APMF 2024: Sentuhan Manusia Menyempurnakan Kecanggihan Kecerdasan Buatan
Peran manusia dibutuhkan dalam menggunakan teknologi kecerdasan buatan generatif. Teknologi membantu performa industri.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Kehadiran teknologi kecerdasan buatan generatif diakui membawa dampak besar terhadap perkembangan industri media, pemasaran, komunikasi, dan periklanan ataupun industri kreatif lainnya. Meski demikian, sentuhan dan pengawasan manusia tetap dibutuhkan dalam proses kreatif dan pembuatan konten, yang diproduksi industri media, pemasaran, periklanan, dan industri kreatif lainnya dengan memanfaatkan bantuan teknologi kecerdasan buatan generatif.
Perkembangan dan perubahan kebutuhan konsumen menuntut perusahaan di bidang media, pemasaran, periklanan, dan industri kreatif untuk menghasilkan konten yang kaya, informatif, menarik, dan mudah diakses. ”Teknologi baru dengan hadirnya generative artificial intelligence membawa perubahan drastis dalam perilaku bekerja kita semua di industri,” kata Andi Sadha, Chairman Asia Pacific Media Forum (APMF) 2024, dalam keterangannya kepada wartawan seusai pembukaan 10th Asia Pacific Media Forum di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (2/5/2024).
Acara APMF 2024 menghadirkan pembicara dari kalangan profesional dari Indonesia ataupun dari luar negeri. Dalam siaran pers APMF 2024 disebutkan, lebih dari 1.000 partisipan mengikuti rangkaian kegiatan APMF 2024 sejak Rabu (1/5/2024). Ajang APMF tahun ini mengangkat tema ”Make Your Mark” dengan menghadirkan lebih dari 75 pembicara.
Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) turut menjadi sorotan, selain tentang dinamika dan tren industri media, pemasaran, periklanan, dan komunikasi di tengah revolusi teknologi. Ajang APMF juga memberikan kesempatan bagi para pihak untuk membangun jejaring dan mengembangkan koneksi dengan menekankan pentingnya berinovasi dengan strategi kreatif, inovatif, dan berpusat pada pengalaman konsumen.
Lebih lanjut Andi Sadha mengatakan, teknologi dibutuhkan industri media, pemasaran, dan periklanan serta lainnya untuk mendekatkan produk kepada konsumen dan menghasilkan konten yang dibutuhkan konsumen. Andi menambahkan, teknologi dibutuhkan sejalan pergeseran generasi.
”Dahulu generation shift dari analog ke digital. Sekarang pergeseran generasi ke generative AI,” kata Andi. ”Kami di industri menggunakan teknologi baru itu untuk lebih dekat ke konsumen,” ujarnya menambahkan.
Sebelumnya, dalam acara pembukaan APMF 2024 di BNDCC, Nusa Dua, Kamis (2/5/2024), Managing Director Data and AI Accenture Indonesia Budiono mengungkapkan, dengan besarnya kemampuan dari kecerdasan buatan generatif (generative AI), dituntut pula tanggung jawab dan kehati-hatian dalam penggunaan kecerdasan buatan generatif tersebut.
Menurut Budiono, penggunaan teknologi kecerdasan buatan generatif harus mempertimbangkan sejumlah risiko, di antaranya terkait hak cipta, keakuratan, dan basis data yang digunakan untuk menghasilkan konten.
Ditemui seusai acara pembukaan, Budiono menambahkan, teknologi kecerdasan buatan generatif dapat digunakan untuk membantu memantik ide atau memperkaya konten. Pengguna membuatkan sampel konten untuk diproses dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan. Dibutuhkan peran dan keterlibatan manusia dalam proses kreatif pembuatan konten dengan kecerdasan buatan generatif tersebut.
”Kalau menggunakan generative AI untuk meng-generate konten, perlu dilengkapi dengan batasan-batasan. Misalnya, pembuatan konten dengan basis data dari aset konten yang kita punyai dan dibuatkan relevansi dengan konteks groundedness sehingga ada batasannya dalam meng-generate konten,” ujar Budiono.
Ditemui secara terpisah, Chief Marketing Officer Kompas Gramedia (KG) Media yang juga Ketua Indonesian Digital Association Dian Gemiano mengungkapkan, perkembangan teknologi kecerdasan buatan generatif sudah dirasakan industri media sejak beberapa tahun terakhir. Pengaruh penggunaan kecerdasan buatan semakin kuat dirasakan seiring dengan diperkenalkan program kecerdasan buatan ChatGPT kepada publik.
”Perkembangan ini tidak bisa dihindari dan kita harus menerimanya karena perubahan terjadi di semua area,” ujar Gemiano.
Gemiano mengakui pihaknya juga menerima kehadiran teknologi kecerdasan buatan generatif itu dan bereksperimen dengan teknologi baru itu dengan tujuan untuk meningkatkan performa industri dan performa produk.
”Ada satu hal mendasar yang sangat kami perhatikan, yakni masalah etik,” kata Gemiano. ”Ini menjadi landasan utama dalam penggunaan teknologi kecerdasan buatan di kelompok KG Media. Boleh menggunakan teknologi kecerdasan buatan, tetapi editornya harus manusia,” ujar Gemiano menambahkan.
Ia juga mengapresiasi penyelenggaraan APMF 2024 dengan tema ”Make Your Mark” serta topik-topik yang diangkat dalam ajang APMF 2024 yang dinilai sesuai dengan konteks aktual.