logo Kompas.id
Artikel OpiniPola ”Coaching” dalam...
Iklan

Pola ”Coaching” dalam Pendidikan

Pendisiplinan siswa tak lagi realistis hanya dengan mengunci satu posisi kontrol guru, yaitu penghukum. Guru sudah harus sampai pada posisi sebagai ”coach” dengan terapan restitusi berkelanjutan dan berkesabaran.

Oleh
RIDUAN SITUMORANG
· 6 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/WBZmMf-K02B_wLuugJf-Ec68blk=/1024x576/https%3A%2F%2Finr-production-content-bucket.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com%2FINR_PRODUCTION%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F04%2F15%2F4c0ac3ed-c1f9-4676-9915-d080fc632b1d_jpg.jpg

Saya baru saja membuat sebuah eksperimen sederhana pada anak didik saya. Kebetulan, ada dua orang siswa yang masalahnya identik. Dan, menurut ukuran saya, kenakalan mereka pun relatif sama. Kepada seorang siswa, saya membuat penanganan dengan cara tradisional. Artinya, saya lebih menonjolkan hukuman dan ancaman kepada siswa tersebut. Hukuman dan ancaman itu, misalnya, saya dasarkan kepada peraturan sekolah bahwa jika siswa melanggar, mereka bisa dikeluarkan dari sekolah. Kepada siswa lain, saya membuat penanganan dengan pola coaching.

Sebagaimana diketahui, coaching berada di atas mentoring dan konseling. Dalam materi Program Guru Penggerak di modul 2.3, hubungan coaching dibuat setara. Artinya, posisi guru sebagai coach (pelatih) dan siswa sebagai coachee (yang dilatih)sederajat.

Editor:
YOVITA ARIKA
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000