujarnya.
Nailul Huda, peneliti pada Institute for Development of Economics and Finance (Indef), saat dihubungi terpisah, berpendapat, kebutuhan UMKM yang terjun ke penjualan daring semakin meningkat dan kompleks. Mereka butuh solusi untuk mempercepat proses transaksi, pengajuan pinjaman, akuntansi, pendistribusian barang, dan periklanan.
Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (Amvesindo)JeffriR Sirait mengatakan hal senada. Keberadaan perusahaan teknologi penyedia solusi toko daring akan membuat ekosistem e-dagang semakin berkembang. Tantangan mereka adalah kemampuan memenuhi keinginan pemilik merek terkait dengan solusi yang mudah digunakan, aman, dan selalu bisa menghasilkan laporan analisis atas semua jenis kegiatan operasional.