Menu
Cari
Mobile App
Gerai
Kompaspedia
Event
Institute
Beranda
Polhuk
Pemilu 2024
Ekonomi
Wirausaha
Opini
Artikel Opini
Analisis Ekonomi
Analisis Budaya
Analisis Politik
Kolom
Tajuk Rencana
Surat Pembaca
Humaniora
Dikbud
Iptek
Kesehatan
Dana Kemanusiaan Kompas
Nusantara
Metro
Internasional
Olahraga
Tokoh
Sosok
Wawancara
Figur
Nama & Peristiwa
Gaya Hidup
Kendara
Gawai
Kuliner
Mode
Properti
Riset
Kajian Data
Linimasa
Survei
Investigasi
Tutur Visual
Video
Video Berita
Program
Dokumenter
Lainnya
cerbung anak bajang
Bagikan
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 120)
Cinta memang tak pernah mulus, dan hanya dalam kemelutlah cinta hidup. Maka kemelut cinta itu harus diterima oleh semuanya.
Sastra
·
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 116)
Pesta mereka berakhir sudah. Dan mereka kembali hidup dalam keseharian yang biasa. Hidup yang tak mungkin terlepas dari beban dan derita.
Sastra
·
Anak Bajang Mengayun Bulan (115)
Ketika jiwa yang melayang ke masa silam itu kembali ke raganya, Dewi Citrawati pun merasa menemukan apa yang selama ini hilang dari dirinya. Ia begitu bahagia berada di tengah-tengah Taman Sriwedari.
Sastra
·
Anak Bajang Mengayun Bulan (114)
Berada di taman yang demikian indah, Dewi Citrawati merasa jiwanya terbang ke masa silam yang sangat jauh. Ia diajak kembali ke masa sebelum ia dilahirkan. Waktu itu ia belum ada. Yang ada hanyalah cinta.
Sastra
·
Cerbung Anak Bajang
Sukrosono sejak bayi tersia-siakan tetapi justru mendapat asuhan alam yang membuatnya menjadi pribadi kuat, kesaktian luar biasa, namun baik hati dan pemaaf. Sebaliknya, Sumantri tampan namun pribadinya lemah.
Opini
·
Iklan
Anak Bajang Mengayun Bulan (113)
Tiba-tiba di pelataran Maespati itu sudah tergelar taman yang amat indah. Semua mata seakan tak percaya akan apa yang dilihatnya. Bahkan Sumantri tak menyadari apa yang telah terjadi.
Sastra
·
Anak Bajang Mengayun Bulan (112)
Di kejauhan terdengar bunyi sangkakala, memanggil semua rakyat Maespati. Mereka berbondong-bondong duduk berdesak-desakan di tepi-tepi pelataran, menunggu apa yang akan terjadi di malam bulan purnama nanti.
Sastra
·
Anak Bajang Mengayun Bulan (Bagian 110)
Ketika Sukrosono dilanda keraguan demikian, Taman Sriwedari itu tiba-tiba mengecil dan mengecil, lalu sama sekali lenyap, berubah menjadi sekuncup bunga Wijayakusuma.
Sastra
·
Anak Bajang Mengayun Bulan (109)
Sukrosono pasrah. Dipejamkanlah matanya. Raksasa-raksasa berkepala bulan itu menjunjungnya. Sukrosono merasa seperti terbang mengendarai bulan di tengah malam. Bulan membawanya pergi entah ke mana.
Sastra
·
Anak Bajang Mengayun Bulan (108)
Mata Sukrosono memandang jauh, mengikuti aliran air kali Suranadi. Ke mana air itu pergi, ia tak bisa membayangkannya. Namun air itu selalu berbelok, di mana diperlukan.
Sastra
·
Lihat Lainnya
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
Pahami informasi seputar pemilu 2024 dari berbagai sajian berita seperti video, opini, Survei Litbang Kompas, dan konten lainnya.
Kunjungi Halaman Pemilu
Iklan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 8062 6699
Produk
ePaper
Kompas.id
Interaktif
Kompas Data
Kompaspedia
Bisnis
Advertorial
Gerai
Event
Klasika
Klasiloka
Iklan
Tentang
Profil Perusahaan
Sejarah
Organisasi
Lainnya
Bantuan
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000
Whatsapp
+62812 900 50 800
Email
hotline@kompas.id
Ikuti Harian Kompas di
@hariankompas
@hariankompas
@hariankompas
Harian Kompas
© 2024 PT Kompas Media Nusantara
·
Organisasi
·
Tanya Jawab
·
Hubungi Kami
·
Sidik Gangguan
·
Pedoman Media Siber
·
Syarat & Ketentuan
·
Karier
·
Iklan
·
Berlangganan
·