Ada 39 Sekolah di DKI Ditutup, Epidemiolog Sarankan Kembali ke Pembelajaran Daring
Pemprov DKI Jakarta menyata ada 39 sekolah ditutup sementara sejak 8 Januarai sampai hari ini karena ditemukan kasus positif. Epidemiolog menilai saatnya kembali ke pembelajaran daring setidaknya sampai Maret 2022.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·7 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Per Senin (17/1/2022), Pemprov DKI Jakarta merillis ada 39 sekolah yang dihentikan sementara dahulu kegiatan pembelajaran tatap muka atau PTM penuh karena ditemukan kasus positif Covid-19. Ahli epidemiologi menyarankan sebaiknya dinas pendidikan lebih memperhatikan keselamatan anak-anak dan mengubah PTM menjadi pembelajaran jarak jauh daring setidaknya hingga Maret untuk keperluan mitigasi melonjaknya kasus positif.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Selasa (18/1/2022), menjelaskan, jumlah sekolah yang ditutup sementara ada peningkatan. Setidaknya ada 39 sekolah yang ditutup sementara dengan 62 peserta didik, 2 pendidik, dan 3 tenaga kependidikan terpapar virus Covid-19.
Ke-39 sekolah itu tersebar di lima wilayah kota di DKI Jakarta. Adapun temuan kasus di sekolah tercatat sudah sejak 8 Januari lalu sehingga dari 39 sekolah yang dihentikan sementara kegiatan PTM-nya sudah ada yang kembali memulai.
Menurut Ahmad Riza, dari data sementara, para peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan itu terpapar virus Covid-19 bukan di sekolah. Bisa jadi mereka terpapar di rumah atau perjalanan.
Secara umum, kasus di setiap sekolah sedikit, rata-rata satu atau dua kasus. ”Memang ada satu sekolah, yaitu SMKN 35 Jakarta yang ada 9 kasus. Namun, dinas masih mengecek hasil tracing atau penelusurannya. Namun, kebanyakan satu atau dua kasus di setiap sekolah. Itu artinya mereka terpapar tidak di sekolah, tetapi terpapar dari luar sekolah,” katanya.
Kasubag Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taga Radjagah menjelaskan, pembukaan kembali sejumlah sekolah yang sempat ditutup karena siswanya terpapar virus Covid-19 sudah sesuai petunjuk teknis. ”Dari 39 sekolah itu, 20-an sekolah di antaranya sudah buka kembali,” ujarnya.
Artinya, sesuai dengan petunjuk pelaksanaan PTM, penutupan dilakukan selama lima hari. Karena tidak ada penyebaran, penularan, dan pihak dinas kesehatan juga menilai sekolah bisa dibuka kembali, akhirnya ada kesepakatan dibuka kembali.
Meski di sejumlah sekolah sudah ditemukan kasus positif, dari rapat evaluasi Dinas Pendidikan DKI tidak ada keputusan untuk meninjau kembali PTM. Justru setiap sekolah berkomitmen untuk tetap menjaga protokol kesehatan dan juga dilakukan active case finding (ACF) sebagai salah satu cara untuk memastikan dan menemukan kasus di sekolah.
Meski, diakui Taga, ada sejumlah sekolah yang terindikasi tidak mau melakukan ACF. Padahal, satu sekolah dengan 11 kasus seperti SMKN 35, kasus yang ditemukan adalah dari kegiatan ACF.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menjelaskan, ACF menjadi cara untuk memantau kasus untuk pembukaan PTM. Dari temuan kasus di 39 sekolah, data menunjukkan kasus positif tidak bermula di sekolah, tetapi bermula di komunitas.
”Dengan adanya kasus positif di sekolah, bisa jadi masukan untuk dinas kesehatan agar lebih komprehensif (memitigasi lonjakan kasus),” kata Widyastuti.
Untuk sekolah yang terindikasi enggan dilakukan ACF, dinas kesehatan berupaya persuasif berkoordinasi dengan dinas pendidikan. ”Sebaiknya sekolah yang tidak mau di-ACF harus terus-menerus dilakukan pendekatan karena ACF untuk memantau tingkat keberhasilan sistem yang kita terapkan. Yaitu terkait prokes yang harus terus dijaga dan terkait penilaian efektivitas sistem yang sudah ditetapkan untuk membuktikan aman atau tidaknya suatu sekolah,” kata Widyastuti.
Bahkan, ada masukan supaya ACF menjadi persyaratan apabila satu sekolah hendak menggelar PTM. Dinkes DKI, disebutkan Widyastuti, terus berkoordinasi dengan dinas pendidikan untuk mencari solusi terbaik dari sisi siswa, dari sisi keamanan kesehatan, dan dari sisi regulasi.
"Saat ini saya kira perlu. Karena tren kasusnya sudah terlihat semakin meningkat. Dan satu dari kasus infeksi makin meningkat di tengah minimnya testing kita. Di tengah kapasitas 3T kita yang minim," kata Dicky.
Tren peningkatan kasus ini, lanjut Dicky, juga artinya meningkat juga untuk resiko kesehatan masyarakat. Termasuk yang akan berdampak pada sekolah. Ia menyarankan sebaiknya sekolah digelar secara daring saat kasus meningkat.
"Sehingga menurut saya untuk keamanan setidaknya sampai awal atau pertengahan Maret lah kita lihat ini perlu online dulu," ujarnya.
Meski singkat, namun untuk keamanan kebijakan itu jauh lebih pas diambil dari saat sebelum terjadi ledakan kasus untuk mitigasi. Dicky merujuk pada negara-negara di belahan dunia lain yang juga terdampak ledakan Omicron dengan kapasitas deteksi kasus yang bagus. Dampak pada anak terutama yang belum mendapat vaksinasi Covid-19 sangat serius, yaitu baik dari tingkat kematian, keterpakaian ruang ICU, serta hunian rumah sakit meningkat.
Proporsi penyebaran Omicron dibandingkan varian lain secara global. Sumber: Laporan WHO 9 Desember 2021
"Dan ini bicara bukan hanya jangka pendek tetapi juga jangka panjang sehingga saya kira ini keputusan yang betul-betul diambil dan dilihat juga untuk banyak daerah dan tentu ini bukan yang sifatnya permanen," katanya.
Untuk penutupan PTM, sebaiknya didasarkan pada hasil asesmen resiko di masing-masing daerah. "Sekali lagi ini tidak bisa digeneralisir di setiap daerah. Bagaimana hasil asesmen itu yang akhirnya memutuskan, ini lebih baik ditutup dulu nanti dibuka lagi sebulan kemudian atau masih ditunda seminggu lagi," ujar Dicky.
Adapun ukuran satu sekolah itu ditutup dulu, jelas Dicky, adalah kalau misalnya setidaknya minimal ada dua kasus infeksi di dua kelas berbeda. Itu sudah harus ditutup dulu untuk penguatan 3T dan memperkuat response. Namun apabila hanya ditemukan satu di satu kelas, kelas itu saja yang ditutup.
"Tapi kalau di kabupaten atau kota itu sepertiga dari jumlah sekolah rata-rata dua kelas itu ada saja satu kasus, satu kota itu berhenti dulu dievaluasi. Di-review untuk melakukan perbaikan dan analisa, ini situasinya sejauh apa. Dan itu yang disebut asesmen resiko," ujarnya.
Di sisi lain, Dicky menyatakan, saat sekolah ada pembatasan dengan digelar secara daring, tentu juga tidak bisa bila aktivitas di luar sekolah seperti pariwisata itu lebih longgar. "Itu salah kaprah. Kita harus terus mengacu pada prinsip bahwa sekolah ini kalau ditutup, kalau yang lain tidak ditutup maka harus benar-benar dibatasi. Karena kalau tidak dibatasi sektor lainnya, percuma menutup sekolah," katanya.
Berikut daftar 39 sekolah yang ditutup terhitung sejak 8 Januari 2022 hingga hari ini beserta jumlah kasusnya, sesuai data dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta:
Jakarta Pusat
1. SDN Serdang 07: 2 peserta didik
2. SDN Johar Baru 03: 1 peserta didik
3. SDN Susukan 08 Pagi: 3 peserta didik
Jakarta Utara:
4. SDN Papanggo 01: 2 peserta didik
5. SD Swasta Kinderfield: 1 peserta didik
Jakarta Barat:
6. SMP Islam Tambora: 4 peserta didik
7. SDN Cengkareng Barat 05: 2 peserta didik
8. SDN Mangga Besar 15 pagi: 2 peserta didik
9. SMK Negeri 35 Jakarta: 9 peserta didik dan 2 tenaga kependidikan
10. SDN Tanjung Duren Selatan 01 pagi: 1 peserta didik dan 1 pendidik
11. Holy Angels School Meruya Utara: 1 peserta didik
Jakarta Selatan:
12. SMAN 63 Jakarta: 1 peserta didik
13. SMAN 109 Jakarta: 1 peserta didik
14. SMAN 49 Jakarta: 1 peserta didik
15. SMP Labschool Kebayoran: 1 peserta didik
16. SMP Islam Andalus: 1 peserta didik
17. SMA Labschool Kebayoran: 1 peserta didik
18. SMK Asisi: 1 peserta didik
19. SMP Azhari Islamic School Rasuna: 1 peserta didik
20. SMAN 6 Jakarta: 1 peserta didik
21. SDN Cipete Utara 09 pagi: 1 peserta didik dan 1 pendidik
22. SMA Muhammadiyah 3 Jakarta: 1 peserta didik
23. TK Islam Birrul Amin: 1 peserta didik
24. PKBM 10 Guntur: 1 peserta didik
Jakarta Timur:
25. SMAN 71: 1 peserta didik
26. SMK Malaka: 1 peserta didik
27. SMPN 252: 2 peserta didik
28. SMPN 62: 1 peserta didik
29. SDN Jati 01: 1 peserta didik
30. SMA Pelita Tiga No. 3: 1 peserta didik
31. SDN Susukan 09: 1 peserta didik
32. SDN Ceger 02: 3 peserta didik
33. SDN Kelapa Dua Wetan 01: 2 peserta didik
34. SMK Swasta Insan Teknologi: 1 peserta didik
35. SMAN 113 Jakarta: 2 peserta didik
36. SDN Susukan 04 Pagi: 3 peserta didik
37. SD Swasta Batu Karang: 1 peserta didik
38. SPK SMP Swasta Highfield: 1 peserta didik
39. SDN 05 Cijantung (probable Omicron): 1 tenaga kependidikan