Kebiasaan Minum Berpemanis Saat Anak-anak Tingkatkan Risiko Obesitas
Minuman berpemanis meningkatkan risiko obesitas. Pola makan sejak anak-anak perlu dijaga.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konsumsi minuman berpemanis yang berlebihan perlu diwaspadai karena berpotensi memicu berbagai masalah kesehatan. Penelitian terbaru di Swansea University, Wales, Inggris, mengungkap dampak mengonsumsi minuman berpemanis saat anak-anak meningkatkan risiko obesitas ketika dewasa.
Laporan hasil penelitian itu telah dipublikasikan di European Journal of Clinical Nutrition pada Maret 2024. Meminum minuman berpemanis sebelum berusia dua tahun dikaitkan dengan pola makan yang buruk dan rentan memicu obesitas.
Penelitian ini melacak pengaruh pola makan pada 14.000 anak di Inggris, dari sejak lahir hingga dewasa. Para peneliti menemukan anak-anak yang meminum minuman bersoda, seperti kola atau buah-buahan yang dimaniskan dengan gula, sebelum usia dua tahun mengalami kenaikan berat badan lebih banyak ketika mereka berusia 24 tahun.
Pada usia tiga tahun, anak balita yang minum kola mengonsumsi lebih banyak kalori, lemak, protein, dan gula. Namun, mereka mengonsumsi serat lebih sedikit.
Sementara anak yang diberi jus murni mengonsumsi lebih sedikit lemak dan gula. Anak-anak pada kelompok ini juga memakan serat lebih banyak.
Peneliti utama studi tersebut, David Benton, mengatakan, pola makan sejak kanak-kanak memengaruhi pola makan sepanjang hidup sehingga berdampak terhadap berat badan. ”Tantangan pentingnya adalah memastikan bahwa seorang anak mengembangkan kebiasaan makan yang baik, yaitu kebiasaan makan yang mengurangi lemak dan gula,” ujarnya dilansir dari Eurekalert.org, Sabtu (13/4/2024).
Dengan berbagai promo menarik, minuman berpemanis semakin digemari anak-anak.
Para peneliti juga menyoroti perbedaan pilihan makanan. Anak-anak yang mengonsumsi jus murni sering sekali diikuti dengan memakan lebih banyak ikan, buah, dan sayuran. Sementara anak yang minum kola lebih banyak cenderung memakan burger, sosis, piza, kentang goreng, daging, cokleat, dan permen.
Konsumsi minuman berpemanis yang tidak terkendali telah memicu kekhawatiran orangtua di banyak negara. Penelitian ini mengingatkan pentingnya menjaga pola makan dan minum anak sejak dini karena berdampak terhadap kesehatan saat mereka dewasa.
Dengan berbagai promo menarik, minuman berpemanis semakin digemari anak-anak. Selain pengawasan orangtua, dibutuhkan regulasi dalam mengendalikan konsumsinya. Sebab, dampak negatif yang ditimbulkan, seperti obesitas, juga berpotensi membebani biaya kesehatan.
Penulis lainnya dalam penelitian itu, Hayley Young, menyebutkan, obesitas merupakan masalah kesehatan serius yang meningkatkan risiko berbagai penyakit lainnya. Mengatur pola makan sejak dini menjadi salah satu upaya untuk mencegahnya.
”Studi kami menunjukkan penyebab obesitas pada orang dewasa dimulai pada masa kanak-kanak. Jika kita ingin mengendalikannya, perhatian lebih perlu diberikan pada pola makan di tahun-tahun pertama kehidupan,” ujarnya.
Penelitian tersebut juga menemukan hubungan antara konsumsi minuman manis dan deprivasi sosial. Anak-anak dari latar belakang keluarga kaya lebih cenderung memiliki akses mengonsumsi jus buah murni secara rutin.