MotoGP Naikkan Transaksi Digital di NTB, Transformasi UMKM Terus Didorong
Akselerasi transformasi digital pelaku UMKM di daerah Lombok, NTB, terus didorong untuk merebut kesempatan di pasar digital.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Percepatan transformasi digital usaha mikro, kecil, dan menengah di Nusa Tenggara Barat terus didorong. Transaksi digital menjadi harapan bagi pelaku UMKM untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan produknya.
Salah satu momen yang memperlihatkan meningkatnya transaksi digital di NTB adalah ajang MotoGP yang digelar di Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika pada Maret 2022. ”Sebanyak 82 persen masyarakat (penonton) bertransaksi menggunakan metode pembayaran digital,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB Heru Saptaji dalam keterangan persnya di Mataram, Rabu (18/5/2022).
Adapun pembayaran digital QRIS di NTB tumbuh dengan penambahan 44.051 pengguna terdaftar baru atau mencapai 14,68 persen dari target QRIS NTB pada 2022. ”Hal itu harus menjadi dorongan bagi pelaku UMKM untuk go digital karena masyarakat telah banyak yang bergeser menuju pembayaran digital,” kata Heru.
Heru mengatakan, pelaku UMKM dapat menjadi mesin pertumbuhan baru di NTB. Mereka perlu mengadopsi transaksi dan penjualan digital sehingga mampu bersaing dengan daerah lain baik nasional maupun global.
Menurut Heru, transaksi digital adalah harapan masa kini dan ke depan. Selama tahun 2021, transaksi ekonomi dan keuangan digital berkembang pesat seiring meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital, serta akselerasi digital banking.
Heru mengatakan nilai transaksi digital banking tahun 2021 meningkat 45,64 persen (year on year) menjadi Rp 39.841,4 triliun. Nilai itu diproyeksikan tumbuh 24,83 persen (year on year) mencapai Rp 49.733,8 triliun pada 2022.
Pelaku UMKM dapat menjadi mesin pertumbuhan baru di NTB. (Heru Saptaji)
Transaksi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) juga terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data Bank Indonesia, nominal transaksi QRIS naik empat kali lipat pada Februari 2022 atau mencapai Rp 4,5 triliun. Hal ini didukung dengan 15,7 juta gerai yang sudah menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran dalam transaksi usahanya.
Adapun Survei Bank Indonesia pada tahun 2021 mengungkapkan bahwa 20 persen UMKM Indonesia mampu memitigasi dampak pandemi dengan melakukan digitalisasi bisnis atau usaha serta memanfaatkan media pemasaran daring.
Di sisi lain, penelitian Katadata Insight Center pada 2020 menyimpulkan bahwa 77,7 persen UMKM masih mengalami kendala dalam melakukan pemasaran daring. Kendala itu muncul antara lain karena kurangnya pengetahuan untuk menjalankan usaha daring, ketidaksiapan tenaga kerja, dan keterbatasan infrastruktur.
Berbagai upaya
Oleh karena itu, berbagai upaya terus dilakukan Bank Indonesia untuk mendorong percepatan transformasi digital UMKM di NTB. Mereka didorong masuk ke ekosistem digital untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan produknya.
Salah satu kegiatan untuk mendorong transformasi itu adalah digelarnya Program Edukasi dan Fasilitasi Onboarding UMKM NTB Tahun 2022. Kegiatan itu diharapkan menjadi salah satu pintu masuk terhubungnya UMKM dengan media pemasaran digital baik melalui e-dagang atau media sosial, serta dapat dimanfaatkan secara aktif.
Menurut Heru, program itu akan dibagi dalam beberapa tahapan, yakni edukasi yang akan berlangsung pada 18-19 Mei 2022 secara hibrida yang meliputi pendampingan secara daring pada Mei-Juni 2022 dan monitoring melalui sarana pelaporan daring secara berkala sampai dengan akhir tahun 2022.
Sebanyak 50 peserta terpilih dari proses kurasi terhadap 254 UMKM yang mendaftar. Mereka berasal dari seluruh kabupaten dan kota di NTB, yakni Mataram, Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Utara, Lombok Tengah, Kabupaten Bima, Kota Bima, Sumbawa, dan Dompu. Kategori usaha mereka beragam yakni bidang kuliner, fashion, kerajinan, dan hasil olahan pertanian,perkebunan, dan peternakan.
Sayuk Wibawati, pemilik usaha Nutsafir Cookies Lombok yang bergerak di usaha makanan (kukis) berbahan dasar biji-bijian, mengatakan, UMKM di NTB sudah semestinya semakin go digital.
”Transaksi digital membuat uang lebih aman tersimpan. Selain itu, mengurangi resiko salah kembalian, memudahkan kasir membuat laporan transaksi tanpa harus menghitung uang fisik terlalu banyak,” kata Sayuk.
Selain pembayaran digital, kata Sayuk, pemasaran dan penjualan secara daring juga berdampak besar pada usahanya. ”Dampaknya sangat bagus karena memang sekarang zamannya orang tidak mau ribet pake tunai. Transaksi di Nutsafir saat ini yang tunai 30 persen, sementara 70 persen melalui mesin EDC (electronic data capture) dan transfer,” kata Sayuk.