Anomali aktivitas di internet selama masa pandemi Covid-19 meningkat tajam. BSSN menemukan 495,34 juta anomali sepanjang 2020. Kebanyakan adalah aktivitas ”malware” yang berbahaya yang mencuri informasi pribadi.
Bocornya data lembaga pemerintah, sekecil apa pun, harus disikapi serius. Lembaga yang menyimpan dan mengelola data publik tak semata jadi korban. Ada tanggung jawab membangun sistem keamanan prima.
Orangtua perlu dilibatkan agar dapat memahami aktivitas digital anak. Hal itu dilakukan dengan belajar perkembangan teknologi dan membangun komunikasi dengan anak.
Undip mengklaim data pada server teknologi informasi mereka aman dan kini tengah menyiapkan langkah hukum. Menurut pakar keamanan siber, kebocoran seperti itu banyak terjadi, salah satunya karena tak ada SDM mumpuni.
Pembatasan sosial dan juga kebutuhan vaksinasi akan menjadi penggerak utama tren perusahaan teknologi usaha rintisan pada 2021.
Pemerintah diminta untuk menyiapkan kerangka utuh dalam menyelesaikan persoalan di dunia maya. Tak hanya fokus padai penegakan hukum melalui polisi siber, pemerintah juga diminta meningkatkan literasi digital warga.
Peretas yang membobol jaringan komputer lembaga pemerintah dan perusahaan AS juga menyasar negara lain. Lembaga pemerintahan dan perusahaan lain di seluruh dunia harus siap dengan serangan peretas yang kian berbahaya.
NSO Group selalu bersikukuh, ”spyware” seperti Pegasus diperlukan untuk melawan terorisme dan organisasi kriminal. Sejumlah raksasa teknologi AS menilai, justru keberadaan NSO Group yang mengancam keselamatan masyarakat.
Aplikasi penyadapan Pegasus yang dibuat oleh perusahaan teknologi dari Israel, NSO Group, terdeteksi kembali digunakan untuk memata-matai jurnalis. Kali ini, 36 jurnalis Al Jazeera menjadi korbannya.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menuding Rusia ada di balik upaya peretasan sejumlah lembaga Pemerintah AS beberapa bulan terakhir. Para peretas menanamkan malware yang bisa memindai dan membaca lalu lintas dokumen.