Perokok Lebih Berisiko Terinfeksi Covid-19 dengan Gejala Berat
Perokok berisiko lebih tinggi terinfeksi Covid-19. Ketika menderita sakit akibat virus korona baru itu pun, mereka lebih rentan meninggal. Kecenderungan itu sesuai hasil riset di China baru-baru ini.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Perokok lebih berisiko tertular Covid-19 dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Selain itu, perokok dengan penyakit penyerta juga berpotensi mengalami kondisi keparahan yang lebih buruk dari penyakit Covid-19 yang diderita.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto di Jakarta, Selasa (28/4/2020), mengatakan, pasien yang memiliki kebiasaan merokok akan berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi berat dan lebih berisiko meninggal karena tertular Covid-19. Selain itu, dalam riset yang dilakukan di China, perokok dengan Covid-19 lebih banyak membutuhkan perawatan intensif (ICU).
”Perokok juga lebih rentan tertular Covid-19. Ini terjadi karena perokok biasanya mengalami gangguan sistem imunitas pada saluran napas dan paru akibat asap rokok. Merokok juga meningkatkan regulasi reseptor angiotensin-converting enzyme-2 atau ACE 2 yang menjadi reseptor virus SARS-CoV-2 yang menjadi penyebab Covid-19,” tuturnya.
Agus menambahkan, dari data pasien Covid-19 yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta, sebanyak 58,3 persen adalah perokok. Selain itu, sebagian besar pasien memiliki penyakit penyerta yang terkait dengan rokok, seperti hipertensi, penyakit jantung, dan gangguan pernapasan.
Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan di Jakarta mengatakan, riset di China juga menunjukkan perokok diperkirakan 14 kali lebih berisiko mengalami pneumonia akibat Covid-19 dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Untuk itu, upaya untuk berhenti merokok menjadi semakin penting guna menghindari berbagai risiko kesehatan yang terjadi, termasuk penularan Covid-19.
”Ancaman kesehatan ini semakin kuat karena jumlah perokok di Indonesia sangat tinggi, yakni hampir mencapai 70 juta orang. Jumlah ini merupakan jumlah yang paling besar di ASEAN. Belum lagi penduduk dengan penyakit penyerta seperti gangguan kardiovaskular, diabetes, penyakit paru kronis, dan hipertensi sangat tinggi,” ucapnya.
Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin menambahkan, merokok tidak hanya memberikan dampak kesehatan bagi perokok. Keluarga serta orang yang berada di dekat perokok juga akan berisiko akibat paparan asap rokok.
Hal ini semakin mengkhawatirkan karena di tengah penerapan pembatasan sosial berskala besar, perokok terus dipaksa berada di rumah. Kebiasaan merokok pun menjadi lebih sering dilakukan di rumah sehingga anak-anak dan orang usia lanjut yang tinggal di rumah menjadi semakin berisiko terpapar asap rokok.
Menurut Ketua Umum Asosiasi Ekonomi Kesehatan Indonesia Hasbullah Thabrany, pemerintah harus segera membatasi konsumsi produk tembakau di masyarakat. Beban kesehatan dan ekonomi akibat konsumsi rokok sangat tinggi. Pengendalian konsumsi produk tembakau, baik rokok konvensional maupun rokok elektrik, mendesak dilaksanakan secara tegas untuk meredam penularan dan kematian yang diakibatkan dari Covid-19.