Tomy Trinugroho, “Komandan” Baru Yayasan Dana Kemanusiaan ”Kompas”
Tomy Trinugroho terpilih sebagai direktur Dana Kemanusiaan ”Kompas” periode 2020-2023 menggantikan Rusdi Amral. Tomy menegaskan akan memperluas kolaborasi antara DKK dan pihak lain.
Oleh
Budi Suwarna
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Susunan kepengurusan baru Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas periode 2020-2023 secara resmi diumumkan, Rabu (9/12/2020). Di jajaran Dewas Pengurus DKK, posisi direktur DKK dipercayakan kepada Tomy Trinugroho yang juga menjabat wakil redaktur pelaksana harian Kompas.
Tomy menggantikan direktur sebelumnya, Rusdi Amral, yang pada kepengurusan baru dipercaya sebagai ketua dewan pengawas. Sementara ketua dewan pembina dijabat Rikard Bagun. Dewan pengurus terdiri dari 17 orang sukarelawan dari sejumlah unit usaha di Kompas Gramedia. Tomy dibantu antara lain oleh Manager Eksekutif Y Anung Wendyartaka.
Hadir dalam pertemuan virtual tersebut jajaran dewan pembina, yakni Rikard Bagun (ketua), Lilik Oetama dan Budiman Tanuredjo (anggota); serta jajaran dewan pengawas antara lain Rusdi Amral (ketua) serta Ninuk Mardiana Pambudy dan Sutta Dharmasaputra (anggota).
Di bawah kepemimpinannya, Tomy bertekad meningkatkan kolaborasi dengan pihak-pihak lain agar DKK bisa bekerja lebih efisien dan cepat tanggap tanpa melupakan akuntabilitas dan transparansi. Sejak ditetapkan sebagai direktur DKK Oktober 2020, Tomy dan pengurus lainnya telah bekerja menyalurkan dana pembaca Kompas kepada pengungsi Merapi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, pengungsi banjir di Cilacap, dan warga yang terdampak letusan Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Di luar itu, ada beberapa kegiatan penyaluran dana lainnya terkait penanggulangan dampak pandemi Covid-19.
”Kami berkolaborasi dengan wartawan dan sukarelawan dari unit-unit yang ada di Kompas Gramedia di beberapa daerah yang terdampak bencana sehingga bantuan bisa disalurkan dengan cepat dan tepat. Mereka orang-orang yang bersemangat untuk membantu korban bencana tanpa mengharapkan imbalan,” ujarnya.
Lilik Oetama yang juga CEO Kompas Gramedia menyambut baik terpilihnya Tomy sebagai direktur Yayasan DKK. Ia berharap DKK di bawah kepemimpinan Tomy akan bekerja lebih baik sesuai dengan tujuan awal DKK, yakni menyalurkan donasi pembaca untuk masyarakat yang terkena musibah, sakit, tidak memiliki gedung sekolah yang layak, dan lain-lain.
”Saya masih ingat pada kepengurusan sebelumnya, DKK menyalurkan bantuan berupa mesin tanpa listrik untuk memompa air untuk warga di NTT dan Jawa Tengah yang mengalami kekeringan. Program seperti itu banyak dinantikan masyarakat karena berdampak luas,” ujar Lilik.
DKK bermula dari inisiatif pembaca Kompas yang ingin membantu korban bencana erupsi Gunung Galunggung, Jawa Barat, pada 1982-1983 yang menelan korban jiwa. Harian Kompas memfasilitasi inisiatif pembaca dengan membuka program Dompet Kompas. Program ini kemudian berubah nama menjadi Dana Kemanusian Kompas.
Pada 5 Februari 2010, program yang awalnya berada di bawah harian Kompas berubah menjadi Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas. Yayasan ini bertujuan, antara lain, menyalurkan dan mengorganisasi bantuan pembaca untuk membantu korban musibah, orang sakit, membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan mutu kehidupan, dan mengembangkan kemandirian masyarakat.
Rikard Bagun mengatakan, DKK berupaya terus meningkatkan jangkauan penyaluran bantuan dari Sabang sampai Merauke dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote. ”DKK berupaya hadir di mana-mana dengan memanfaatkan jaringan sukarelawan dari Kompas Gramedia yang tersebar di banyak wilayah di Indonesia,” ujarnya.
Tantangan
Rikard menambahkan, pengurus baru DKK berhadapan dengan tantangan di tengah pandemi Covid-19 yang diprediksi masih akan berlangsung pada 2021. ”DKK perlu mencari cara untuk membantu warga yang terdampak pandemi, termasuk cara menyalurkan donasi secara aman dan sehat. Selain itu, pandemi membuat kemiskinan bertambah. Nah, DKK diharapkan bisa berperan membantu mengatasi kemiskinan,” katanya.
Budiman Tanuredjo melihat peran DKK makin strategis karena berbagai bencana kerap terjadi di Indonesia, termasuk bencana musiman, seperti banjir dan longsor. ”Sejauh ini kegiatan tanggap darurat DKK sudah bagus. Ke depan, DKK mesti memperluas jaringan untuk meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam menyalurkan dana bantuan pembaca,” katanya.
Ninuk Mardiana Pambudy berharap DKK mulai menaruh perhatian pada kerja-kerja pemberdayaan ekonomi masyarakat, selain menjalankan peran yang sudah ada, yakni membantu korban bencana, orang sakit, dan perbaikan fasilitas pendidikan. ”Ini mesti mulai mendapat perhatian karena jumlah masyarakat miskin bertambah akibat pandemi,” ujar Ninuk.
Untuk itu, lanjut Ninuk, DKK perlu berkolaborasi dengan lembaga-lembaga lain dan para ahli yang lebih berpengalaman berkecimpung dalam program pemberdayaan kaum miskin. Ia sadar ini pekerjaan yang tidak mudah karena menuntut keahlian tersendiri.
Rusdi Amral optimistis, DKK di bawah komando Tomy akan makin baik. ”Saya lihat pengurusnya sangat bersemangat meski bekerja secara sukarela. Pengurus pun sudah menyusun program baru yang baik,” ujarnya.
Ia mengingatkan, apa yang dilakukan DKK sebenarnya bukan sekadar mengumpulkan dan menyalurkan dana pembaca. Lebih dari itu, kehadiran DKK diharapkan bisa memperkuat kultur gotong royong yang telah ada di tengah masyarakat Indonesia. ”Tugas pengurus DKK memberikan sosialisasi jika ada bencana dan sesuatu yang bisa dibantu pembaca, lalu memproses penyaluran bantuan dengan cepat, tepat, dan akuntabel,” tuturnya menambahkan.